Note!
Sebelum membaca fic ini, alangkah baiknya jika;
*Sudah menonton video klip lagu Gomen Ne, SUMMER! dari SKE48 karena suasana yang ingin Kira gambarkan seperti pantai di klip itu.
*Tahu arti dari lagu Gomen Ne, SUMMER! dengan mendengar Indonesian version dari JKT48 dan menghayati setiap katanya.
~ Selamat membaca! :) ~
Disclaimer © Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHina
Summary:
…
Pasir pantai putih bersih, s'perti perasaan jujur,
Yang memaksaku, 'tuk minta maaf,
Sayang yang telah mendalam…
Maafkan, SUMMER! Menyilaukan!
Saat tatap wajahmu, dari samping…
Dalam hatiku ingin, menyentuhmu lembut,
Keisengan ku saja.
Maafkan, SUMMER! Cinta ini!
Meskipun hanya teman, t'rasa sedih…
Hanya angin laut yang, sejuk dari dulu,
Bertiup menujumu,
Maafkan, SUMMER…!
(song lyrics by: JKT48)
ARIGATOU, SUMMER!
By: Himawarino Kira
Chapter 1
Liburan musim panas ini, kami mengisinya dengan pergi ke pantai. Sekitar pukul 7, aku dijemput oleh dua sahabatku dan kami pun berangkat bersama. Perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit. Saat kami tiba, ternyata yang lain sudah sampai lebih dulu.
"Hei, kalian! Kenapa lama sekali? Cepat kemari!" sapa seorang pemuda beralis tebal dengan penuh semangat.
Kami pun balas melambai dan berlari menuju kumpulan yang sedari tadi sudah memulai pestanya. Mereka menari dan bernyanyi ria. Ada juga yang bercengkrama, hingga tertawa sambil menangis. Aku pun ikut tertawa melihat mereka.
Langit terlihat sangat cerah dan udara pun terasa sejuk.
'Benar-benar segar…' batinku sembari menikmati hembusan udara pantai pagi hari.
"Sepertinya, mereka benar-benar memanfaatkan kesempatan ini." Kataku tersenyum, melihat teman-teman yang sangat menikmati pesta ini.
'Kurasa semua sudah berkumpul.' Batinku sambil memperhatikan teman-temanku satu per satu.
Saat ku pikir semua sudah berkumpul, aku pun bergabung dengan mereka. Tapi,
"Ada apa ini…? Ada yang masih kurang…?" kataku berbisik pelan , sambil memegangi dadaku yang…
'Entah!'
Aku tidak mengerti dengan perasaan ini. Sepertinya… Perasaan ini mengisyaratkan bahwa ada yang masih kurang.
'Tapi apa?'
"Hei, Kiba! Sepertinya ada yang masih belum lengkap." Kata Chouji sambil memperhatikan sekelilingnya.
"Benarkah? Siapa?" Kiba menghentikan tariannya sejenak, lalu ikut memperhatikan sekitar.
"Entahlah… Aku juga kurang yakin." Sahut Chouji.
"Dimana Naruto?" tanya Sasuke tiba-tiba, sepertinya ia baru saja datang.
'Apa? Naruto?' batinku terkejut.
"Oh, iyaa! Naruto! Dimana dia?" teriak Kiba girang karena akhirnya tahu siapa yang tidak ada di pesta.
"Oh, benar juga! HOOII! Apa ada yang melihat Naruto?" teriak Chouji kepada teman-teman lain. Tapi tak ada yang memberi jawaban. Ia melihat Shikamaru dan bertanya padanya.
"Hoi, Shika! Apa kau melihat Naruto?"
"Tidak." Jawabnya singkat, lalu kembali tidur.
Lalu Chouji melihat kearah Sai yang sedari tadi sibuk memperlihatkan lukisannya pada Neji yang sepertinya merasa terganggu dengan keberadaan Sai.
"Apa kalian melihat Naruto?"
"Tidak." Jawab Neji singkat.
"Entahlah, Chouji. Sedari tadi aku belum melihat Naruto." Jawab Sai dengan nada lembutnya dan ikut menyumbangkan raut wajah khawatirnya.
"Sepertinya, tadi aku melihatnya sedang berjalan-jalan di bibir pantai." Kata Kakashi-sensei tiba-tiba tanpa melepas pandangan dari bukunya itu.
"Syukurlah. Aku pikir dia tidak datang." Jawab Sai senang dengan senyum andalannya.
"Apa yang dilakukannya disana?" tanya Sasuke.
"Sepertinya… Ia butuh waktu untuk sendiri, Sasuke." sahut Sasame.
"Oh, baiklah." Jawab Sasuke singkat. Sepertinya ia mengerti maksud Sasame.
Chouji, Kiba dan yang lain hanya diam. Lalu mereka melanjutkan kembali kesibukan mereka. Sepertinya ada yang mereka sembunyikan.
'Apa maksudnya? Kenapa mereka hanya diam?' batinku heran dan bingung melihat respon mereka. Aku hanya bisa menunduk, mengepalkan kedua tanganku dan mendekatkannya di dada. Aku tak berani bertanya.
'Entahlah…'
Aku tak yakin dengan perasaan ini. Tapi, sepertinya perasaan ini sangat mendorongku untuk menuju tempat itu.
Setelah sekian lama hanya duduk diam dengan perasaan ini, akhirnya ku putuskan untuk pergi kesana.
Ku lepaskan genggaman tanganku, lalu menarik nafas panjang. Dengan masih ragu, dengan pelan-pelan dan sembunyi-sembunyi, aku pergi menuju bibir pantai. Aku tak ingin ada seorangpun yang tahu bahwa aku ingin menemui Naruto.
Dengan ragu dan langkah yang sesekali terhenti, akhirnya aku sudah sampai setengah perjalanan. Saat melihat kedepan…
'Ternyata benar! Dia disini!' batinku berseru riang saat melihat dia yang sedang duduk memeluk lutut sambil melihat kearah ombak yang datang, yang membasahi kakinya.
Ia tersenyum, dan sepertinya menikmati hembusan angin laut yang menerbangkan rambut kuningnya.
"Apa yang dilakukannya sendirian disana? Apa ia sedang menunggu seseorang?" kataku penasaran.
'INI KESEMPATANMU!'
Tiba-tiba kalimat itu berteriak dalam pikiranku. Entah dari mana datangnya.
"Kesempatan? Kesempatan apa?"
(DEG!)
" ! "
Aku terus memegangi dadaku yang sepertinya berdetak semakin cepat.
"Kesempatan…? Mungkinkah sekarang kesempatan itu…?"
Aku masih tidak yakin dan hanya diam menunduk. Jantungku pun berdetak semakin tak beraturan.
'CEPATLAH!'
Ia kembali berteriak dalam pikiranku yang sontak membuatku kaget.
"…"
Setelah lama hening, aku putuskan untuk 'mengikuti' suara itu.
'Ini kesempatanmu! Cepatlah!'
"Baiklah! Aku akan mengatakan semuanya!" kataku sambil melangkah pelan tapi pasti, menuju tempatnya duduk.
Setelah sampai di belakang Naruto dan hanya berjarak beberapa langkah, perasaan ragu itu datang lagi!
'Astaga! Bagaimana ini?! Lidahku kelu!'
Maksud hati ingin menyapa, namun lidah terasa kelu.
'Bagaimana ini? Tanganku juga terasa berat!'
Ingin menepuk, tapi tangan terasa berat.
Akhirnya, aku hanya bisa diam. Diam tak berani mengeluarkan satu kata pun dan tak berani melakukan apa-apa. Hanya bisa melihat Naruto dari belakang.
Aku menunduk… Dan sudah kurasakan air mata yang sangat ingin keluar.
'Ternyata tidak bi…'
"Hinata?"
" ! " betapa terkejutnya aku saat menoleh ke sumber suara itu. Naruto melihat kearahku.
"Na-Naruto…" kataku pelan.
"Ada apa, Hinata?" tanya Naruto, membelakangiku.
Lidahku benar-benar kelu, aku ingin sekali menjawab. Tapi… Tidak bisa!
"…"
'Katakan!'
Teriakan itu…
"Bolehkah aku duduk disampingmu?!"
Kalimat itu keluar dengan cepat dan begitu saja dariku dengan nada sedikit berteriak. Akupun terkejut dan seketika tanganku menutup mulut.
'Aku bisa!' batinku senang.
Kulihat Naruto hanya diam, dan aku masih menunggu.
"Tidak." Jawabnya singkat.
"Apa?" lagi-lagi kata itu keluar begitu saja. Kembali aku menutup mulutku dan Naruto menoleh kearahku.
Tak lama kemudian, ia tersenyum lalu tertawa. Aku pun bingung dibuatnya.
"Hahahahaha!"
"A-ada apa?" tanyaku pelan.
"Hahaha! Kau lucu, Hinata!"
Aku hanya diam, menunduk malu.
"Oh… Ma-maafkan aku. A-aku tidak bermaksud."
Perlahan kuangkat kepala dan melihat kearah Naruto.
"A-ada apa? Oh! Maafkan aku, Hinata! A-aku tidak bermaksud seperti itu! Tentu saja kau boleh duduk bersamaku." Katanya tergesa-gesa dan seperti salah tingkah.
Tanpa sadar, aku tertawa. Naruto tersenyum melihatku. Segera aku menunduk karena aku yakin wajahku mulai memerah.
"Ada apa? Kenapa diam?" Naruto berusaha melihat wajahku yang kusembunyikan.
"Ti-tidak." Jawabku pelan.
"Oh. Kalau begitu… Ayo, duduk!"
Naruto menarik lenganku dan mengajakku untuk duduk, tepat disampingnya. Ia pun memukul bahuku sambil kembali berkata, "Kamu lucu!"
Kembali ia melihat kearah ombak-ombak yang bergerak sangat serasi. Angin kembali berhembus dengan lembut. Aku menatap Naruto, yang sedang memejamkan mata, menikmati hembusan angin.
"Bisa sedekat ini." Kataku pelan dan tersenyum, sambil masih menatap Naruto. Sinar matahari sedikit menyilaukanku, namun tidak membuatku berpaling untuk terus mengaguminya.
"Apa yang kau katakan, Hinata?" tanya Naruto tanpa menoleh. Tapi aku tidak menghiraukan.
"Hinata?" Naruto menoleh dan mendapati aku sedang menatapnya. Dengan segera aku memalingkan wajah. Betapa malunya aku!
'Bodoh! Kau bodoh, Hinata!' batinku menyesali diri dan merusaha menyembunyikan rasa maluku. Saat ku intip, ternyata Naruto tersenyum kearahku, yang membuatku semakin malu.
…
…
…
Beberapa menit berlalu dan kami hanya diam.
"Ngg… Aku…" kata kami serempak.
"Kau duluan." Lagi-lagi serempak.
Aku memutuskan untuk diam dahulu.
"Ladies first." Kata Naruto mempersilahkan, dan tersenyum.
Dengan terpaksa, aku memulai bertanya lebih dahulu.
"Ng…"
'Haruskah aku basa-basi dahulu atau langsung ke inti?' Batinku.
"Ng… A-apa yang kau lakukan disini?" kataku perlahan.
"Oh, itu… Aku hanya ingin menikmati udara pantai."
"Oh…" kataku singkat, tak tahu harus menjawab seperti apa.
"Mmm… Bagaimana denganmu?"
"A-apa?!"
"Kenapa terkejut? Aku 'kan cuma bertanya."
"Ti-tidak. Ma-maaf, aku tidak mendengar."
"Bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan disini?"
"Ng… Itu…"
'Apa yang harus kukatakan?' batinku.
"Ada apa? Apa pestanya tidak menyenangkan?"
"Bu-bukan! Pestanya sangat menyenangkan."
"Lalu?"
"Ng… Ngg…" aku hanya memainkan kedua ujung jari telunjukku. Dan Naruto sepertinya menunggu jawabanku.
"Ng… Aku…"
… 'Katakan!'
"Aku hanya…"
… 'Katakan!'
"Ingin…"
… 'KATAKAN!'
"Menemanimu!"
Awalnya, aku tidak berani melihat Naruto. Tapi, akhirnya kuberanikan diri.
Saat aku menoleh, Naruto menatapku. Sepertinya terkejut. Namun tak lama kemudian, ia tersenyum. Senyum yang sangat ku harapkan… Senyum yang terasa begitu hangat yang ditujukan hanya untukku.
"Benarkah?"
"Ba-bagaimana menurutmu?" kataku dengan perlahan dan ditemani perasaan malu.
"Terima kasih."
"…" aku menoleh, sedikit tidak yakin dengan apa yang baru kudengar.
"Terima kasih sudah mau menemaniku, Hinata." Katanya tersenyum.
"I-iya. Sama-sama, Naruto." Balasku tersenyum.
Matahari semakin tinggi, dan jam tanganku menunjukkan pukul 9.05. Untungnya kami sudah berpindah dibawah payung yang lebar, hingga sinar matahari tidak langsung mengenai kami. Sudah cukup lama kami berbincang, dan aku benar-benar sangat senang bisa berada begitu dekat, bahkan sangat dekat dengan Naruto.
Ku tatap langit yang begitu biru dan sangat bersih dari awan. Terlihat sepasang burung putih terbang bersama, lalu mendarat di pantai. Mereka bermain, bercanda ria, lalu kembali terbang bersama.
Melihat burung-burung itu, perasaan ini muncul lagi.
'Entah…'
Aku juga tidak tahu parasaan apa ini.
'Perasaan…'
Seperti perasaan yang sangat dalam.
'Katakan!'
Kata itu berteriak lagi.
'Katakan!'
Lagi dan lagi. Dan sepertinya perasaan ini juga mendorongku untuk mengatakan semuanya.
"Sepertinya, sudah waktunya…" kataku pelan.
"Ada apa, Hinata?"
"Na-Naruto…" aku mencoba menatap Naruto.
"Iya?"
"Ada yang ingin aku katakan…"
"Apa itu?" Naruto tersenyum.
'Sekarangkah waktunya?' batinku bimbang.
"Mm?" Naruto menatapku, dan sepertinya ia masih menunggu.
"Naruto… A-aku…"
"Iya?"
"A-aku… Aku…"
" ? "
"Aku…"
'KATAKAN!'
"Aku s…"
"NARUTO!"
Kira potong disini dulu yaa?
Masih penasaran dengan kelanjutannyaa..? Ikuti terus! :)
Dan, arigatou gozaimasu untuk yang sudah membaca fic Kira yang sangat sederhana ini. ;)
Arigatou and see you next time! ^_^
-HnK-
