Baekhyun kecil menyayangi Chanyeol, vice versa.

Baekhyun dewasa mencintai Chanyeol, sementara Chanyeol berhenti di tengah jalan.

"Kaki yang kau gunakan untuk berjalan memunggungiku, pernah kau gunakan untuk mengejarku dulu, ingat?"

"..."

"Semua tak lagi sama."

"Ya. Aku tahu."

"Mungkin kita hanya butuh jalan-jalan sebentar," kata Baekhyun.

"Atau mungkin kita sudah sama-sama lelah," jawab Chanyeol.


SachiMalff Proudy Present

.

.

EXO's Fanfiction (Special for Baekhyun's bday)

.

.

Mereka murni milik Tuhan YME. Dan plot ini milik saya.

Warning : sebisa mungkin mengurangi typo. Sebisa mungkin tak OOC. Ada OC nyempil sebagai figuran yang ga ada dialog.

Only yaoi. Konflik klise dan (mungkin) mainstream but it just my imagination.

Poenitere (latin) : menyesal.

.

.

.


Baekhyun kecil suka berlari. Chanyeol kecil suka mengikuti.

Chanyeol dewasa beranjak pergi. Baekhyun dewasa berusaha berbesar hati.

Baekhyun kecil berlari mengejar kupu-kupu berwarna putih salju di tengah taman bunga. Kaki kecilnya menapaki jalan yang dipehuni oleh semak perdu yang lebat.

"Yak! Baekhyun Hyung!" teriak Chanyeol kecil di belakang Baekhyun. Kakinya coba ia gerakkan sekuat tenaga untuk menyusul Baekhyun yang berlari terlalu lincah, "tunggu aku!"

Baekhyun, yang masih berlarian, menoleh sebentar kebelakang. Napasnya yang tersengal-sengal tak menyurutkan niatnya untuk berteriak pada si mungil Chanyeol.

"Tak usah mengikutiku, Yeollie! Aku mau menangkap kupu-kupu!" teriak Baekhyun.

Chanyeol terlalu keras kepala untuk patuh dan peduli. Dia malah makin mempercepat laju larinya. "Tak mauu! Aku tak mau Baekkie Hyung terjatuh nantinya!"

Ugh. Jadilah. Hari itu, di tengah terik mentari yang menyengat kulit, dua anak kecil tetap berlarian, tangan-tangan mungil mereka mencoba meraih kupu-kupu yang beterbangan bebas di udara.

—oo—

Chanyeol dewasa sungguh berbeda dengan Chanyeol kecil yang lucu. Ia tumbuh menjadi pemuda tampan yang gagah, dengan tubuh bak porsi seorang model. Tinggi tubuhnya terkadang membuat Baekhyun, yang bisa dikatakan mempunyai porsi tubuh pendek untuk pemuda seusianya, iri.

"Kau mau pergi kemana, Yeol?" tanya Baekhyun pada suatu hari. Chanyeol sedang merapikan jas hitam yang kini telah melekat pas di tubuhnya.

Si pemuda berkuping lebar itu menatap Baekhyun lewat cermin di depannya. "Aku ada acara makan malam, Baek."

"Oh..."

"..."

"Dengan—siapa?"

Tangan kekar Chanyeol berhenti membenahi kancing jasnya. Matanya melirik kearah Baekhyun dengan tatapan bersalah. "Teman kantor."

Baekhyun melemparkan senyum pada Chanyeol yang masih melirik kearahnya lewat pantulan cermin, kemudian melenggang pergi.

Chanyeol menyadari tatapan Baekhyun yang berubah sendu—tapi ia terlalu lelah untuk peduli.

Karena cinta mungkin ada batasnya, pikir Chanyeol. Ya. Mungkin saja, cinta ada batasannya. Itu bagi Chanyeol. Bagi Baekhyun? Entahlah...

.

.

.

Kisahnya terjadi tepat dua minggu yang lalu. Chanyeol merasa ada yang mengganjal dalam hati terkecilnya saat...

Di tengah deru napas milik mereka berdua, dia tersadar akan suatu hal. Saat itu, mereka berdua tengah berada di dalam sebuah kamar di apartemen milik Chanyeol, apartemen yang sudah dua tahun mereka tempati bersama. Apartemen yang sudah ribuan jam menjadi saksi bisu atas bukti nyata cinta Chanyeol dan Baekhyun.

Chanyeol mencoba berpikir jernih. Meraba sebuah keraguan yang menyelubungi sanubari terdalamnya. Ia menatap langit kamar tersebut dengan hampa.

Ia merasa—ada yang berbeda. Ia tak lagi merasakan sengatan-sengatan listrik yang mengalir keseluruh tubuhnya saat ia dan Baekhyun melakukan kegiatan ranjang yang selalu rutin mereka lakukan setiap mereka menginginkannya.

Kembali, ia mencoba meraba hal abstrak bernama keraguan yang membuatnya sesak. Ia takut. Sangat takut jika—

Byun Baekhyun namanya. Pemuda yang telah bersama-sama dengannya saat mereka masih kecil. Pemuda itu tengah tertidur lelap akibat permainan panas yang mereka lalui baru saja. Chanyeol menyampingkan tubuhnya, menghadap wajah Baekhyun yang sempurna tanpa cacat. Tangannya terulur untuk meraba wajah mulus bak porselen milik Baekhyun. Namun—beberapa detik kemudian, ia menarik kembali uluran tangannya.

Getaran itu... tak lagi terasa.

Dua hari setelahnya, Chanyeol mengunjungi rumah Kris. Dia datang sendirian, tak bersama Baekhyun. Dan itu membuat Kris heran.

"Mana Bacon?" tanya Kris ketika mereka sudah sampai di ruang tamu.

Chanyeol menyeruput kopi hitam yang dibuatkan Kris untuknya. Kemudian meletakkannya kembali ke meja di depan mereka. "Di apartemen."

Alis Kris terangkat. Ia menyenderkan tubuhnya pada sofa putih yang sedang ia duduki. "Kalian bertengkar?"

Chanyeol menggeleng. "Tidak."

"Lalu?"

Chanyeol menatap Kris yang ada di depannya. "Kurasa—aku sudah kembali normal.."

Kris mengernyit bingung. "Apa maksudmu?"

Chanyeol menghela napas lelah. "Maksudku—aku bukan gay lagi."

"Omong kosong." Kris tertawa sarkastik. "Darimana kau bisa menyimpulkan hal idiot semacam itu?"

Chanyeol mengangkat bahunya. "Kau tahu? Mungkin beberapa hari yang lalu, entahlah. Saat aku—maksudku kami berdua, melakukan kegiatan rutin kami. Saat itu aku merasa ada yang aneh. Tak ada lagi perasaan membuncah saat aku melakukannya dengan Baekhyun dulu."

Kris mendecak kesal. "Kalian hanya lelah. Butuh hiburan."

Chanyeol menggeleng keras. "Tidak, Kris. Bukan seperti itu. Aku sudah membuktikannya."

"Dengan cara?"

"Kencan. Dan—tidur. Bersama Seo-yeon."

Mata Kris membola sedetik setelah Chanyeol mengatakan kalimatnya. Rahangnya mengeras menahan amarah. "Kau selingkuh?"

Chanyeol terdiam.

Kris menggeleng tak percaya. Bibirnya menyunggingkan senyum mencela. "Kau begitu hina, Park Chanyeol. Sangat hina."

Hening. Hanya ada suara yang berasal dari deru napas Kris yang berusaha meredam emosinya.

"Kau berselingkuh dari Baekhyun?! Bagaimana bisa? Bahkan Baekhyun adalah matahari yang selalu ikhlas memberikan sinarnya untuk tumbuhan kerdil sepertimu, Chanyeol! Bagaimana mungkin kau tega mengkhianati cintanya yang tulus itu?"

"..."

"Bahkan dulu kaulah yang mengemis pada Baekhyun untuk selalu berada disisimu selamanya!"

"Cukup, Kris! Aku pun tak tahu apa yang terjadi!"

"Kau berselingkuh dan berdalih bahwa kau telah kembali normal! Itu yang terjadi!"

Chanyeol menunduk seraya mengusap wajahnya kasar. Ia sungguh tak paham akan apa yang terjadi. Apa benar dengan apa yang dikatakan oleh Kris? Chanyeol bertanya dalam hati.

Pikirannya beralih pada seorang perempuan bernama Seo-yeon.

Dia cantik, dengan tubuh tinggi semampai dan wajah ramah yang menghangatkan semua orang yang memandangnya.

Park Chanyeol bertemu dengan Seo-yeon saat perusahaan mereka mengadakan pesta untuk merayakan hari jadi perusahaan.

Satu kata yang terlintas saat Chanyeol berbincang sedikit dengan Seo-yeon adalah... Seo-yeon wanita yang ramah, asyik, banyak tertawa, dan manis. Dia sosok wanita yang menjadi incaran semua lelaki—normal.

Pernah terlintas dalam pikiran Chanyeol—apa jadinya jika Seo-yeon lah yang bersama dengannya, bukannya Baekhyun?

Toh kepribadian keduanya nampak tak jauh berbeda.

Lambat laun, Chanyeol mulai tertarik pada si Seo-yeon itu. Awalnya dia mengira bahwa itu hanya perasaan kagum. Namun sepertinya dia kembali meragukannya. Gelenyar aneh itu datang saat Seo-yeon tiba-tiba mendekatkan bibir penuhnya pada bibir Chanyeol, mengecupnya pelan, namun pasti.

Chanyeol ingin, ingin sekali berusaha menolak. Namun dia tahu. Bahwa jauh, jauh sekali dalam lubuk hatinya, ia menginginkan hal ini juga.

One night stand dengan Seo-yeon terjadi begitu saja, secepat ciuman yang Seo-yeon curi darinya. Bahkan dia lupa menghubungi Baekhyun yang ternyata sudah mencoba menghubunginya berkali-kali.

10 missed call from Byunnie Baek.

Tulisan itu yang mampir di layar ponsel genggam seorang Park Chanyeol yang tengah tertidur pulas di apartemen pribadi milik Seo-yeon. Dengan tangan kekarnya yang melingkar erat di badan polos sang gadis cantik...

—oo—

Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Pepatah lama, namun aku memercayainya. Mungkin Chanyeol juga sadar.

Baekhyun mulai curiga dengan sikap Chanyeol yang mulai aneh.

Chanyeol tak pernah bersikap dingin padanya. Tapi—akhir-akhir ini, Baekhyun sadar, bahwa ini sudah minggu ketiga mereka tak melakukan hubungan badan. Dan itu bukan Chanyeol-sekali.

Baekhyun nampak ingin bertanya. Tapi ia mengurungkan niatnya. Mungkin Chanyeol lelah, pikirnya.

Sama halnya dengan Baekhyun, Chanyeol pun merasa bahwa Baekhyun menaruh curiga padanya.

Kemudian, hari itu...

Tepat sehari setelah ia menemui Kris. Hari itu adalah hari Minggu. Chanyeol dan Baekhyun tak pergi bekerja, tentu saja. Chanyeol mengusulkan agar mereka berdua pergi ke kedai eskrim langganan mereka. Baekhyun menyetujuinya.

Satu meja di sudut ruangan di kedai langganan mereka merupakan spot favorit Baekhyun. Karena meja tersebut dekat dengan jendela yang langsung mengarah ke luar kedai.

Baekhyun menatap para pejalan kaki lewat jendela besar di samping meja mereka. Sesekali, ia tertawa pelan ketika netra cerah miliknya melihat para anak kecil menyeberang jalan sambil bergandeng tangan, di tuntun oleh ibu guru mereka.

"Aku ingin punya anak," celetuk Baekhyun.

Chanyeol beralih dari ponselnya, tersentak menatap Baekhyun yang masih mengamati keadaan di luar. "Apa?"

Baekhyun menoleh pelan. "Aku ingin punya anak suatu hari nanti," jelasnya. Sebuah senyum tulus tersungging di bibir tipisnya. Wajah cerahnya yang tertimpa sinar matahari membuat Chanyeol sulit bernapas. Ia—malu pada dirinya sendiri...

Bagaimana bisa dia main belakang dengan Seo-yeon ketika orang sesempurna Baekhyun ada di depannya? Tapi—ia tak mau mengulang lagi keraguan itu. Ia—harus menjelaskan semuanya.

"Kau—juga ingin punya anak, kan?"

Chanyeol kembali tersadar dari lamunannya. Baekhyun memiringkan kepalanya menatap Chanyeol yang masih terpaku.

"Yeol?"

"A-apa maksudmu?"

Baekhyun tertawa. "Ya—semua orang ingin punya anak dengan pasangannya. Ya, kan Yeol? Kau juga pasti ingin punya anak—kan?"

Chanyeol tersenyum miris. "Iya."

"Dan parahnya, kita berdua tak punya rahim." Baekhyun tertawa miris. Chanyeol merasa terpukul.

Suara pelayan menarik perhatian keduanya. Baekhyun tersenyum cerah ketika pelayan wanita itu menghampiri mereka seraya bertanya, "eskrim strawberry porsi besar dan satu eksrim pisang dengan topping candy diatasnya seperti biasa?" tanyanya ramah. Baekhyun tersenyum kecil, namun Chanyeol angkat bicara.

"Aku eskrim cokelat porsi sedang saja."

Bukan hanya si pelayan yang menatap Chanyeol heran, bahkan Baekhyun pun juga. Sang pelayan lalu mengangguk sambil tersenyum seraya menulis pesanan mereka, lalu melenggang pergi.

Baekhyun masih menatap Chanyeol dengan tatapan menyelidik. "Sejak kapan pisang tergantikan oleh cokelat?"

Chanyeol tersenyum kecil. "Aku hanya ingin mencoba rasa lain."

"Kau bahkan tak pernah mau memakan eskrim strawberry milikku?" tanya Baekhyun.

Chanyeol tak sanggup menatap Baekhyun yang duduk di depannya. Ia—takut akan kembali meragu.

"Yeol?"

"..."

"Siapa wanita yang mengenalkanmu pada eskrim cokelat?"

Kepala Chanyeol menengadah menatap Baekhyun yang masih memandangnya dengan—tersenyum.

.

.

.

TBC

A/N : dibuat mendadak untuk Caniz, temanku yang seorang fan Baekhyun dan menyukai BaekYeol walau bukan seorang fujo /nahloh/ Bday fic untuk Baekhyun.

Oya, saya mau tanya. Ada yang punya akun AO3, atau akun apapun itu yang aman buat publish fanfic dengan cast RPF?

Di publish secara sembunyi-sembunyi dan lewat hape, di tengah malam -_-