TAKE CARE

Cast: Namjoon, Seokjin

Pairing: Namjin

Rate: T


"apa kau benar benar harus pergi?" Tanya Namjoon pada sesosok pria yang sedang sibuk membongkar kopernya. Seokjin yang esok akan dijadwalkan terbang ke Indonesia untuk shooting film law of the jungle sedang memastikan kembali semua barang yang ia perlukan sudah lengkap

"iya Namjoonie. ini sudah tuntutan kerjaan, kau tau sendiri kan." Jawabnya lembut meskipun ia tidak membalas tatapan Namjoon yang sedang duduk di atas ranjang dibelakangnya. Sementara Seokjin, yang tadi sedang berjongkok di depan koper, memunggungi Namjoon, sekarang bangkit berdiri dan berjalan ke lemarinya.

Sepertinya ia ingin membawa beberapa helai baju lagi.

"kau tau tidak, Beberapa hari terakhir Kookie tampak gelisah ditinggal ibunya. Jimin juga." tambah Namjoon. Nadanya memang terdengar biasa, namun Seokjin sudah hafal diluar kepala sifat kekasihnya itu. ada sebuah arti dari ucapan Namjoon barusan. Seokjin sempat terkekeh saat mendengar Namjoon mengucapkan kata 'ibu'. Ya tak bisa disalahkan juga sih, Seokjin memang eomma dari groupnya.

"ku yakin kau bisa mengatasi itu, Namjoonie. Kau kan leader kami." Jawab Seokjin santai. Ia mengambil beberapa helai kaus dan celana dalam tambahan. Ia tak tau Sulawesi bagaimana. Yang ia tau iklimnya berbeda dengan Korea dan bisa sangat panas. Oleh karena itu, Seokjin memutuskan membawa kaus kaus tambahan, jaga jaga ia akan banyak berkeringat

"ta-tapi bagaimana kalau mereka kelaparan?" Seokjin yang sedang di depan lemari membalikkan badannya menatap Namjoon dengan dahi berkerut. Pertanyaan bodoh apa barusan?

"ya tentu saja kau beri makan." Seokjin ersenyum geli, sebenarnya apa yang dipikirkan Namjoon?

"maksudku… aku tidak bisa masak. Bagaimana jika aku membakar dorm? Merusak panci atau membelah kompor?" Seokjin tertawa pelan. Sebenarnya hal itu sempat terlintas dibayangannya. Sebelum menandatangani persetujuan kontrak film itu, hal pertama yang terbesit di pikiran Seokjin adalah nasib dorm dan anak anaknya, khususnya sang maknae yang sangat manja pada Seokjin.

"kalau itu sih sudah pasti." Katanya kemudian.

Namjoon membuka mulutnya, ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Mencari ide lain agar Seokjin membatalkan acara sialan yang membuat kekasihnya harus terbang jauh ke pelosok hutan itu.

"kau bisa memesan makanan kan. Lagipula, aku yakin, Manager-nim yang akan mengurus itu nanti." Tambah Seokjin sambil memberi senyum singkat pada Namjoon sebelum pria itu berbicara. Lalu memasukan kaus kaus yang ia ambil tadi ke dalam koper.

"bagaimana nanti aku membangunkan Yoongi-hyung?"

Seokjin bangkit lagi, sekarang ia menghampiri nakasnya, mencari cari barang apa lagi yang harus ia bawa.

"kau bisa melakukannya. Kalau dia masih mati suri, minta tolong Jimin saja." Ya, memang Yoongi yang paling susah dibangunkan kalau tidur. Yoongi akan menjadi makhluk mengerikan saat ada orang yang membangunkan dia dari tidurnya.

Tapi monster pun punya kelemahan bukan? Begitu juga dengan Yoongi.

Dan Jimin adalah kelemahannya. Seokjin yakin, masalah Yoongi bisa diatasi dengan baik asal ada Jimin.

"lalu, bagaimana dengan maknae line?"

"kau bisa mengurusnya. Aku yakin. Mereka akan mendengarkanmu kok."

"kurasa." Lanjut Seokjin sambil tersenyum. Ia sebenarnya ragu juga para maknae mau mendengarkan Namjoon atau tidak. Nyatanya, Namjoon bisa berubah menjadi salah satu 'maknae' karena tingkahnya. Dan hanya Seokjin seorang yang Jimin, Tae dan Jungkook hormati (jika ada maunya)

"lalu j-" baru saja Namjoon mau mencetuskan pertanyaan lagi, Seokjin sudah menyanggahnya dengan tatapan kebingungan

"Namjoon, ada apa denganmu? Kenapa kau menjadi cerewet seperti ini?" kata Seokjin sambil melipat tangannya. Namjoon tertunduk, ia menghela nafas. Otaknya tidak bisa menemukan alasan lain untuk mencegat Seokjin.

"aku hanya mengkhawatirkanmu Jin." Kata Namjoon pelan sambil berdiri dari kasur. Leader BTS itu pun mendekat kearah Seokjin yang sedang berdiri di dekat nakas.

"aku akan baik baik saja. Lagipula kan aku tidak sendirian kesana." Kata Seokjin mencoba meyakinkan.

"aku juga mengkhawatirkan diriku." Lanjut Namjoon dengan sorot mata penuh arti saat mereka sudah saling bertatapan sekarang. Seokjin mengerjapkan matanya. Ia tak mengerti maksud Namjoon barusan. Maklum, mereka baru pulang dan ia sudah lelah. Otaknya sedang tidak bisa diajak berfikir sekarang.

"bagaimana jadinya aku tanpa mu? Aku terbiasa tidur disampingmu, terbiasa makan makananmu, memelukmu. Lalu kau sekarang tidak ada aku harus bagaimana?" tutur Namjoon dengan tatapan mata sedih. Seokjin sempat diam beberapa detik. Rasa menyenangkan menjalar tersenyum manis sampai akhirnya ia mendekatkan diirnya pada Namjoon.

Membuat jarak mereka hanya beberapa inci.

"Namjoonie. Sayangku. Aku akan baik baik saja dan kau pun begitu. Kau leader kami, seorang appa bahkan kata Jimin. Kau bisa melewatinya. Aku hanya sebentar. Kau harus menjaga dirimu dan anak anak dengan baik. Maka akupun akan tenang melewati proses shooting dan kita bisa bersama lagi. Arra?" kata Seokjin sambil mengusap bahu Namjoon, mencoba menenangkan kekasihnya yang memang terlihat sangat tak rela.

"baiklah." Namjoon mengangguk samar dengan enggan. Seokjin tersenyum lagi, lalu pria itu kembali membalikan badannya ke hadapan nakas, melanjutkan kegiatan sebelumya. Seokjin sempat menoleh sebentar saat mendengar suara pintu terbuka. Itu Namjoon yang baru saja keluar dari kamar. Seokjin sempat menatap Namjoon heran. Apa dia marah?

Tapi rasanya tak mungkin Namjoon se-childish itu. Mungkin ia hanya mau ke toilet-pikir seokjin sambil mengedikkan bahunya,, kemudian, ia kembali memasukan barang barang yang ia rasa penting untuk dibawa kedalam koper.

Selesai sudah packing Seokjin yang ke sekian kalinya itu. Seokjin menutup kopernya lalu memindahkan benda berat itu ke sudut ruangan. Tak lama, pintu kamar terbuka lagi, Namjoon kembali masuk dengan sebuah bantal boneka yang Seokjin kenal sekali.

"oh iya. Bawalah ini bersama mu Jinnie. Peluk boneka ini jika kau merindukanku." Kata Namjoon sambil menyerahkan bantal Hamtaro yang sering ia bawa kemana mana. Seokjin tersipu malu. Namjoon selalu bisa mmebuat hatinya menghangat

"terima kasih Namjoonie" dan ia meraih boneka itu, memeluknya dan menyesap wangi Namjoon yang tertinggal disana.

"maaf aku tidak bisa mengantarmu besok ke bandara. Aku sudah ada jadwal penting paginya dan Bang pd-nim akan menggantungku jika aku terlambat" kata Namjoon benar benar menyesal. Seokjin tau itu. semua member tau jadwal kerja masing masing.

"tak apa apa Namjoonie. Aku mengerti."

Namjoon tersenyum penuh arti pada pria cantik di depannya. Bebebrapa detik mereka lalui dengan saling tatap penuh cinta sampai akhirnya Namjoon menarik seokjin kepelukannya.

"kemarilah." Kata pria itu dengan suara yang Seokjin suka. Seokjin membenamkan kepalanya di dada Namjoon yang bidang, mendengar debaran jantung Namjoon didalam sana.

"jinnie, berhati hatilah disana. Jaga kepercayaan ku, jangan selingkuh dan pulang lah secepatnya." Kata Namjoon dengan intonasi posesif tak terbantahkan. Seokjin tertawa kecil.

"pabbo. Memangnya aku mau selingkuh dengan siapa? Binatang?" Ia memukul dada Namjoon pelan, membuat si pemilik tertawa renyah.

"aku mencintaimu Seokjin. Sangat mencintaimu" Dan sebuah kecupan mendarat di kening Seokjin. Sebeuah kecupan lama yang penuh arti.

Seokjin memejamkan matanya, merasakan hujan kasih sayang yang Namjoon berikan. "aku juga Namjoon. Gomawo" dan itulah kalimat terakhir Seokjin sebelum akhirnya kecupan Namjoon mendarat dibibirnya.

.

.

End


Hello hello. Aku lagi baper karena ga bisa ketemu uri Jin yang mau ke indo. Terus aku nemu Seokjin lagi bawa boneka hamtaronya si Namjoon.

Yah, walaupun ga bisa ketemu, semoga oppa sehat sehat disana ya, dan dorm ga kebakaran. Hahaha.

Oke, jadi disini isinya kumpulan one shoot aku, (bisa saling berkaitan antara chapnya, bisa juga engga) Rate dan Pairingnya beragam tergantung mood.

Terima kasih udah baca, reviewnya jusseyo :3