Go To Jepang

Disclaimer

Kurobas milik Fujimaki Tadatoshi-sensei. On-chan hanya meminjam tokoh-tokohnya saja~

Pairing

Akashi x Reader

Warning!

OOC, OC, Typo, alur maju mundur, dll


"Waaaa! Eh—fyuuh! Ya, lebih tepat 'fyuuh!'" seru seorang gadis begitu turun dari kereta. Ia menoleh kanan-kiri dengan mata penuh kilatan kegembiraan. Dilihat saja, semua orang tau gadis ini sedang gembira, tapi seperti menahan kegembiraannya itu.

Gadis itu segera mengeluarkan ponsel dari tas selempangannya dan menekan tombol-tombolnya. "Ya, halo? Tante? Iyaa, aku sudah sampai. Eh? Tapi kenapa suara tante tidak jelas? Oh-oh-oh, maaf. Aku baru ingat kita menelpon internasional. Tante, bagaimana di Indonesia? Aku merindukan Indonesia. Ya-ya, aku mengerti. Sampai jumpaa~"

Flap! Setelah menelpon dengan panjang-lebar, si gadis menutup flap ponselnya. Ia menengadah melihat langit-langit cerah. Ia tersenyum, lalu menggeret tas kopernya keluar dari stasiun.

~('-')~

"Baiklah! Sekarang aku akan berberes~" seruku.

Memandang apartemen baruku dengan tatapan gerah. Sebenarnya tidak begitu berantakan, hanya berdebu dan aku belum memasukkan pakaianku kedalam lemari.

Mulai besok, aku akan menjadi murid baru di SMA Rakuzan.

Beruntung? Mungkin kalian menganggap aku beruntung kalau belum mendengar kisahku sebelum mendapat beasiswa di Rakuzan.

Orang tuaku meninggal, dalam kecelakaan beruntun saat akan menjemputku setelah aku diwisudai saat SMP di Indonesia dulu.

Sanak keluargaku ikut bersedih, tadinya tanteku sempat menawari untuk tinggal dengannya, tapi aku menolak karena pasti akan menambah bebannya. Kemudian aku sempat berpikir ingin mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Tapi kemudian aku dicegah dan diberi motivasi untuk tidak menjadi pemutus asa seperti itu. Dan aku didaftarkan untuk mengikuti beasiswa ke Jepang – ini permintaanku karena dulu di Indonesia aku pecinta anime – se-Indonesia oleh tanteku. Itu sungguh tidak mudah, aku harus belajar terus-menerus sambil dibantu tanteku. Syukurlah, aku berhasil mendapat beasiswa ke Jepang dengan beberapa anak lainnya.

Masih ada rintangan lain, aku tidak bisa bahasa Jepang. Kalau sedikit-sedikit seperti sumimasen, nani, nande, konichiwa, ohayou, konbawa dan lainnya mungkin bisa. Tapi secara keseluruhan aku tidak bisa. Untungnya tanteku sangat peduli, aku dibelikan buku cara berbicara dasar bahasa Jepang. Untuk sementara aku akan berbicara dengan bahasa Inggris dengan guruku di SMA Rakuzan nanti.

Mengerjap. Lalu baru menyadari bahwa diriku sedang melamun.

"Yosh! Ayo mulai bekerja~"

~('-')~

Paginya.

Sekali lagi, aku terpukau saat berdiri didepan sekolah baruku. "Waaa~ Lebih besar dari sekolahku dulu!"

Beberapa siswa melirikku dengan tatapan aneh. Aku juga membalas dengan tatapan aneh. Setelah merenungi sesaat apa kesalahanku, aku baru ingat aku berbicara dengan bahasa Indonesia. Sedangkan ini di Jepang!

Pengada beasiswaku kemarin sudah mengonfirmasiku dan SMA Rakuzan. Dan aku langsung diperbolehkan masuk. Sebenarnya cemas, tapi aku juga tidak sabar. Tidak sabar masuk sekolah baru dan tidak sabar menggunakan seragam resmi Jepang, tepatnya SMA Rakuzan.

Teng… teng.. teng.. teng..

Lonceng masuk berbunyi. Aku hafal bunyinya karena dulu dibeberapa anime bunyi lonceng masuknya seperti ini. Dan dengan semangat menggebu, aku berlari mencari kelasku.

Sepanjang pelajaran berlangsung, aku hanya pura-pura menulis seperti siswa lain. Jujur saja, aku tidak mengerti apa yang diterangkan guru baruku di SMA Rakuzan ini. Meski aku sudah belajar bahasa Jepang semalam, tentu saja itu belum cukup. Sepertinya guru itu menyadari keberadaanku disini sebagai siswa baru.

"[Name]-san dimana?" tanya guru itu dengan bahasa Jepang. Aku tidak mengerti apapun yang dikatakan guru itu, tapi merasa namaku disebut-sebut aku mengangkat tanganku. Otomatis perhatian seluruh kelas berpindah kearahku.

"Ah! Apakah kamu paham apa yang kujelaskan selama pelajaran?" tanya guru itu lagi. Aku terdiam karena tidak mengerti arti kata-katanya. Tapi supaya beliau tidak cemas aku hanya mengangguk lemah.

"Please do not go out first after a bell break." pesan guru itu, kali ini dalam bahasa Inggris yang kutebak artinya menyuruhku untuk tidak keluar dulu setelah bel berbunyi

Aku hanya bisa mengangguk lemah lagi. Perhatian seluruh siswa kembali pada buku catatannya. Tapi aku tetap merasa ada lirikan tajam menghujam pada arahku.

~('-')~

"Hm.. jadi kau murid dari Indonesia itu ya?" tanya guru tadi, yang sekarang kuketahui bernama Aikawa-sensei sambil mengusap dagunya. Melihatku yang hanya diam dengan satu alis terangkat, ia cepat-cepat menambahkan dengan bahasa Inggris. "Do you understand?"

Menggeleng.

"So-sory! Hm.. well, do you know denah this scool?" tanya Aikawa-sensei, sembari mengedarkan pandang pada kelas yang mulai sepi karena bel istirahat telah berbunyi.

Menggeleng lagi.

"A-ah.. um.. Ah! Akashi." Panggil Aikawa-sensei sambil mengibas-ibaskan tangan supaya orang yang bernama Akashi itu datang.

Seorang siswa bersurai merah magenta menoleh, memperlihatkan sepasang mata heterokrom yang dingin. Tubuhku mendadak bergetar pelan. Bukannya apa—jujur ya, aura orang ini sangat dingin dan menyeramkan. Ditambah lagi mimik mukanya yang dingin.

"Sini sebentar~" seru Aikawa-sensei dengan bahasa Jepang. Orang itu – yang tadi Aikawa-sensei panggil Akashi itu – melirikku sebentar, tetap dengan ekspresinya yang dingin dan aura super menyerakan itu. Ia mulai berjalan ke arah Aikawa-sensei.

"Ada apa, sensei?" tanya Akashi.

"Bisa minta tolong?" tanya Aikawa-sensei sambil menangkupkan tangan seperti orang berdoa dan menampilkan ekspresi memelas. Tapi sepertinya si Akashi ini tidak terpengaruh, ekspresinya tetap.

"Apa yang bisa kubantu?"

"Bukankah kau satu-satunya murid di kelas ini yang pandai bahasa Inggris?" tanya Aikawa-sensei tanpa member kesempatan Akashi berbicara dan justru menambahkan. "Begini.. bisa ajak [Name]-san ini – murid baru – untuk keliling sekolah?"

Dan tubuhku bergetar hebat. Ayolah, aku tidak mengerti apa yang dikatakan Aikawa-sensei karena ia dan si Akashi itu berbicara bahasa Jepang. Tapi aku bisa cukup paham.

Sepertinya Aikawa-sensei menyuruhnya untuk mengajakku keliling sekolah karena bahasa Inggrisnya bagus.

Tidak-tidak-tidak. Tubuhku mulai bergetar hebat.

To Be Continue


Oke. Saya tau ini gaje. Tapi setidaknya saya mengharapkan sedikit repiu.

Terima kasih~