Disclaimer: Pandora Hearts by Jun Mochizuki

Warning: OOC, aneh, ga asik, syalalalalalala...

*ENJO~Y*


Meskipun sudah masuk musim semi, tetapi udara di luar masih terasa begitu dingin. Oz sampai harus memakai jaket tebal dan baju yang berlapis-lapis. Ia tak tahan dingin. Andai bukan karena pekerjaan yang membuatnya harus keluar rumah, ia memilih untuk mendekam di dalam selimut tebalnya saja tapi tentu saja itu tidak mungkin. Ia harus bekerja bagaimana pun juga.

"Selamat pagi, Oz," sapa salah satu teman kerjanya saat ia mendorong pintu kafe tempatnya bekerja itu. Oz membalasnya dengan satu anggukan kecil. Ia membeku.

"Kau terlihat pucat. Kau kedinginan, mau kubuatkan sesuatu yang hangat?" tawar temannya itu, Gilbert Nightray. Sekali lagi Oz mengangguk. Bibirnya bergetar pelan. Ia benar-benar tidak tahan dingin. Ia segera mendekat kea rah pemanas ruangan dan menggosok-gosokkan tangannya.

"Harusnya kau izin saja, Oz. Udaranya begitu dingin. Kau tidak kuat," ucap Gilbert seraya menyodorkan secangkir coklat hangat pada Oz. Oz pun menerimanya.

"Kalau aku izin, siapa yang akan memasak nanti," sahut Oz. Ia ingat saat beberapa bulan yang lalu ia izin karena sakit dan tidak ada yang bisa menggantikannya menjadi koki. Akhirnya terpaksa kafe di tutup pada hari itu.

"Iya juga," ucap Gilbert membenarkan. "Tapi Oz, sepertinya hari ini pelanggan yang datang tidak akan banyak. Udara dingin membuat orang malas keluar,"

Oz tersenyum tipis dan menyesap coklat panasnya. Matanya menerawang menatap kea rah luar jendela di mana kuncup-kuncup bunga sakura belum tampak terlihat. Ia menaruh cangkirnya.

"Semoga saja tidak," tukas Oz. "Karena udara dingin sama sekali bukan halangan untuk apa pun. Ayo bekerja," Oz menepuk bahu Gilbert. Ia berjalan kea rah dapur seraya melepas jaket tebalnya dan Gilbert mengekor di belakangnya.

ooOOOoo

Xerxes Break meniup kedua telapak tangannya, berdoa supaya udara segera menghangat tapi sepertinya sia-sia. Udara tetap saja dingin. Ia malas sekali keluar rumah, tetapi Hatter, anjing samoyede-nya membuatnya keluar rumah hanya untuk jalan-jalan. Break berpikir, apa Hatter tidak bisa merasakan hawa yang begitu dingin ini sehingga ia tega membiarkan majikannya keluar rumah. Hatter berlari di sepanjang taman dan menarik Break mengikutinya kemana pun ia berlari.

"Hatter, pelan-pelan," tukas Break dan tentu saja Hatter tidak menghiraukannya. Break mengikutinya sambil menggerutu pelan. Tiba-tiba saja mata Break menangkap secarik kertas yang terselip di bawah bangku taman. Break mengernyitkan dahi. Ia yakin, itu tidak mungkin tidak sengaja di taruh di sana.

"Ya ampun," serunya. Baru-baru ini ia menonton film aksi yang di mana sang penjahat menaruh surat komunikasi dengan sesama penjahat di tempat umum yang orang tidak akan menyadarinya.

"Hatter, berhenti," Break menarik paksa tali kekang Hatter dan berjalan mendekati kursi taman itu. Mungkin, inilah saatnya ia menjadi pahlawan. Break berjongkok lalu mengambil kertas itu. Break membuka kertas itu.

E.N,

Hai, ini O.V. Bagaimana keadaanmu, E.N? Udara begitu dingin akhir-akhir ini. Maaf, jika aku akan jarang membalas suratmu. Lalu, ceritakan lagi tentang liburanmu ke Sabrie.

O.V

Break makin mengernyitkan dahinya. Ia berpikir, apa penjahat akan menanyakan liburan temannya ke Sabrie? Tapi ia kembali melogikanya, jangan-jangan itu adalah sandi rahasia. Ia membaca kertas selanjutnya.

O.V,

Hai O.V, Sabrie sangat menyenangkan. Aku menikmatinya, makanannya enak di sana. Apa kau mau berhenti saja menulis di tempat surat rahasia ini sampai cuaca membaik? Kau bilang kau mudah sakit di udara yang buruk.

E.N

Break menarik satu sudut bibirnya. Ternyata hanya surat biasa. Sepertinya ini seperti sahabat pena yang cukup unik. Tiba-tiba saja, sebuah pikiran terbersit di kepala Break. Ia segera mengeluarkan buku note dan pena yang biasa ia bawa kemana-mana. Ia merobek secarik kertas lalu mulai menulis,

Hai O.V dan E.N, sepertinya menyenangkan mengirim surat seperti ini. Boleh aku bergabung? Aku akan datang seminggu lagi.

Break berhenti menulis. Ia mencari nama samaran yang tepat sebelum akhirnya ia mengetuk penanya dan menulis,

X.B.

Kemudian Break kembali menyelipkan kertas-kertas itu di bawah kursi taman. Hatter menggonggong ke arahnya. Break tersenyum dan membelai kepala Hatter.

"Mungkin ini akan menjadi hiburanku setelah penat di dunia hiburan," ucapnya pada Hatter. Break pun bangkit. Ia mencium wangi kue yang baru di panggang dari kafe yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Aku lapar, Hatter. Tidak masalah kan kalau kita ke sana?" tanya Break. "Aku sudah menemanimu jalan-jalan, lho,"

ooOOOoo

"Oz, Key Lime Pie satu dan Earl Grey," teriak Gilbert dari luar dapur kafe.

"OKE," sahut Oz. Ia segera membuka ovennya dan memotong satu iris Key Lime Pie kemudian menyiapkan secangkir mochiato panas. Setelah itu ia keluar dari dapur dan menyerahkannya pada Gilbert.

"Wuah, masih panas sekali, Oz," komentar Gilbert ketika menerima nampan dari Oz. Pemuda itu terkekeh.

"Tentu saja, baru keluar dari oven. Pergilah, pelanggan menunggu," ucap Oz mendorong punggung Gilbert.

"Iya, iya Oz," balas Gilbert. Oz mendongak menatap pelanggan pertamanya hari itu. Seorang pria berambut kelabu yang di potong rapi, tidak terlalu panjang atau pun pendek dengan style yang cukup aneh. Pria itu bersama seekor anjing yang sangat menawan, membuat Oz mengelus dada jika di bandingkan dengan anjingnya sendiri, B-Puppy.

Oz memakai jaketnya dan berjalan keluar restoran melalui pintu belakang. Ada sesuatu yang harus ia lakukan. Udara dingin kembali menyerangnya begitu ia membuka pintu. Ia segera berlari menuju ke taman di seberang kafe dan mendekati sebuah kursi yang kosong di sana. Oz membungkuk untuk mengambil kertas-kertas yang biasa ia selipkan di bawahnya. Ia berharap ada balasan dari "E.N" dan benar saja, E.N membalasnya. Oz tersenyum senang, namun senyumnya memudar ketika melihat satu kertas tambahan di balik kertas dari E.N, dari sebuah nama baru, X.B.

Oz membacanya sebentar kemudian ia merobek dua carik kertas dari buku notenya. Ia pun menulis.

Hai E.N, tidak apa-apa. Kita teruskan saja. Aku tidak selemah itu kok. Hahaha. Kurasa kita mendapatkan teman baru. Bagaimana kalau kita sapa saja dia.

O.V

Kemudian ia kembali menulis untuk X.B.

Hai X.B, salam kenal, aku O.V. Semoga kita bisa berteman. Ceritakan tentang dirimu.

O.V

Oz segera menyelipkan kembali kertas-kertas itu di bawah kursi lalu ia berlari kembali ke kafe. Begitu masuk ke dalam kafe, Gilbert langsung menyerbunya dan mengguncang-guncangkan bahunya. Oz mengernyitkan dahinya bingung.

"Ada apa, Gil?" tanya Oz heran.

"Oz, itu Oz. Pelanggan kita itu, Oz," ucap Gilbert kesetanan.

"Ada apa dengannya?"

"Dia…dia..dia artis dan dia makan di kafe kita. Aku baru menyadarinya. Dia bilang kue buatanmu lezat,"

"Lalu?"

"Dia sudah pergi dan memberi banyak tip untuk kita karena dia sedang senang, Oz,"

"Lalu apa yang kau sesali?" tanya Oz makin bingung.

"Oz~ kenapa dia tidak datang saat tamu kita sedang banyak? Nanti kan pelanggan kita tambah banyak," sesal Gilbert. Walau ia terlihat sedih dan kesal namun wajahnya tetap cerah oleh senyumnya.

"Ya sudah, kalau dia memang suka dengan kue-ku, dia akan datang lagi nanti," ucap Oz akhirnya. "Memang siapa namanya?"

"Xerxes Break,"


NOTE: Yahoo, chapter satu selesai looh... *Salto**Nari hula* makasih banget loh udah mau baca :) lebih makasih lagi kalo mau ngereview :D :D :D *ngarep*

Ini pertama kalinya buat fic serius dan pertama kalinya menginjakkan ujung kakiku di fandom PANDORA HEARTS *Love Break, Break Love*

Udah lama nyimpen nih file dan akhirnya ter-upload juga..hehehee... #curcol #..

And the last...

REVIEW?