Prologue:

"Since the humans born from that womb, they are destined to fulfill their roles in this world. That is the only reason they born in the world." – Anonymous.

"Hey, wait. What are you doing? No one can enter this private area except the staffs," kata petugas yang berada di gedung yang letaknya di tempat yang terpencil itu.

Lawan bicaranya itu tetap melangkahkan kakinya di hall yang cukup luas itu tanpa menghiraukan peringatan dari petugas itu. Kebetulan pada waktu itu, partner jaga petugas itu sedang pergi ke kamar kecil sedangkan dia hanya berjaga sendirian di ruangan yang cukup luas yang bisa dijadikan ruang seminar itu. Petugas itu kemudian mendekatkan tangannya ke sarung senjata apinya yang berada di pinggang beliau. Orang misterius itu tersenyum. Dia memandangi petugas itu dengan tatapan kasihan. Bulu kuduk si petugas itu berdiri. Beliau mencoba untuk mendekatkan tangan yang lain menuju ke tombol yang biasa digunakan untuk keadaan darurat. Sedangkan dalam hati beliau, hanya doa yang bisa beliau ingat ketika beliau biasa baca ketika berada di gereja.

Tiba-tiba listrik di tempat itu padam. Hanya suara peluru dan jeritan manusia yang bisa terdengar di tempat itu.

Mata Fujimaru terbuka perlahan-lahan. Suara kicauan burung terdengar dengan jelas dari kamarnya. Kemudian dia menguap dengan malasnya. Kebetulan dia waktu itu kerja shift siang sehingga dia bisa bermalas-malasan pada pagi hari. Hidupnya terbilang normal mengingat tidak ada kejadian yang berarti terjadi selama ini. Organisasi teroris pun sudah musnah sedangkan dia tidak perlu untuk mempertaruhkan nyawanya sendiri seperti yang ia lakukan pada waktu itu.

Dia kemudian terdiam. Dia tidak ingin mengingat masa-masa seperti itu. Dia masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri. Karena dirinyalah, ayahnya dan orang lain meninggal dunia. Dia tidak bisa menolong mereka sedangkan dirinya masih hidup. Fujimaru memang telah mencoba untuk melupakan hal itu tetapi mimpi buruk yang masih dia alami sampai sekarang tetap membekas di hatinya. Dia melihat dengan matanya sendiri orang-orang mati di depannya sedangkan dia terus hidup sampai sekarang.

Suara Haruka-chan membuyarkan lamunan Fujimaru, "Kakak, bantu aku di dapur!" Adik Fujimaru kebetulan sedang memasak di dapur.

"Iya, sebentar. Aku cuci muka dulu," sahut Fujimaru. Kemudian dia beranjak dari tempat tidurnya dan mengganti pakaiannya. Dia pergi ke kamar mandi dan melangkahkan kakinya ke dapur untuk membantu Haruka-chan. Selesai membantu Haruka-chan, Fujimaru membuat kopi untuk dirinya sendiri dan menyalakan TV di ruang makan. Lagi-lagi, dia terdiam melihat berita yang ada di pagi hari itu.

"Telah terjadi insiden penembakan yang masih belum diketahui penyebabnya. Diperkirakan insiden ini menewaskan beberapa orang yang berada di sana dan pihak kepolisian masih menyelidiki kasus yang mengakibatkan beberapa ahli yang bertugas di PLTN yang baru dibangun itu menghilang ini. Kemudian, berita selanjutnya, anak yang diperkirakan menghilang dari...— "

Fujimaru tidak mendengar berita selanjutnya. Pikirannya pun melayang akibat berita yang baru saja dia dengar dari TV itu.

Kano-san yang geram karena ada insiden penembakan di PLTN itu tidak bisa berbuat apa-apa karena komando langsung hanya bisa didapat dari Kirishima. Sedangkan Kirishima sendiri dengan sibuk karena dia harus menenangkan dewan yang hanya bisa memberi perintah, tanpa bisa mencari solusi yang terbaik untuk kedua belah pihak. Kano-san memaklumi situasi yang ada sehingga beliau memutuskan untuk tinggal di markas sampai Kano-san dapat menghubungi Kirishima. Kano-san kemudian berlatih dengan Minami-san yang ingin meningkatkan kemampuannya sehingga dia dapat berguna di medan tempur selanjutnya yang tak dikira oleh semua orang karena hal itu sudah mulai sejak dulu.

Otoya yang kebetulan berada di kampus memutuskan untuk ke perpustakaan untuk mencari sumber bacaan yang berguna untuk kuliahnya. Otoya mendapatkan tugas untuk mengerjakan laporannya. Pekerjaan Otoya memang tidak jelek. Akan tetapi Profesornya meminta Otoya untuk membenahi susunan laporannya yang menurut beliau perlu ditingkatkan. Sepertinya Profesor itu menyukai laporan kali ini sehingga Otoya bersemangat untuk mengerjakannya. 'Setidaknya aku tidak perlu kembali ke rumah jam segini,' pikir Otoya sambil melirik jam tangannya.

Sejak kejadian yang lalu, Otoya menyibukkan dirinya dengan kuliah dan tentu saja, kegiatan memanah. Walaupun dia tidak bisa memenangkan kompetisi terakhir karena dia harus absen dari kompetisi itu, hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk berusaha semaksimal mungkin.

Otoya memutuskan untuk pulang ke rumahnya dan melanjutkan pekerjaannya itu esok harinya. Dia kemudian berjalan-jalan menyusuri kota yang kebetulan semakin ramai karena beberapa hari lagi ada festival di kawasan yang dilalui oleh Otoya. Dia memutuskan untuk makan malam di suatu restoran yang dekat dengan jalan besar dan sambil menunggu pesanannya, dia menonton TV yang ada di restoran itu. Dia kaget melihat berita yang ada di TV itu.

"Telah terjadi insiden penembakan yang masih belum diketahui penyebabnya. Diperkirakan insiden ini menewaskan beberapa orang yang berada di sana dan pihak kepolisian masih menyelidiki kasus yang mengakibatkan beberapa ahli yang bertugas di PLTN yang baru dibangun itu menghilang ini. Sedangkan mayat-mayat yang ditemukan sulit untuk diidentifikasi karena bagian tubuhnya ada yang terpisah dari tubuh aslinya. Masih belum ada pengembangan berarti dari kasus ini. Kemudian, berita selanjutnya, terjadi kecelakaan lalu lintas yang menewaskan sepasang suami-istri dengan...— "

Otoya pun teringat kembali dengan organisasi teroris yang pernah mencoba untuk meledakkan Tokyo itu.

J tiba di salah satu bandara yang terkenal di Jepang itu. Dia mencari sosok yang akan membawanya ke suatu tempat. J menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk menemukan sosok itu. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya. J disambut oleh seseorang yang dia kenal. Hibiki, yang dia kenal dari pertemuannya yang dulu, mengantarkan J yang membawa kopernya sendiri ke mobil milik Hibiki. J hanya diam saja sambil meminum melon soda yang dia beli di kafe yang ada di bandara itu seperti biasanya ketika berada di mobil sementara Hibiki menyetir tanpa mengeluarkan sepatah kata pun...

(to be continued...)

"To live means to survive" – Anonymous

Disclaimer:

Seluruh hal yang berhubungan dengan Bloody Monday merupakan milik author Bloody Monday itu sendiri, Tadashi Agi dan Megumi Koji. Seluruh kejadian terjadi hanyalah FIKSI BELAKA. Jika anda menemuinya di dunia nyata, maka bisa dipastikan kalau itu hanyalah KEBETULAN SAJA.

Special Thanks to:

゜゜゜゜
Miss Aoi~~~ (Review, mbak! Wanna bet my luck in this fandom)

Author Bloody Monday, Tadashi Agi dan Megumi Koji

Readers yang baik hati mau membaca fic ini \(^o^)\ \(^o^)/ /(^o^)/

AAA dan Arashi~~~~ (as always, tarik mang *plak*)