Sweet Moment
Disclaimer : BoBoiBoy punya animonsta. Tapi Fang sama Halilintar buat author :v *dilemparsendal
Warning : Typo(s), OC, diusahain ga OOC Tapi kayaknya OOC :v, gaje, ga ada konflik kayaknya :v
A/N : Halooo, saya author baru di fandom ini *lambailambaitangan* di fanfic ini point of view nya adalah kalian para readers! Horeee :v Atau bisa juga disebut (namakamu) POV .-. (kok muter – muter :v) Jadi 'aku' nya itu, kalian para readers ^o^ Silahkan dibaca jika berkenan. Kalau ga suka, ga usah dibaca *wink
Chapter 1 : Tempat duduk dan Hujan.
Aku melangkahkan kakiku menyusuri koridor sekolah pagi ini. Aku terus berjalan sampai melihat kelasku. Aku berjalan memasuki kelas saat kelasku sudah berada didepanku. Aku meletakkan tasku di tempat dudukku dan berjalan keluar kelas untuk bergabung bersama teman temanku yang berada di luar kelas. Setelah selesai mengobrol asyik dengan teman temanku, aku pun berjalan memasuki kelas. Lagi. Karena bel masuk akan berbunyi 10 menit lagi. Aku tersentak saat melihat Dila sedang duduk ditempatku. Aku pun menghampirinya. Belum sempat aku berbicara, Dila sudah berbicara terlebih dahulu.
"Eh, Aku duduk dsini ya!" Aku tersentak, sekaligus bingung.
"Apa? Kenapa kau mau duduk disini? Lalu aku harus duduk dimana?"
"Tidak apa apa sih, kau cari saja bangku yang kosong,"
"Apa?! Aku tidak mau" berhubung tidak ada bangku kosong lagi, aku tidak mau pindah tempat duduk. Lagi pula, aku kan yang datang duluan.
"Sudah, tidak apa,"
"Hey, aku tidak mau pindah,"
BRAAAKKKKK
Tasku dilempar oleh Dila ke sembarang tempat. Buku - bukuku juga jatuh berserakan. Walaupun tindakan Dila tidak terlalu kejam,tetapi aku tersinggung. Aku kesal dengan perbuatannya. Tapi karena bel masuk akan berbunyi sebentar lagi, tidak ada waktu untuk berdebat dan mau tidak mau aku akan duduk di satu satunya bangku yang kosong.
Bangku paling belakang yang terletak di pojok kelas.
Sialan! Dila memang keterlaluan, umpatku dalam hati. Aku melemparkan tasku asal dan dengan cepat aku duduk di bangku itu. Aku masih tersinggung dengan perbuatan Dila. Aku tak ada henti – hentinya mengumpat dalam hati. Aku pun juga sedang menahan amarah. Tiba – tiba, aku merasakan ada yang duduk di sebelahku. Aku menoleh untuk mengetahui siapa yang 'mau' duduk denganku.
"Kau kenapa?" suara dengan nada dingin menyapa telingaku. Suara yang amat sangat ku kenal.
"Fang? Hiks.." aku hampir gagal menahan tangisku karena sedang kesal. Lebay memang. Aku juga pun tak tahu(?)
"Ada apa?" suara itu kembali menyapa telingaku.
"Hmm, Tidak apa kok"
"Bohong. Aku telah melihat semuanya." Aku mendesah. Ternyata Fang sudah melihat kejadian tadi.
"Ceritakan padaku nanti." Fang bangkit dari duduknya dan meninggalkanku. Aku hanya bisa menghela nafas pasrah. Pasrah jika nanti aku akan duduk sendiri.
BRUK
Sebuah tas mendarat di sebelah bangku yang sedang aku duduki. Aku menoleh, Fang kembali ke sini dan meletakkan tasnya disamping bangku-ku. Fang lalu duduk dengan santainya disebelahku. Menyadari Fang mau duduk sebangku denganku, aku tersenyum tipis.
"Terima kasih Fang,"
Fang hanya berdeham membalas perkataanku.
Sedikit penjelasan, Dia adalah pacarku. Laki – laki yang menjadi idola disekolah. Laki – laki yang menjadi pujaan kaum hawa. Dia, Fang. Kami kelas dua SMA atau kelas 11. Dan tentunya, kami satu kelas.
SM
Bu Evelyn memasuki kelas. Dia terkenal sebagai guru yang paling killer. Siapa yang tidak membawa buku saat pelajarannya, Tidak mendengarkan penjelasannya, Mengobrol saat pelajarannya, dan tidak mencatat materi yang sedang ditulis dipapan tulis, akan dihukum oleh bu Evelyn. Guru yang killer bukan?
Bu Evelyn mulai menuliskan materi di papan tulis. Sial! Aku tidak kelihatan karena aku duduk paling belakang, paling pojok, dan mataku mulai minus.
"Kenapa kau tidak menulis?" aku tersentak. Dan langsung menoleh ke arah Fang yang sedang menulis.
"Aku tidak kelihatan Fang,"
"Mata kau minus?"
"Mungkin sedikit," Fang menghentikan aktivitas menulisnya, lalu menoleh ke arahku.
"Pakai ini." Fang melepas kacamatanya lalu menyodorkannya kepadaku.
"Eh? Lalu, kau bagaimana?" Aku masih kaget dengan perbuatan Fang barusan.
"Aku tak apa. Pakailah."
"Tapi.." Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Fang sudah memakaikan kacamatanya di wajahku.
"Fang.."
"Sudahlah. Sebaiknya kau cepat tulis."
Aku hanya menurut. Baru aku akan mulai menulis, tiba – tiba bu Evelyn berteriak memanggil Fang.
"FANG!"
"Saya."
"Tidak mencatat dan mengobrol saat pelajaran ibu! Keluar!"
Fang hanya menurut dan bangkit dari tempat duduknya. Saat Fang hendak berjalan, aku menahan lengannya.
"Fang," panggilku. Fang hanya menoleh menatapku.
"Maaf," Fang hanya mengangguk membalas perkataanku dan berlalu meninggalkan kelas. Aku hanya mendesah panjang.
Maaf Fang..
SM
KRING KRING
Akhirnya bel istirahat berbunyi, dengan cepat aku membereskan alat tulisku dan buru – buru keluar kelas. Tujuanku hanya satu. Yaitu Fang. Aku ingin mencari Fang. Aku melengokkan kepala ke kanan dan ke kiri. Itu dia! Fang berada di ujung koridor kelas.
"FANG!" aku berteriak memanggil Fang. Fang pun menoleh ke sumber suara, yaitu aku. Aku pun berlari menghampiri Fang.
"Ada apa?"
Aku menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Fang.
"Maafkan aku Fang, karena aku, kau jadi tidak belajar tadi," ucapku menyesal.
"Hmph, tidak apa. Nanti kita harus cari cara agar kau bisa mencatat materi dipapan tulis."
Aku hanya mengangguk.
"Ayo ke kantin."
Lagi – lagi aku hanya mengangguk.
"Ayo.. ohiya, ini kacamatamu," aku melepaskan kacamata Fang yang masih bertengger diwajahku dan memakaikannya kepada Fang. Kami pun berjalan menuju kantin.
SM
KRING KRING
Bel berbunyi lagi, menandakan bahwa jam istirahat sudah selesai. Aku dan Fang pun kembali ke kelas. Setelah menunggu 15 menit lamanya, sang guru pun belum juga memasuki kelas.
"Emm, Fang," aku memanggil Fang.
"Ya?" Fang menoleh ke arahku.
"Kata kau tadi, kita harus cari cara agar aku bisa melihat ke papan tulis,"
"Ohiya.." setelah 5 menit terdiam, aku pun memanggil Fang lagi.
"Fang? Kau sudah menemukan caranya?"
"Entah, aku pun tidak tahu."
Aku menepuk jidatku.
"Lalu? Bagaimana ini? Argh coba saja Dila tidak menempati tempatku, pasti tidak akan terjadi seperti ini,"
"Kenapa? Kau tak suka duduk denganku?" Fang menyilangkan kedua lengannya didepan dada.
"Bukan, bukan itu –"
"Mengaku lah kau suka duduk denganku." Ucap Fang dengan senyum miring diwajahnya.
"Apa sih kau ini," aku menepuk bahu Fang, menyembunyikan wajah maluku.
"Baiklah baiklah, lanjutkan yang tadi." Fang memutar kedua bola matanya.
"Hmph, jika saja Dila tidak duduk di tempatku, aku tidak akan seperti ini, susah melihat ke depan papan tulis,"
Fang hanya mengangguk.
"Hm. Bagaimana jika.." Fang menggantungkan kalimatnya.
"Apa?"
"Jika guru menulis, aku akan menulis, lalu kau lihat catatanku,"
"Hm.. baiklah.. tapi memangnya kau rajin mencatat?" ucapku dengan bercanda.
"Heh, jangan salah ya."
"Haha, aku hanya bercanda," aku tertawa kecil.
Fang hanya berdecih dan memutar bola matanya.
"Kita diberi tugas. Kerjakan halaman 18."
"Huh?"
Fang memutar matanya malas.
"Kita diberi tugas oleh ketua kelas karena gurunya tidak masuk." Fang pun membuka bukunya dan mulai mengoreskan penanya di atas buku tersebut.
"O-oh.."
Aku pun mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh sang ketua kelas. Sekitar 30 menit telah berlalu, aku sudah mengerjakan soal nomor satu sampai nomor tujuh. Tapi.. soal nomor delapan susah sekali, aku tidak bisa menyelesaikan soal tersebut. Sudah lima menit aku membolak balikan halaman buku untuk menyelesaikan soal nomor delapan ini. Tapi aku rasa tidak ada cara untuk menyelesaikannya. Aku melirik seseorang yanga berada di sampingku. Aku sampai lupa ada Fang. Dia kan pintar disegala mata pelajaran. Mengapa aku tidak bertanya kepada Fang saja?
"Fang," panggilku kepada Fang yang sedang serius mengerjakan tugasnya.
"Hm." Fang hanya berdeham. Matanya tak lepas menatap buku yang ada didepannya.
"Kau sedang mengerjakan nomor berapa?"
"Nomor sepuluh." Jawab Fang singkat.
"Apa kau mengerti soal nomor delapan?"
Fang mengangguk. Matanya yang tadi menatap buku yang ada dihadapannya, kini menatapku.
"Kenapa? Kau tidak mengerti?"
Aku hanya mengangguk.
"Bisakah kau mengajariku?" tanyaku malu – malu.
Fang menarik buku punyaku dan mendekat ke arahku.
"Nomor delapan ini diselesaikan dengan cara…"
Aku memperhatikan Fang. Bukan memperhatikan penjelasannya, tetapi memperhatikan wajahnya yang sedang serius itu. Seketika penjelasan – penjelasan yang keluar dari mulut Fang, aku abaikan. Aku terpaku melihat wajah Fang. Fang terlihat..
Tampan.
"Begitu caranya. Kau mengerti?"
Cukup lama aku memperhatikan Fang, sampai suara Fang membuat aku tersentak. Aku tersadar dari lamunanku.
"A-ah.. bisa kau mengulanginya?"
Fang hanya mendengus.
"Jadi.. nomor delapan ini diselesaikan dengan cara.." Fang dengan baik hatinya mengulang penjelasannya yang sempat aku abaikan hanya karena aku melihat wajah Fang yang.. tampan? aku pun mulai mencoba mencerna apa yang Fang jelaskan.
SM
KRING KRING KRING
Lagi – lagi bel berbunyi. Menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar disekolah telah usai. Para siswa dan siswi langsung bersorak ria karena bahagia. Mereka pun berhamburan keluar kelas. Kini, hanya aku dan Fang saja yang masih berada dikelas. Aku masih sibuk membereskan alat – alat tulisku. Fang pun juga begitu.
"Ayo pulang." Ucap Fang setelah selesai membereskan alat tulisnya.
Aku pun mengangguk. Fang tadi sempat mengajakku pulang bersama, kebetulan Fang sedang tidak ada kegiatan OSIS. Kami berdua berjalan beriringan keluar sekolah.
"Ceritakan kejadian tadi pagi."
Aku pun mendongak menatap Fang yang lebih tinggi dariku.
"Memangnya kau ingin tau ya?"
"Iyalah."
"Ih pengen tau banget," ucapku sambil tertawa.
Muncullah perempatan merah imajinatif menghiasi dahi Fang.
"Ish, sini kau!"
"Haha, ampunn," ucapku sambil berlari meninggalkan Fang. Fang pun berlari mengejarku. Dan terjadilah aksi kejar – mengejar.
"Dapat kau." Fang menarik lenganku. Fang dapat menyusulku dengan cepat. Aku hanya bisa cengengesan.
"Sekarang ceritakan."
"Iya, iya,"
Fang melepaskan lenganku, lalu memasukkan tangannya kedalam saku celana.
"Hmm, Jadi tadi pagi aku datang dan menaruh tas. Lalu keluar kelas dan mengobrol dengan sahabat sahabatku yang ada dikoridor sekolah. Lalu aku pun masuk ke kelas karena bel masuk akan berbunyi beberapa menit lagi." Aku menarik nafas sebelum melanjutkan ceritaku.
"Lalu aku lihat Dila duduk di tempatku dan memindahkan tas miliknya. Dia bilang dia ingin duduk ditempatku. Aku sudah menolak, tapi tasku sudah dilempar dan bel masuk akan berbunyi beberapa menit lagi. Saat itu aku sangat kesal, dan hanya bisa pasrah. Lalu kau datang dan duduk disampingku. Tapi sekarang emm.. aku sudah tidak terlalu sedih, Karena kau. Terima kasih Fang!" Ucapku sambil tersenyum. Fang hanya berdeham dan menatap lurus jalanan.
"Lalu, jika besok dia duduk di tempatmu lagi, kau bagaimana?" Tanya Fang.
"Emm.. entahlah.."
Tiba – tiba aku merasakan air dari atas langit jatuh ketelapak tanganku. Fang yang tadinya melirikku, Sekarang ia mendongak menatap langit.
"Sepertinya langit sudah mendung, dan akan hujan... deras?" Ucap Fang yang diakhiri setengah pertanyaan. Tiba – tiba air turun dari langit membasahi jalanan. Hujan. Lama kelamaan semakin deras.
"Ayo cepat kita ke halte." Ujarku sambil menarik lengan Fang dan berlari.
"Tunggu!" Fang menghentikan langkahnya, Otomatis aku pun ikut berhenti. Air hujan pun mulai membasahi pakaian kami berdua.
"Pakai ini." Ujar Fang seraya melepaskan lilitan jaket ungunya pada pinggangnya. Lalu Fang memakaikan jaket tersebut diatas kepalaku.
"Lindungi kepalamu."
"Tapi kau bagaimana?"
"Ayo cepat ke halte sebelum hujan semakin deras." Ujar Fang berlari sambil menarik lenganku. Aku pun ikut berlari. Tangan kiriku di tarik oleh Fang dan tangan kananku aku gunakan untuk melindungi kepalaku dari air hujan menggunakan jaket ungu Fang. Akhirnya, kami sampai di halte dengan ngos-ngosan. Aku memandang Fang yang seragamnya sangat basah kuyup. Lalu aku melihat diriku, Seragamku tidak terlalu basah. Tiba tiba Fang mengambil jaket nya yang kutaruh diatas kepala. Dan ia memakaikannya pada tubuhku.
"Fang."
"Mm?"
"Apa gapapa aku memakai jaket mu?"
"Memangnya kenapa? Gapapa lah"
"Emm.. Kau bagaimana? Tidak apa apa seragammu basah kuyup? Apa kau kedinginan?"
Fang terdiam sejenak.
"Sudah tugasku melindungi mu." Ujar Fang sangat pelan tapi aku masih bisa mendengarnya.
"Apa?" Aku bertanya untuk memastikan apakah aku tidak salah dengar.
"Bis sudah datang. Ayo!" Fang mengalihkan topik dan menarikku masuk ke dalam bis. Kami duduk berdua. Hawa terasa dingin karena hujan. Tetapi aku tidak terlalu merasakan kedinginan, Karena jaket Fang, walaupun jaketnya sedikit basah. Aku menoleh kesamping ku dan menatap Fang. Dia duduk dipojok dekat jendela. Matanya tidak lepas menatap pemandangan di luar jendela. Aku mengamati Fang, Wajahnya basah terkena air hujan, Seragamnya basah kuyup, dan juga tangannya yang (seperti) memeluk badannya.
"Fang, apa kau kedinginan?"
"Tidak kok." Fang menoleh ke arahku, lalu memandang jendela lagi.
"Emm.." aku bingung membalas perkataan Fang. Sampai aku sadar aku harus turun di halte yang akan di lewati oleh bis. Halte dekat rumahku.
"Ah Fang, Aku duluan ya! Ohya ini jaketmu," Aku berdiri dan hendak melepaskan jaket Fang.
"Tidak usah, Pakai saja jaket ku. Hati hati di jalan." Bis pun berhenti tepat didepan halte dekat rumahku. Aku cepat cepat turun dari bis sebelum bis berjalan lagi. Hujan masih turun, tetapi tidak sederas seperti tadi. Dari balik jendela bis, samar samar aku melihat Fang melambaikan tangannya pelan kearahku sambil tersenyum tipis. Bis pun jalan meninggalkan halte ini. Aku segera sadar dari lamunanku dan berjalan cepat menuju rumahku sebelum hujan membasahi seragamku.
SM
Keesokan harinya, Aku sangat terkejut karena Dila datang sangat pagi dan menempati bangku-ku. Lagi. Kelas masih sangat sepi pagi ini, tetapi Dila sudah datang dan menempati tempat dudukku. Aku mendengus. Kesal. Aku berjalan menuju tempat duduk-ku -Yang lama-.
"Misi, Aku mau duduk." ucapku malas tapi aku buat sesopan mungkin.
"Hari ini aku duduk disini ya? Kau duduk dibelakang aja lagi. Aku mau duduk sama Nira mulai hari ini." Ucapnya santai. Aku menggeram. Ingin sekali menonjok orang yang satu ini.
"Hey! Tidak bisa! Ini tempatku dengan Nira! Kenapa jadi kau yang duduk dengan Nira?!"
"Lho, kamu kenapa?" Aku menoleh ke sumber suara. Nira.
"Nir, Dia duduk disini! Ini kan tempat duduk kita!"
Mira menatap Dila.
"Mir, Aku duduk disini ya sama kamu." Dila menatap Mira penuh harap.
"Emm.. Maaf tapi Dila mau duduk sama aku,"
"Terus aku gimana?! duduk dimana?" Sela ku.
"Err.. kayak kemaren aja." Mira menaruh tasnya pada bangkunya. Aku menghentakkan kaki ku kesal menuju bangku paling belakang. Kali ini aku bukan sedih, Tapi marah, kesal, rasanya ingin aku mencekik dua orang yang sedang tertawa tertiwi didepanku.
SM
Aku menunggu Fang datang. Aku ingin bercerita tentang semua kekesalanku, Tapi mana dia? Bel masuk akan berbunyi sebentar lagi.
KRIIINGGG
Bel masuk berbunyi. Aku gelisah. Fang kemana? Apa di terlambat? Apa dia hari ini bangun kesiangan? Apa dia... tidak masuk hari ini? Aku pikir Fang akan terlambat. Tetapi, mungkin perkiraan aku salah. Karena sang guru sudah memasuki kelas. Ibu guru pun mengabsen kami satu persatu.
"Fang."
"Tidak masuk bu." Ujar sang ketua OSIS, Boboiboy.
"Ada keterangan?" Tanya sang guru.
"Dia sakit bu, ini surat sakitnya." Ujar Boboiboy sambil menyerahkan amplop yang disebut 'surat sakit' olehnya. Sang guru pun membuka amplop yang berisi 'surat sakit Fang' dan membacanya. Lalu, ia melanjutkan mengabsen murid – muridnya. Fang sakit? Benarkah? Apa karena..
SM
"Boboiboy!" Pria bertopi yang sedang menghapus papan tulis kelas menoleh.
"Iya kenapa?"
"Em.. Memangnya, Fang sakit ya?"
"Ah, iya. Dia menitipkan surat sakitnya padaku tadi pagi,"
"Eh? Benarkah? Memangnya Fang sakit apa?"
"Entahlah. Aku tidak membaca suratnya,"
Aku hanya berdeham membalas perkataan Boboiboy. Di kelas hanya ada kami berdua. Kami sedang piket sepulang sekolah.
"Haaahhh, Yang lain kemana sih? Kok cuman kita berdua yang piket?"
"Biasa,pada ngacir."
"Kau tumben enggak ngacir,kayak yang lain,"
"Hey, aku tidak ngacir," seru Boboiboy
"Terus yang kemaren – kemaren itu apa?"
"Ah... eh.. aehehehe.." Boboiboy menggaruk pipinya yang tidak gatal.
"Kemaren – kemaren kau ngacir kan? Lalu kenapa hari ini tidak?"
"Hari ini aku sedang tidak ada kegiatan OSIS," Boboiboy membalas perkataanku seraya tersenyum dan menoleh kearahku.
"Aku ngacir kan ada alasannya, karena ada kegiatan OSIS," lanjut Boboiboy.
Aku hanya mengangguk mengerti. Dan akhirnya kami piket sambil mengobrol dengan asyik, mengisi kesunyian dikelas ini. Boboiboy sangat ramah, dan juga lucu.
"Yey, Akhirnya selesai juga." Ucapku setelah selesai membersihkan kelas.
Akhirnya kami selesai juga membersihkan kelas.
"Akhirnya, Ayo pulang" Boboiboy mengambil tasnya dan berjalan keluar kelas. Aku hanya mengikutinya. Dan kami berdua berjalan keluar kelas dengan berbincang bincang.
SM
Sore ini, aku sedang berjalan menuju rumah Fang. Aku ingin menjenguknya sepulang sekolah hari ini.
Tok tok tok
Seseorang membukakan pintu dari dalam. Ah, Ibunya Fang.
"Eh kamu, Masuk dulu sini" Ujar ibunya Fang ramah. Dia sudah mengenaliku tentunya.
"Ah Iya makasih tante." Balasku ramah sambil memasuki rumahnya Fang.
"Nyari Fang ya? dia ada dikamarnya. Masuk aja kekamarnya." Lanjutnya.
"Iya, tante. Aku ke kamarnya Fang dulu ya" Aku melemparkan senyum ke arah ibunya Fang. Ibunya Fang hanya mengangguk.
"Tante ke dapur dulu ya."
"Iya tante" Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Ibunya Fang pun pergi. Aku segera melangkahkan kakiku menuju kamarnya Fang.
Tok tok
Aku mengetuk pintu kamar Fang.
"Masuk." Ujar seorang laki laki dengan suara serak. Fang sepertinya memang sakit, batinku. Aku pun membuka pintu kamar Fang. Terlihat Fang sedang duduk diranjangnya, tubuhnya dibalut selimut dan tangan nya memegang buku, Dan tak lupa matanya menatap ke arahku.
"Oh, Kau rupanya. Hai." Sapa Fang kaku. Aku tahu sifat Fang dingin. Tak heran jika Fang menyapaku kaku.
"Hai," Balasku dan mendekati Fang.
"Kau sakit? Sakit apa?" Tanyaku membuka percakapan. Aku mengambil bangku dan duduk di sebelah ranjang Fang.
"Sakit biasa. Flu."
"Apa karena kau kehujanan kemarin?"
Fang menatapku datar.
"Mungkin." Lalu Fang mengalihkan pandangan nya ke arah buku yang sedang dibacanya. Fang sakit karena kehujanan kemarin? Aku jadi merasa bersalah.
"Maaf Fang," Fang menatapku bingung.
"Untuk apa kau meminta maaf?"
"Karena aku, Kau jadi kehujanan kemarin,"
"Ini bukan salahmu."
"Tapi, karena aku, kau jadi tidak memakai jaketmu dan kehujanan, Iya kan?"
Fang menatapku lagi.
"Itu kan kemauanku. Tidak apa apa jika aku yang sakit. Yang penting kau tidak kehujanan kemarin." Fang tersenyum tipis ke arahku.
"Huh?" Aku bingung.
"Sudah tugasku melindungimu sebagai.." Fang terdiam.
"Sebagai?" Tanyaku penasaran.
"Pacarmu." Fang mengalihkan pandangannya ke arah buku yang sedang dibacanya. Aku tersentak. Jarang sekali Fang mengakui dia pacarku secara terang terangan. Aku tersenyum senang ke arah Fang yang sedang membaca buku. Dia benar – benar laki sejati(?). Aku pun mengedarkan pandanganku di kamar Fang. Pandanganku tertuju pada nampan yang berisi makanan.
"Fang, Kau belum makan?"
Fang menoleh.
"Belum." Ujarnya, Tak lama kemudian Fang terbatuk batuk.
"Makan dong. Kau sudah minum obat?" Fang masih terbatuk batuk.
"Tuh kan batuk batuk, Makan dong, terus minum obat,"
"Belum. Aku belum minun obat. Dan aku sedang tidak nafsu makan."ujar Fang setelah batuknya reda.
"Ish kau ini," Tanganku pun bergerak menyentuh kening Fang. Panas. Fang menatapku.
"Apa lihat lihat? Tuh, kan badan kau panas. Makan dong," Ujarku sambil melepaskan tangan ku dari kening Fang. Lalu aku menyentuh tangannya yang sedang memegang buku. Panas. Aku melepaskan tanganku dan menatap Fang yang masih menatapku.
"Sudahku bilang aku sedang tidak nafsu makan."
"Makan! Pokoknya kau harus makan!" Aku mengambil piring yang berisi makanan dan menyuapkan sesendok makanan ke mulut Fang.
"Makan Fang! Makann!" Fang menutup mulutnya.
"Tidak mau." Suara Fang terdengar samar karena tangannya menutup mulutnya.
"Makan, setelah itu minum obat!"
"Aku tidak nafsu makan."
Baiklah kalau begini caranya aku harus memaksa Fang. Aku menarik tangan Fang sampai tangannya tidak menutupi mulutnya lagi. Berhasil. Satu tangan aku gunakan untuk menahan kedua tangan Fang, Satunya lagi aku gunakan untuk memegang sendok.
"Makan." Ujarku datar sambil memasukan sendok yang berisi makanan ke dalam mulut Fang. Sekarang, Fang tidak mau membuka mulutnya. Aku memasukan sendok itu ke dalam mulut Fang dengan paksa. Akhirnya Fang menyerah dan membuka mulutnya.
"Aku bisa makan sendiri. Tidak perlu seperti ini."
"Eits, Tidak tidak. Nanti kau malah tidak makan. Aku saja yang menyuapimu." Fang mendengus kesal. Aku pun memasukan sendok yang berisi nasi dan lauk pauk itu kedalam mulut Fang. Lagi.
"Disekolah kau bagaimana?" Tanya Fang disela- sela makan.
"Aku merasa sepi tidak ada kau~" Ucapku spontan dan alay(?). Fang memutar bola matanya.
"Bukan itu."
"Lalu?"
"Kau duduk sendiri lagi?"
"Iya. Dila masih duduk ditempatku." Lalu aku menceritakan semuanya yang terjadi di sekolah kepada Fang dengan emosi yang meluap meluap.
"Kau tahu? Tadi sewaktu jam istirahat, Aku istirahat dengan Nira seperti biasanya. Dila entah kemana. Lalu aku berbicara kepada Nira bahwa aku ingin duduk dengannya dan tidak enak jika duduk dibelakang, aku minta tolong supaya Nira membujuk Dila agar dia tidak duduk dibangku-ku lagi. Lalu Nira berkata 'Jika Dila mau' Jawaban macam apa itu? lalu aku berkata lagi 'Kok gitu sih? coba kalau kau ada di posisi ku! Apa yang akan kau lakukan?!' Nira diam tidak menjawab. Nira harus nya mengerti posisiku! Teman macam apa dia?!"
Fang masih diam, menunggu kelanjutan ceritaku.
"Aku sunggu kesal Fang! kesal kesal kesal!" Aku meremas selimut Fang dan memukul mukul ranjang Fang. Seperti orang gila. Memang.
"Bertenanglah."
"Bagaimana aku bisa tenang jika aku sedang kesal?!" Aku menyuapkan sendok suapan terakhir kepada Fang dengan kasar.
"Aw. Pelan pelan bodoh."
"Maaf" Aku menyengir. Fang berdecih.
"Yey, Akhirnya kau selesai makan juga. Nih minum. Setelah itu minum obat." Ucapku sambil menyodorkan gelas yang berisi air putih kepada Fang. Fang meneguknya sampai habis.
"Dimana obatmu?" Fang diam dan membuka laci meja dekat ranjangnya.Setelah Fang menemukan obat – obatnya, Fang menyodorkan obat obat itu kepadaku.
"Minum sendiri sana, Kenapa? Mau disuapin?"
Fang mendengus kesal.
"Cih, Siapa sudi disuapin sama kau."
"APA?!"
"Diamlah. Aku sedang sakit. Jangan berisik."
"Kau yang memancing emosiku" Balasku tak mau kalah. Fang hanya memutar bola matanya dan meminum obatnya. Aku menyodorkan gelas yang berisi air putih kepada Fang. Lagi.
"Sudah?" Tanyaku. Fang mengangguk dan memasukkan obatnya kedalam laci mejanya seperti semula. Aku melirik kearah buku yang tadi dibaca Fang sebelum dia makan. Buku pelajaran?
"Walaupun kau sakit kau tetap belajar?!" Tanyaku kaget kepada Fang. Fang mengangguk. Wow, Fang rajin sekali. Pantas dia pintar dan banyak kaum hawa yang tertarik padanya. Aku melirik jam dinding yang berada dikamar Fang.
"Sudah sore, kau tidur sana." Fang mengangguk dan mengubah posisi duduknya menjadi berbaring. Aku menyelimuti tubuh Fang.
"Semoga cepat sembuh. Cepat masuk sekolah ya," Aku tersenyum kearah Fang. Fang tersenyum tipis. Aku berbalik dan hendak keluar dari kamar Fang. Tiba tiba Fang mencekal lenganku. Aku menoleh kearah Fang dengan pandangan bingung.
"Aku akan duduk disampingmu. Terima kasih sudah meluangkan waktu sesore ini untuk menjengukku. Sudah sore, pulanglah." Fang tersenyum lembut kearahku. Jarang sekali Fang tersenyum lembut kepadaku atau kepada siapapun. Aku membalas senyumnya dan mengangguk. Fang melepaskan cekalannya. Aku berjalan keluar kamar Fang dan menutup pintu kamar Fang dengan perlahan.
"Sama – sama. ILY Fang."
End of chapter 1
A/N : Iyey akhirnya selese juga chapter 1 :v Pendek ya? ohiya disini kayaknya Boboiboy dkk cuman lewat aja. Disini peran utamannya kalian & Fang. Cie yang jadi pacarnya Fang. Cieeee... Ini khusus buat fansnya Fang yang gak suka Fang dipairing sama orang lain(?)
Fang : Emang ada?
Author : Aku..
Fang : -_-
Author : Bhaq. Aku memang aneh :v
Ya.. pokoknya ini khusus buat fansnya Fang ^o^ Ohiya, ini adalah fanfiction pertama aku, jadi maaf ya kalau ada kesamaan jalan cerita,tokoh, karakter, atau dll(?) sebenernya fanfiction ini udah aku ketik dari bulan FEBRUARI. Kok baru dipost sekarang? Karena aku nunggu urusan uts sama ukk selesai dulu, jadi baru kesampean dipost sekarang. Aku sebenernya udah nulis fanfic banyak, tapi cuman ngegantung semua :v gak aku selese-in. Tapi, kata Gopal kalau ngerjain sesuatu jangan setengah – setengah. Dan akhirnya aku serius mau nyelesaiin fanfic ini. Tapi, aku udah niat, udah serius mau nyelesaiin fanfic ini, banyak halangan ToT tapi untunglah selesai juga :v. Difanfic ini sebenernya aku maunya pake Author POV, tapi karena udah terlanjur pake (namakamu) POV, jadi aku terusin aja :v abis udah banyak yang diketik sih.. entar capek lagi kalo diubah jadi Author POV.. salah aku juga sih sempet ngegantungin fanfic ini, pas mau ngelanjutin, bingung kan jadinya :v jadi.. sekali lagi.. disini 'aku' nya itu kalian yah para readers.. Satu lagi.. REVIEW PLEASE. Korang mau tak fanfic ini dilanjut? Kalau mau review please. Aku tunggu sampe reviewnya banyak ya.. baru dilanjutin :v *plak. Sampai jumpa di chapter depan!^^ (kalau reviewnya banyak :v)
