Salju turun perlahan di New York, dua insan yang kini berada di sebrang pulau tempat patung hasil pemberian negara Perancis, Liberty, menjadi saksi dimana seorang pemuda American mendapatkan lamaran dari seorang gadis Jepang yang selalu bersama pemuda itu setiap saat, pemuda itu hanya dapat menundukkan kepalanya sejenak, sampai...
"Maaf, Sakura, aku tidak bisa..." ucapnya yang tersenyum sedih, "Kau akan memiliki seseorang yang baik untukmu, kenapa kau tak memilih dia?" sambungnya yang seakan rela mengucapkan hal seperti itu.
"Apa maksudmu, Alfred-san? Siapa yang kau maksud?" gadis Jepang dengan tatapan tak percaya, ya ia tak percaya dengan apa yang ia dapatkan
"Suatu saat nanti, kau pasti akan tau." jawab pemuda itu yang tersenyum kecil kepada gadis Jepang itu.
"Ahaha... M-mungkin kan ya..." ucap gadis itu yang bergemetar.
Tangan mungilmu yang kedinginan dan bibir yang gemetar.
Mampu berbohong seolah-olah tak ada yang terjadi
Esoknya adalah hari sangat luar biasa bagi Sakura, Ia datang kesekolah terlambat karena ia tertidur sangat larut karena ia menangis sampai tengah malam, belum lagi ia harus mengajar seorang anak pindahan sebagai hukuman ia telat tadi, ah anak pindahan dari Inggris.
"Honda, kalau kau tak dapat mengajariku, tak apa, aku akan meminta tolong Alfred." ucapnya yang mengkhawatirkan sosok Sakura yang hanya mengerjakan soal-soal yang ada.
Mendengar nama Alfred disebut, Sakura langsung menggebrak meja, "Darimana kau kenal Alfred?!"
Pemuda Inggris itu menghela napasnya, "Dia saudaraku, aku dengar ia mendapatkan lamaran dari seorang gadis, astaga beruntung sekali dia." ucapnya yang membereskan barangnya diatas meja, "Maaf kau terlihat tidak sehat untuk mengajariku, matamu terlihat sedikit bengkak, kita lanjut saja kalau kau sudah baikan."
kraktk
Pensil yang dipegang oleh Sakura kini patah olehnya, ketika pemuda asal Inggris telah meninggalkan Sakura sendirian di dalam kelas.
"Saudara." gumannya pelan sebelum ia akhirnya memilih meninggalkan kelas juga.
Koridor kelas yang telah sepi, meninggalkan Sakura yang berjalan dalam kesedihan yang ia alami, hanya karena Alfred! Pemuda yang sangat ia cintai itu, menolak Sakura secara mentah, dan ia harus mengajari saudaranya yang kemungkinan sifatnya akan 11-12 dengan Alfred, saat ini sepertinya Sakura hanya cukup melupakan sosok Alfred dan fokus akan kehidupannya itu, sampai...
"Artie! Aku senang akhirnya kau dapat kemari!" suara familiar itu membuat langkah Sakura terhenti dan memutuskan tuk mendengarkan perbincangan yang terjadi.
"Oh, Alfie, kau menungguku?" ya Suara anak baru itu terdengar, "aku terpaksa menerima surat itu dan berangkat kemari, kau tahu, London lebih baik daripada disini." sambungnya yang sarkastik
"Haha, ayolah Artie! Bagaimana kalau kita karaoke?"
"Karaoke? hahah Tidak Terima kasih, besok ada ujian aku harus belajar."
"Anak baru yang malang besok kena ujian sekolah."
Percakapan dimana salah satunya sangat ceria dan salah satunya lagi sedikit sarkas, saudara dengan kepribadian yang berbeda jauh, Sakura yang mendengarkan akhirnya memutuskan muncul dan berjalan melewati kedua orang bule yang tengah asik sendiri.
"Ah, Honda, Apa kau sibuk?" oh, pemuda Inggris itu mengabaikan saudaranya dan menghampiri Sakura ketika menyadari Sakura berjalan keluar gerbang.
"Tidak, ada apa?" jawab Sakura yang dingin seolah ia mau membekukan sosok didepannya itu.
"Kalau tak keberatan, maukah kau membantuku belajar untuk besok?"
"Bukannya ada Alfred-san?"
Pemuda itu memegangi tengkuknya, "Biarkan saja orang bodoh itu melakukan karaoke, aku akan pura-pura tak mengenalnya."
"tapi..." Sakura menjeda kalimatnya, "Baiklah, tak masalah."
Apakah kau takut mengingat seseorang?Berjuang untuk menelan kata yang menggelegak di bibirmu
"Maaf merepotkanmu, Sakura, dan oh, sebagai terima kasihku, bawalah ini." Arthur memberikan sebuah kotak kecil kepada Sakura, "Buka saja dirumah, dan jangan dibuang, itu mungkin akan berguna untukmu." sambungnya yang tersenyum simpul.
"Tentu akan aku simpan, Kirkland-san."
"Arthur saja tak masalah." Arthur melambaikan tangannya kecil.
"Kalau begitu, selamat malam, Arthur-san." ucap Sakura yang kemudian berjalan pergi kembali kerumahnya, sangat ingin tau dengan apa yang didalam kotak tersebut, tak mengindahkan saran Arthur untuk membukanya dirumah, ia memilih membukanya ketika telah berada diluar apartemen, dan mendapati sebuah kue fortuna dan sebuah kalung berliontinkan clover yang menandakan sebuah keberuntungan.
Sakura segera meletakkan kalung tersebut didalam tasnya dan kemudian membuka isi kue fortuna tersebut dan membaca pesannya, sesaat itulah ia mengulas senyuman yang teramat tipis.
Kau mirip salju putih yang jatuh dari belakang
mencair sedikit demi sedikit.
Keesokannya tepat jam istirahat dimana ujian telah selesai dilakukan, Sakura menghela napas lega, ia menggosok dadanya pelan, ia merasa lebih baik karena isi dari kue fortuna didalamnya dan juga kalung ia kini ia pakai itu.
"Sakura, maukah kau makan bersamaku? Di kantin?" ajak Arthur yang berjalan0 mendekati bangku yang diduduki oleh Sakura.
"Tentu, Arthur-san." Sakura bangkit dari tempat duduknya itu.
Suasana sebelum mereka berangkat sangatlah damai, sampai--
"ARTIE!!!!"
Brak
--Sosok Alfred datang dengan sangat ramai dan terjungkal kebelakang karena Arthur yang memukul kepalanya dengan lumayan keras?
"Berisik kau, Git! Apa yang kau mau!" ucapnya yang setengah jengkel
"Aku mau mengajakmu kekantin!"
"Maaf aku sudah dibooking sama Sakura." jawabnya yang tak peduli
"Astaga, kalian sedang mau melakukan kencan? Padahal baru kenal kemarin." ejek Alfred yang membuat wajah Arthur seketika merah.
"DIAMLAH KAU AMERICA MORON!" teriaknya yang semenit kemudian Arthur keluar menggandeng tangan Sakura, menariknya keluar kelas meninggalkan sosok Alfred yang terkapas lemas karena tonjokan di perutnya, oh Alfred yang malang.
Sesampainya di Kantin, Arthur dan Sakura hanya dapat duduk dan memakan dua buah sandwich yang ada ditambah teh yang mereka pesan masing-masing, sepertinya Arthur masih jengkel dengan Alfred tadi, walau ia terlihat tenang tapi, Sakura dapat merasakan pemuda didepannya masih mengutuk saudaranya itu.
"Sakura... Aku tau aku baru mengenalmu, tapi..." Arthur menjeda kalimatnya disertai wajahnya yang merah, "M-maukah kau... Menjadi temanku?"
"Bukannya kita telah menjadi teman? Arthur-san."
"Bukan! maksudku maukah kau menjadi temanku yang selalu ada untukku?" ucap Arthur yang wajahnya telah merah.
Sakura menghela napasnya, "Kau melamarku?" tanyanya yang bercanda dan mendapatkan balasan dari Arthur berupa wajah yang telah merah, mungkin semerah mawar? Mengulas senyuman kecil, "Tentu, Arthur-san." sambungnya yang kini membuat Arthur dapat bernapas tenang sekarang.
"Kalau begitu, kau bisa nanti malam datang ke pulau disebrang Liberty? Akan aku tunggu kau jam 7 malam."
Seperti bintang yang tak pernah meninggalkan langit malam yang gelap
Kita dapat mempertahankan mimpi ini bersama selamanya dengan cinta dan kepercayaan.
Pukul 7 malam, Arthur mengenakan sweeternya berdiri menghadap sang patung yang berada di Amerika itu, sungguh tenang rasanya jika ia menyamakan patung itu dengan Big Ben, ia akan serasa tinggal di London.
"Arthur-san?"
Arthur menolehkan wajahnya keasal suara, dan melihat sosok gadis yang telah ia tunggu itu, tersenyum simpul, "Yo, Sakura, Apa kau sudah siap?"
"Siap untuk?"
Jika aku adalah orang itu
Sekali lagi
Aku akan memeluk hati kerasmu dengan erat di pelukanku selamanya
Kini dua makhluk itu berada di bioskop, mereka menonton sebuah film Horror yang disukai banyak orang di berbagai negara, duduk di posisi bangku tengah membuat Sakura merasa tak nyaman, karena dia lebih mendapatkan feelnya jika berada di posisi ini, beruntunglah Arthur duduk disebelahnya dan menyediakan tangannya sebagai pelampiasan ketakutan-- meremas tangan Arthur agar ia tak teriak ketakutan dan menggunakan tangan Arthur untuk menutupi matanya, sedangkan Arthur, hampir tepar bro! tangannya sakit dibuat mainan gitu!
Setelah film telah selesai diputar, Sakura diam saja seperti mayat hidup, Arthur yang tak tahu harus apa pun cuman dapat speechless diliatin ama banyak orang.
"S-Sakura, bagaimana kalau kita makan?" tawarnya yang hanya dibalas anggukan oleh empunya nama, ah, Sakura ingin muntah rasanya melihat adegan sadis menggunakan gergaji tadi (1)
"A-Ah, lagipula ini salahku mengajakmu menonton film ini, awalnya Alfred memesan ini tapi malah memberikannya kepadaku, aku tak tau siapa yang harus aku ajak kecuali dirimu, N-nah kau mau apa? Aku akan berbuat sesuatu agar kau merasa baikan." jelas Arthur yang mencoba menghidupkan sosok Sakura yang masih diam itu
Tak lama kemudian tubuh Sakura bergemetar, "Arthur-san..."
Tak butuh waktu lama pula, Arthur langsung memeluk tubuh Sakura, mencoba menenangkan hati Sakura yang masih ketakutan? Tapi kenyataannya--
"Toiletnya sebelah mana.." ucapan yang dilontarkan Sakura membuat Arthur segera menggendong Sakura bak karung beras dan membawanya ke wc terdekat.
Di balik tembok kenyataan
Meskipun hatimu dingin
Pada akhirnya, hanya air mata yang bercucuran.
"Sudah?"
Sakura mengangguk lemas seketika, bagaimana tidak, ia telah mengeluarkan isi perutnya karena film horror tadi.
"Ah, maaf, bagaimana kalau kita cari makan? Kau lapar kan?" Tawarnya yang diangguk oleh Sakura, "A-ah kau bisa memilih makanannya loh--"
Mendengar itu Sakura langsung merasa bersemangat, "bagaimana kalau makan Sushi?!"
"S-Sushi?!" Arthur terkejud mendengarnya, "Y-Ya tapi... Tidak ada yang jual disini!"
"Akan aku buat dirumahku!" Sakura menggandeng tangan Arthur, "Kita makan berdua."
Cahaya
Bersinar dengan terang dalam kegelapan
Melintas pada waktu itu
Saling merasakan kehangatan tubuh
Di hati yang berhenti bernafas
Sesampainya di rumah Sakura, Arthur hanya dapat diam, ya isi rumah nya Jepang sekali, ruang tamunya dimana biasa ada sofa kini berganti bantalan empuk untuk duduk, dan Sakura sekarang tengah berada di dapur membuat Sushi untuk dimakan berdua, membiarkan Arthur dapat membiasakan diri dengan duduk ala orang Jepang diatas bantalan itu.
"Maaf sudah membuatmu menunggu, Arthur-san, silahkan dinikmati Sushi buatanku." ucap Sakura yang meletakkan dua piring kecil berisi Sushi di atas meja.
"Oh, Terima kasih." Arthur mengambil salah satu piring yang ada, "I-ini pakai benda ini? Bagaimana cara pakainya?"
"Tunggu sebentar." Sakura mengeluarkan potongan kertas dan karet, "Akan aku benarkan agar kau dapat menggunakannya dengan benar." sambungnya yang menaruh kertas yang telah ia lipat di tengah sumpit dan mengikatnya dengan sebuah karet, setelah selesai ia memberikannya kepada Arthur.
"Whoah, Makasih." ucap Arthur yang langsung mencoba sushi buatan Sakura, "hmm ini enak."
Makan malam yang berlangsung damai ini telah selesai, Arthur kini dalam perjalanan pulang dari rumah Sakura, di dalam perjalanan ia terhenti mendadak, memegangi mulutnya yang hendak mengeluarkan sesuatu, sampai akhirnya ia kembali berjalan santai menuju apartement nya berada.
Setiap orang punya luka dan kekecewaan yang berat
Aku sedang berusaha untuk mencari ruang pada waktu saat aku bisa menarikmu ke pelukanku.
"Al, Bisakah kau membiarkanku bebas disini!" Arthur yang tengah berada di dalam kelas berdua dengan Alfred ini menggebrak mejanya keras, suasana tengah sepi karena telah jam pulang sekolah.
"Maaf, Artie, tapi ini demi kau juga." ucap Alfred dengan pelan membuat pemuda British ini mengepalkan kedua tangannya kesal, "Kalau kau masih ingin bersamanya, maka lakukan hal itu."
"Jangan bercanda! Operasi itu hanya lima persen berhasil! Kalau lima persen itu gagal, maka--"
"Maka apa yang akan terjadi, Arthur-san?" Sakura yang tiba-tiba membuka pintu kelas ini lumayan Shock dengan topik pembicaraan yang dilakukan oleh dua orang saudara ini, "ah Maaf, barangku ada yang tertinggal." sambungnya yang segera memasuki kelas dan mengambil barangnya, setelah itu ia berjalan keluar kelas dengan berlari.
"Tak ada cara lain selain melakukannya, kan?"
"Shit."
Aku tak bisa percaya kenapa hanya berbisik denganmu membuatku sangat gugup
Sampai kita bisa bersama di duniaku
Besoknya Arthur tak masuk sekolah, Sakura berharap apa yang telah ia dengar kemarin tidaklah benar, ia tak mau kehilangan lagi setelah Alfred yang menolaknya itu.
"Sepertinya akan aku kunjungi dia." ia berjalan meninggalkan kelas karena jam sekolah telah berakhir.
"Oi, Sakura! Mau kemana?" Feliciano yang datang tiba-tiba ini menghentikan langkah kaki Sakura.
"Aku mau ketempat Arthur-san, dia telah tertinggal beberapa mata pelajaran." Jawab Sakura yang membuat raut wajah Feliciano berubah.
"Kenapa kau tidak ikut anak sekelas saja? Besok mereka akan ketempat Arthur!"
"Besok?" Sakura berpikir sejenak, "Kalau besok Arthur-san tetap tidak masuk, aku setuju." sambungnya yang membuat senyuman pemuda Italia ini merekah.
"Kalau begitu, mau pulang bersamaku?"
"Tentu."
Kau sendirian di akhir waktu
Jangan takut karena kau ditinggalkan sendirian
Di akhir waktu aku, akan memperlihatkan cintaku padamu
Esoknya benar, anak sekelas langsung berangkat menuju sebuah tempat yang arahnya berlawanan dengan arah ke apartemen milik Arthur, Sakura hanya dapat diam dan mengikuti teman-temannya dibelakang dengan diam, sampai.
"Percayalah, Arthur tak akan meninggalkanmu." ucap Alfred yang menyamakan langkah kakinya dengan Sakura.
"Maksudnya?"
"Ah, Lupakan! Kata Arthur, Sushi mu enak ya? boleh aku mencicipinya setelah kunjungan ini?" Alfred menatap gadis di sampingnya dengan tersenyum.
"Tentu, Alfred-san." Sakura tersenyum tipis.
Perjalanan ini membuat Sakura semakin curiga, karena, ini perjalanan menuju rumah sakit! Apa Arthur terkena demam sampai dilarikan kemari? Ya kalau demam biasa tak usah sampai sebegitunya kan?
Dugaan Sakura benar, mereka semua memasuki rumah sakit dan berjalan menuju sebuah ruangan rawat inap disana, "Kita sudah ijin kan? Pastikan kalian tidak bikin keributan!" perintah Ludwig yang membuat anak sekelas patuh seketika.
Pintu ruangan terbuka menampakkan sosok pemuda yang duduk diatas ranjangnya dengan membaca sebuah buku novel, pemuda itu menolehkan wajahnya dan itu adalah Arthur.
"Arthur-san?" Sakura menatap sosok Arthur itu.
Menyunggingkan senyuman, Arthur menatap Sakura dengan sedih, "Oh, Sakura, maaf ya." ucapnya yang sendu.
Nampak butuh waktu untuk berdua, anak-anak memutuskan tuk menunggu diluar meninggalkan dua manusia yang membutuhkan waktu.
"Apa yang..."
"Sakura, berjanjilah kepadaku, untuk selalu berada disampingku." Arthur mengangkat tangannya dah menepuk pucuk kepala Sakura, "dan berjanjilah bahwa kau takkan menangis jika tahu kenyataannya dari Alfred nanti."
"Aku berjanji, dan kenapa kau tak mau menceritakannya kepadaku? Arthur-san." Sakura mengambil tangan Arthur yang diatas kepalanya dan menggenggamnya erat.
"Maaf." Arthur mempelankan nadanya, "Tapi, jangan khawatir aku akan tetap bersamamu setelah ini selesai."
aku akan melindungi mu, kau tahu?
karena aku mencintaimu, aku akan memperlihatkan cintaku padamu
Sudah seminggu dari janji yang diberikan Arthur, Sakura selalu berada disamping Arthur yang sekarang tengah terkena koma akibat operasi yang telah berjalan, lima persen keberhasilan itu kini telah menjadi delapan puluh persen, sekarang sisanya ada pada Arthur untuk menyembuhkan dirinya, berharap dua puluh persen itu tak merengut nyawanya nanti.
Kini Sakura membaca buku yang selalu dibaca Arthur, selama ini ia mengira Arthur membaca sebuah novel, tapi ternyata adalah sebuah buku diary hariannya yang selalu ia tulis setiap malam sebelum tidur, dan Sakura salah menilai Arthur, mengira bersifat sebelas-duabelas dari Alfred, tapi kenyatannya tidak.
"Arthur-san, ternyata kau--" Sakura mengentikan aktivitasnya dan menatap sosok Arthur yang perlahan bergerak membuka matanya.
"Arthur-san."
Arthur menyunggingkan senyumannya, "Sakura..." ucapnya yang berusaha duduk dengan dibantu oleh Sakura, "Aku senang kau berada disini."
Seperti bintang yang tak pernah meninggalkan langit malam yang gelap
Kita dapat mempertahankan mimpi ini bersama selamanya dengan cinta dan kepercayaan
Arthur sudah dapat keluar rumah sakit, kini ia siap melakukan kegiatannya secara normal lagi, ditemani oleh Sakura yang selalu bersamanya.
"Sakura, bagaimana kalau nanti jam 7 malam kita ke tempat yang waktu aku pernah menunggumu disana?" Arthur tersenyum kepada Sakura yang dibalas anggukan oleh Sakura.
"Tentu, Arthur-san." jawab Sakura yang ikut tersenyum.
Jika aku adalah orang itu
Sakura berjalan ketempat yang waktu itu ia bersama Arthur bertemu untuk menonton film horror, namun ntah kenapa banyak sekali orang bergerombol ditempat itu, Sakura yang penasaran menerobos gerumbulan itu dan mendapati seorang pemuda yang tergeletak tengkurap dengan dengan batuk yang teramat keras dialami nya, dan Sakura merasa, ia kenal akan sosok itu.
"Arthur-san!" Sakura dengan cepat menyentuh punggung pemuda yang ia ketahui sebagai Arthur.
Dan benar saja dugaannya, itu adalah Arthur, "Sa-Sakura.. Akhirnya kau datang." darah mengalir pelan dari mulutnya, "Maaf aku jadi terlihat menyedihkan disini."
"A-Arthur-san, kau harus dibawa ke rumah sakit!"
Sekali lagi"Sakura! B-bagaimana keadaan Arthur?!!" Alfred datang dengan sangat berantakan ke ruang Instalasi Gawat Darurat .
"Alfred-san, bisakah kau cerita kepadaku mengenai Arthur-san?"
Alfred menundukkan kepalanya, "Arthur, dia sangatlah keras kepala, dia mengidap gagal hati waktu dia kelas tiga SMP, pola makannya pun sangat dijaga oleh keluarga kami di Prancis saat ia masih di London, dan ketika aku memaksanya datang kemari sekalian menyembuhkan penyakitnya, tapi sudah terlambat, kata dokter jika melakukan operasi maka keberhasilan hanya mencapai lima persen.
Sakura, berdoa lah agar ia kembali seperti sedia kala."
Mendengar itu, Sakura terduduk dilantai, terisak begitu kerasnya mengetahui hal itu.
Aku akan memeluk hati kerasmu dengan erat di pelukanku selamanya
End
Sudah berhari-hari ia tak mendengar kabar dari Alfred mengenai Arthur, dan sudah berhari hari pula ia tak mengunjungi Arthur karena ia tak tau kabarnya, dan Sakura kini mempertanyakan ramalannya didalam kue fortuna pemberian Arthur itu, memputar pikirannya kalau itu untuk Arthur atau untuk dirinya.
Walau banyak teman yang membantunya tuk melupakan sosok Arthur, tapi Sakura tak dapat melupakannya, sampai.
"HEY GUYS LIHAT SIAPA YANG KEMBALI!" Alfred dengan berisik memasuki kelas 3-A itu dengan memegang tangan seseorang.
Sakura yang melihatnya pun mulai menangis bahagia tatkala ia mengetahui bahwa yang orang yang dibawa Alfred adalah...
Arthur Kirkland.
"Hoe Alfred! Kau membuat Sakura menangis!" teriak Elizaveta yang marah akan perbuatan Alfred tadi.
Pemuda yang bernama Arthur itu berjalan mendekati sosok Sakura dan menepuk pucuk kepalanya, "Pagi, Sakura, maaf sudah membuatmu--" ucapannya terhenti ketika Sakura dengan spontan memeluk Arthur dengan terisak, dan Arthur membalas pelukan itu dengan hangat.
Tak lupa suara latar yang berisik karena anak sekelas meneriakinya.
Owari
(1) Dead Snow, film horror buatan Norway
Gagal Hati, disini Arthur menderita gagal hati guys! Dimana hasil diagnosa Arthur oleh dokter kalau operasi kemungkinan berhasil cuma 5%
Happy End ea ini.
Dan untuk huruf yang ke boldlatin itu arti dari lagu Love In The Ice punyanya TVXQ guys! (Saran, denger yang ver Japanese aja~)
oh ya isi ramalannya itu "Kau akan menemukan seseorang yang baru, yang akan selalu bersamamu walau sosok itu tengah berjuang melawan takdir. Jangan kau sia-siakan karena hanya dialah yang akan menerimamu apa adanya." dan Sakura gatau kalau sosok itu adalah Arthur sendiri.
maksud dari Alfred memaksa Arthur ke Amerika adalah, Arthur dapat surat perpindahan pelajar ke Amerika dan Alfred memaksa Arthur untuk menerimanya!
Hetalia milik Hidekaz Himaruya
ide by Cailey Mikafion.
please RnR nya ya!
