.
.
"WELCOME TO MY LIFE"
.
.
Disclaimer:
Naruto dan semua karakter yang saya gunakan miliknya Masashi Kishimoto
Welcome To My Life dipopulerkan oleh Simple Plan
Saya hanya minjam karakter dan lagunya. Tanpa ada niat menggunakannya untuk meraih keuntungan.
Just for fun!
.
.
For:
GHARALS (Gaara Hinata Adolescence Romance in A Love Song) Event
Sekaligus sebagai b'day fic untuk Hinata Hyuuga
.
.
Warning:
AU, OOC, Typo(s), Hinata PoV, Judul gak nyambung sama sekali, fic ini jauh dari kata sempurna.
.
.
Don't like? Don't read!
Happy reading ^o^
.
.
.
Semuanya berawal dari sebuah pembelaan sederhana yang kaulakukan—
"Hanya bisa membuat seorang perempuan menangis, eh?"
"Ini bukan urusanmu, Brengsek!"
"Kau memang pengecut, Sasuke."
"Jadi, kau mau menantangku berkelahi, heh, Gaara?"
—lalu rasa itu perlahan tumbuh menghantuiku.
Meski aku tahu kau melakukan semuanya bukan untukku, kau melakukannya untuk dirimu sendiri, untuk mengalahkan musuh-musuhmu. Tapi, siapa yang bisa menolak rasa yang kurasakan? Yang pasti bukan aku, karena aku tidak pernah berhasil menghapusnya … berapa kali pun aku mencoba.
"A-ano, Ga-gaara–san…."
"Hn?"
Terkadang semua terasa begitu aneh saat aku bersamamu. Bukan, bukan terkadang, tapi, selalu. Segalanya selalu terasa begitu aneh saat aku berada di dekatmu. Padahal tidak ada yang salah denganmu, atau kesalahan memang ada di pihakku?
"A-arigatou."
"Hn."
Meski kau hampir tidak pernah benar-benar membalas ucapanku, tapi, entah sejak kapan, kau selalu ada saat aku membutuhkan sebuah pertolongan. Kau selalu datang membantuku dengan caramu sendiri. Terkadang aku bertanya-tanya, mengapa kaulakukan itu?
"Ga-gaara-san, i-ini untukmu."
"Hn."
Konyol, eh? Aku pasti sangat konyol di matamu, tidak terlalu jauh beda dengan kebanyakan fansgirl-mu yang lainnya. Atau mungkin … aku lebih konyol dari mereka? Seorang gadis culun yang begitu mengharapkan perasaan lebih dari seorang pahlawan. Begitu, 'kan?
"Aku dengar Gaara ikut tauran lagi."
"Padahal dia tampan, lho. Sayang kelakuannya begitu."
"Aku juga dengar dia terkait kasus narkoba tahun kemarin. Tapi, karena ayahnya pejabat, dia berhasil lolos dengan mudah."
"Menurutku, dibanding Sasuke, dia itu lebih nakal."
"Iya, aku juga setuju."
Aku tidak peduli dengan kesalahan-kesalahan yang kaulakukan. Aku tidak pernah peduli dengan apa yang orang lain katakan. Karena bagiku, kau tetaplah pahlawanku. Setidaknya, aku tahu kalau di dalam dirimu, kau memiliki hati seperti malaikat. Ya, 'kan?
Aku memang bodoh.
Aku bodoh karena menyukaimu. Aku bodoh karena tidak bisa menghapus perasaan ini. Aku juga bodoh karena masih berharap bisa mendapatkanmu, padahal gadis lain yang jauh lebih baik dariku saja tidak bisa.
Tapi, aku bersyukur.
Bersyukur karena kaulah yang aku sukai. Bukan orang lain, bukan pria lain, bukan siapa pun. Hanya kau, hanya dirimu, hanya seorang Sabaku no Gaara. Karena jika tidak, aku mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana sebenarnya seorang Gaara. Mengetahui sisi lain yang kaumiliki. Dirimu yang terluka, dirimu yang merasa terabaikan, dirimu yang rapuh—
—dirimu yang kini menangis di pundakku.
Aku tidak pernah mengerti, mengapa kau memilih aku untuk menjadi tempatmu mengadu. Mungkinkah aku merupakan orang pertama yang melihatmu menangis? Aku bahkan tidak yakin kalau yang kini berada begitu dekat denganku adalah seorang Gaara.
Malam ini, semuanya terasa begitu aneh—tapi, memang disaat ada dirimu, segalanya selalu aneh, 'kan?
Tanpa sengaja, aku bertemu denganmu di sini. Di salah satu bangku taman yang begitu lengang di musim dingin yang membekukan ini. Awalnya, aku hanya ingin menegurmu—meski awalnya ragu—lalu tiba-tiba kau memelukku dan menangis seperti seorang anak kecil.
Tentu saja aku tidak mengerti apa yang terjadi padamu. Tapi, hanya dengan mendengar suara tarikan napasmu yang begitu berat, aku bisa mengerti bagaimana perasaanmu. Tidak perlu kata apa pun untuk menggambarkan semuanya, karena aku tidak terlalu peduli. Satu-satunya yang aku pedulikan saat ini adalah kau ada di sini, begitu dekat denganku, berbagi kerapuhanmu yang begitu jarang kautunjukkan.
Entah berapa lama kita di sini, berdiri dalam diam hingga kau akhirnya menghapus semua air matamu, dan membuat jarak di antara kita. Kau tidak mengucapkan apa pun, bahkan di saat kau memutuskan untuk berbalik—pergi.
"Ga-gaara-san!"
Saat inilah sebuah kekuatan tak tampak dalam diriku perlahan muncul.
Kau berbalik, menatapku dengan pandangan yang begitu sulit aku artikan. Kurogoh salah satu kantong plastik yang aku bawa, lalu berlari-lari kecil menuju tempatmu berada. Jarak yang telah kaubuat memang sudah cukup jauh, tapi aku tidak peduli, toh, dirimu tetap menungguku di sana.
"I-ini, Gaara-san." Aku memberikanmu sebuah kotak kecil berpita cokelat. "Selamat Natal, ne."
Kau terdiam cukup lama, memandangku yang berusaha tersenyum lalu beralih menuju kotak kecil itu selama beberapa saat. Hingga akhirnya, kau mengambilnya, dan berjalan pergi—begitu saja.
Sakit?
Tidak. Aku tidak merasa sakit sama sekali. Aneh, 'kan? Aku juga tidak mengerti. Saat ini, aku malah tersenyum cukup lebar. Setidaknya, aku berhasil memberikan sebuah hadiah natal sederhana untukmu, lagipula mungkin aku adalah satu-satunya orang yang pernah melihat kerapuhanmu.
Setidaknya ini sudah cukup.
.
.
.
.
.
"Nee-chan! Ada yang menitipkan ini, katanya untuk Nee-chan."
Hanabi memberikanku sesuatu yang terbungkus kado bergambar beruang yang cukup lucu.
"Dari siapa?" Otomatis aku bertanya.
"Kakak yang di sana!" Hanabi menunjuk salah satu meja di restoran kami, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Kami memang sedang berada di restoran ini untuk membantu ayah sekaligus mengisi waktu di saat liburan musim dingin yang sudah dimulai sejak beberapa hari sebelum natal.
"Kau yakin?" Aku mengernyit. "Tidak ada siapa-siapa di sana, Hanabi."
Aku bisa melihat mata adikku itu sedikit melebar, lalu dia menggeleng. "Tapi, tadi dia ada di sana, kok," ujarnya ngotot.
Aku menghela napas, lalu menerima kado yang cukup besar itu dari tangannya dan mengucapkan terima kasih. Sedikit berharap akan mendapatkan sejenis kartu ucapan serta identitas pengirimnya di dalam.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuka kado tersebut. Di dalamnya, aku bisa melihat sebuah boneka panda besar yang cukup lucu, dan sebuah note kecil berwarna biru. Dengan segera aku mengambil note tersebut, sedikit bertanya-tanya siapa yang memberikan aku kado ini. Setahuku, aku tidak pernah punya penggemar. Seorang gadis culun mana mungkin punya penggemar, 'kan?
Otanjoubi omedetou, Hinata.
Aku mengerutkan kening saat membaca baris pertama note itu. Ulang tahun? Segera kuraih ponsel yang sebelumnya kuletakkan di dalam saku, tanggal 27 Desember. Ah, ya, bagaimana mungkin aku melupakan ulang tahunku sendiri?
Terima kasih atas semua yang telah kaulakukan untukku.
Dan maaf hanya bisa memberimu kado seperti ini.
Aku benar-benar tidak tahu harus memberikanmu apa.
Kankurou bilang, kau mungkin akan menyukai kado ini.
Aku melirik sekilas boneka panda yang kini terlentang di atas lantai ruang khusus pegawai ini. Tidak terlalu buruk. Aku menyukainya, hanya saja … mengapa harus panda? Dan siapa Kankurou?
Dan aku sungguh berharap kau menyukainya.
Semoga kau bisa mendapatkan apa yang kauinginkan.
Gaara.
Kutatap lekat-lekat kata terakhir dalam note ini. Gaara? Benarkah ini dari seorang Gaara? Gaara sungguhan? Aku tidak salah baca, 'kan? Tapi sepertinya kata itu tidak berubah meski aku mengedipkan mataku berkali-kali. Kata terakhir itu benar-benar bertuliskan nama Gaara.
Entah bagaimana, aku seperti mendapat sebuah kekuatan baru. Aku segera berlari ke luar, berharap menemukan sosok Gaara di depan restoran. Tapi, tentu saja, nihil. Aku tidak berhasil menemukan siapa pun selain orang-orang tak dikenal yang berusaha bersembunyi di balik mantelnya, salju di luar memang cukup tebal.
Meski begitu, aku merasakan sebuah perasaan hangat yang menjalar ke sekujur tubuhku. Rasanya ada jutaan kupu-kupu yang beterbangan di dadaku. Ini kali pertama aku mendapat sebuah hadiah darinya, dan pertama kalinya dia berbicara cukup banyak—meski dalam bentuk note.
Apakah ini berarti aku memiliki harapan? Bolehkah aku mengharapkan sesuatu yang lebih? Aku tidak tahu. Tapi, berharap mungkin bukan sesuatu yang salah, 'kan? Semoga saja ini merupakan awal yang baik untukku, untuk Gaara … untuk kami.
Setidaknya ini kado terindah yang pernah aku dapatkan. Dan ini, sudah lebih dari cukup.
.
.
.
~~TBC~~
.
.
.
A/N: Huakakaka XD Ini benar-benar fic super ngaco! Pendek banget pula =A=" *pundung*
Awalnya aku mau bikin fic yang konfliknya agak banyak, tapi gak selesai-selesai T^T *author abal*
Aku akhir-akhir ini udah nyaman banget pakai Third POV, pindah ke First POV kayak gini benar-benar jadi sulit ternyata. Padahal perasaan dulu aku sukanya pakai First POV lho =w=a *curcol*
Judul lagunya emang gak nyambung sama fic ini. Bahkan lirik lagunya juga gak nyambung kayaknya. Lagu ini sebenarnya untuk fic-ku yang satunya yang gak selesai2 itu. Aku terlalu malas buat nyari judul baru. *plak*
Rencananya fic ini akan jadi twoshot. Chapter depannya akan aku publish pas Gaara ultah. Kalau jadi juga sih, kalau gak, terpaksa ini cuma jadi oneshot aja. *duagh*
Buat kalian-kalian yang suka GaaHina jangan lupa ikutan event-nya yooo.. infonya ada di bioku, atau langsung aja ke grupnya di facebook, "GaaHina All the Way." Link-nya juga ada di bioku sih :P
Okeh! Terima kasih sudah mau membaca fic super abal ini! *hug reader*
.
.
.
MIND TO REVIEW?
