We're hurt
Appa
.
Gender Switch: Kyungsoo = Yeoja
.
.
Hujan turun cukup deras sore ini. Terlihat seorang remaja laki-laki sedang terduduk manis di sebuah halte sambil memegang payung, wajahnya mengekspresikan perasaan cemas, sepertinya dia sedang menunggu sesuatu.
Tak lama, sebuah bus mulai mendekati dan berhenti di halte remaja tersebut duduk, saat pintu bus terbuka, dapat dilihat sesosok wanita mengenakan baju dress simple yang sangat cocok untuknya, menambah kesan anggun yang melekat pada dirinya.
"Eomma!"
"Lay.."
"Eomma! Sudah berapa ratus kali aku memintamu untuk selalu membawa payung?! Payungkan tidak terlalu berat, apa susahnya sih eomma?" Gerutu Lay sambil membuka payung dan berjalan ke arah eommanya. Melihat langit yang mulai mendung, Lay tahu pasti akan ada hujan deras hari ini. Dan Lay tahu kebiasaan eomma tercintanya ini, tidak pernah membawa payung.
"Kalo eomma bawa payung, nanti anak eomma yang ganteng ini tidak akan menjemput eomma lagi dong." Jelas eommanya sambil menunjukan senyuman manis.
"Aishh... Tapi eomma, ini melelahkan..." Lay ingin memberikan ekspresi sedih tapi mendengar ucapan manis eommanya, Lay hanya bisa tersenyum tak kalah manis dari wanita yang berada di sampingnya.
"Hehe, maafkan eomma, sayang." Ibu Lay mengusap pelan pipi putranya. "Ayo kita pulang." Mereka pun berjalan pulang ke rumah yang tak jauh dari halte di bawah guyuran air hujan.
.
Setelah makan malam, di rumah yang sederhana tapi penuh kehangatan, Lay memberikan secarik kertas pada ibunya.
"Surat dari siapa ini?" Tanya Kyungsoo pada Lay. "Surat dari sekolah..." Jawab Lay pelan.
Kyungsoo membuka amplop surat itu, dia membaca secara seksama, matanya membesar terkejut, perasaan berat dan tidak enak bercampur dalam hatinya, akhirnya rasa marah pun muncul.
"Kamu diskors karena berkelahi di kelas lagi?! Lay eomma butuh penjelasanmu!"
"Ya... Seperti yang eomma baca aku berkelahi di kelas lagi.." Jawab Lay sambil menundukan kepalanya, ia takut jika Kyungsoo sudah bertingkah seperti ini.
"Ya tapi kenapa Lay? Kenapa kamu harus berkelahi?"
"Gwaenchana, eomma. Aku memang sudah lama ingin memukul anak itu."
"LAY!" Lay semakin menundukan kepala, dia sudah tidak memiliki keberanian untuk menatap wajah murka ibunya ini.
"Jawab eomma, Lay! Kenapa kamu memukulnya? Siapa yang mengajarkan sikap preman pasar yang main pukul-pukul orang padamu, huh?"
Lay tidak terima dirinya dipanggil preman pasar. Sudahlah, Kyungsoo memang berhak untuk mengetahui alasannya, Lay pun memberanikan diri untuk menatap Kyungsoo tepat pada matanya.
"Eomma mau tahu alasannya? Eomma mau tahu alasan mengapa aku geram setengah mati pada anak itu? Eomma mau tahu kenapa aku harus membungkam mulut kotornya dengan pukulan? Dia menghina aku, eomma! Dia, dengan santainya mengatakan bahwa aku anak haram yang ga jelas siapa ayahnya, semua yang buruk tentangku dia beberkan dan didengar oleh semua siswa di kelas! Aku bukan preman, eomma.. aku bukan.. tapi untuk anak sebrengsek Park Chanyeol, jangankan memukulnya, mumbunuh dia pun aku sanggup jika Tuhan mengizinkan."
Lay meluapkan semua amarahnya, rasa sakit di dada ia tahan sekuat tenaga, air mata yang sudah tertampung ia tahan agar tidak terjatuh dari tempatnya, semua ia tahan meskipun hal itu hanya membuatnya semakin sakit. Lay langsung lari ke kamarnya membiarkan Kyungsoo yang terdiam kaku di ruang makan.
Kyungsoo terasa seperti tersambar petir. Hal ini, semua perkataan buruk tentang keluarganya, adalah hal yang paling ia takutkan selama ini. Meskipun begitu, perkataan itu seharusnya dia yang menerimanya, bukan Lay. Ia terduduk lemas, air mata mulai membasahi pipi lembutnya, ia merasa bersalah, sangat bersalah pada Lay.
Semua ini berasal saat dia masih berada di bangku kuliah. Dia dan kekasihnya 'melakukannya' benar-benar atas nama cinta, pada awalnya dia sendiri merasa khawatir dan ketakutan saat mengetahui dirinya sedang mengandung, tapi kekasihnya berhasil meyakinkan dirinya bahwa ia akan bertanggung jawab karena rasa cinta dan kasih sayangnya yang tulus pada Kyungsoo maupun anak yang dikandungnya yang merupakan darah dagingnya sendiri.
Mereka saling menyayangi, mencintai, melindungi. Semuanya sangat sempurna, jauh dari apa yang Kyungsoo bayangkan, dia sangat bahagia, tak ada yang perlu ia takuti saat bersama kekasihnya tersebut.
Namun ketika kandungan Kyungsoo memasuki umur 7 bulan, kekasihnya pergi hilang entah kemana, tanpa meninggalkan pesan ataupun alasan, seperti ditelan bumi. Kyungsoo berasa sedang hidup di neraka, seperti tidak pernah ada perasaan bahagia dalam hidupnya. Mulai dari situ, penderitaan mulai menghampirinya hingga saat ini. Masa-masa terberat, beban hidup, penderitaan ia tanggung sendiri. Berbagai ujian dan cobaan telah ia lewati, namun entah mengapa sampai saat ini semua itu belum beranjak dari hidupnya dan kini mulai berbagi dengan kehidupan Lay.
'Jongin-ah... Kau dimana?'
So let me talk a little about this fanfiction. Dulu, aku pernah post fanfiction ini di blog aku. Dan untuk beberapa alasan, i decided to delete that blog before i can finish this fanfiction. So if you find a similarity in this story with a fanfiction you've read in the past, this could be that fanfiction.
Anyway, please tell me if i've made mistake! And if you want, you can tell me how this story should be. Dengan kata lain, aku meminta ide pada kalian ^^"
Thank you for reading!
Xoxo, aquaeructo
