ChanBaek's Fanfiction

Presented By Tinkerbaekk

ㅡ ㅡ

ㅡPlease do not plagiarism this story! This story has a copyright and originaly by tinkerbaekkㅡ

ㅡ ㅡ

Main Cast : Park Chanyeol x Byun Baekhyun

Support Cast : EXO's members, Original Characters.

Warn : Harsh Words, typo (s)

ㅡ ㅡ

Stuck On You : Chapter 1 ; ichi

ㅡ ㅡ

Namanya Byun Baekhyun. Laki-laki berperawakan mungil yang tak banyak orang kenal. Baekhyun adalah pribadi tertutup yang suka menyendiri. Dibanding berkutat dengan buku di perpustakaan, Baekhyun tipe penyendiri yang akan lebih suka menghabiskan bekal dan menonton anime lewat ponsel di danau kecil belakang kampusnya.

Ia seorang mahasiswa semester empat ilmu komunikasi di sebuah perguruan tinggi terkenal di Jepang. Orang-orang sempat menertawakan bagaimana lucunya Baekhyun mengambil jurusan yang berlawanan dengan sifatnya.

Tapi toh Baekhyun masa bodoh dengan orang lain.

Baekhyun lahir di Korea Selatan sebenarnya. Pada umur tujuh tahun, kedua orang tuanya pindah ke Nagoya, Jepang dan menetap hingga kini Baekhyun berusia dua puluh satu tahun. Dan orang-orang sering memanggil Baekhyun dengan nama Jepangnya yaitu Bekkyon.

Dan ada sebuah rahasia yang tak seorangpun di kampus tahu bahwa Baekhyun seorang dubber anime di sebuah studio anime terkenal di Jepang.

ㅡ ㅡ ㅡ

Petang itu Baekhyun baru saja pulang kuliah. Tangannya yang terulur hendak membuka pagar rumah pun terhenti ketika seseorang menyerukan namanya.

"Bekkyon!"

Baekhyun menoleh ke sumber suara. Seorang pemuda tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya kepada Baekhyun. Pemuda itu berdiri di teras rumahnya tepat di seberang rumah Baekhyun dan kemudian ia bergegas menghampiri Baekhyun.

Pemuda itu adalah tetangga dekat Baekhyun sejak ia pindah kemari. Namanya Yamada Kai. Pemuda itu biasa dipanggil Kai. Ia terpaut dua tahun lebih muda dari Baekhyun. Meskipun begitu, keduanya sangat dekat layaknya sebaya.

"Aku ada sesuatu untukmu!" ujarnya sambil terengah-engah.

"Hmm apa?"

Kai kemudian menyodorkan sebuah buku catatan miliknya yang berwarna navy dan ada tulisan nama Kai dengan huruf katakana disana.

"Tadi siang Kyoko tiba-tiba datang ke rumahku dan mengajakku ke fanmeeting dadakan Coldplay. Tadinya aku ingin mengajakmu bolos tapi aku tahu kau benci membolos. Maka dari itu, aku memintakan tanda tangan mereka untukmu. Bukalah." Baekhyun tersenyum lebar mendengar ucapan Kai.

Ia langsung membuka buku catatan Kai dan menemukan tanda tangan sang vokalis grup band luar favoritnya Coldplay yaitu Chris Martin. Dan dibawahnya ada pesan singkat dengan bahasa Inggris.

"Dear Bekkyon, thank you for loving us and have a great live! Arigatou シ"

Baekhyun mengulum bibir bawahnya gugup. Pesan singkat itu sukses membuatnya merona.

"Terima kasih banyak, Kai. Aku harus masuk ke dalam dan aku pinjam bukumu dulu ya?"

Kai mengangguk. Ia lalu berpamitan kepada Baekhyun untuk masuk ke dalam rumah juga. Begitu pun dengan Baekhyun.

"Aku pulang!" pekik Baekhyun setiap kali ia memasuki rumah dan juga sudah menjadi tradisi.

Rumah nampak sepi seperti biasanya. Setelah melepas sepatunya, Baekhyun melangkah menuju ke kamarnya.

Baekhyun hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Kedua orang tuanya berpisah ketika Baekhyun berumur sepuluh tahun. Lalu sang ibu pulang ke Korea Selatan sambil membawa adik perempuannya yang seumuran dengan Kai.

Ayah Baekhyun, Yoshi Nakata atau nama Koreanya yaitu Byun Heechul, adalah seorang pengusaha kedai es krim. Kedainya diberi nama Aijou, nama adik perempuan Baekhyun. Kedai es krim itu sendiri berdiri di samping persis kedai udon milik keluarga Kai, Yamada no udon.

Omong-omong, ayah Kai meninggal satu tahun yang lalu mewariskan kedai udonnya yang masih populer kala itu. Jadi setelah lulus sekolah, Kai tidak ingin lanjut kuliah. Ia memilih mengelola Yamada no udon yang sekarang sudah mempunyai delapan karyawan.

Kembali kepada Baekhyun. Laki-laki itu melepas mantelnya dan duduk di pinggiran ranjang. Ia membuka buku catatan milik Kai dan merobek bagian miliknya lalu menutup buku itu kembali. Baekhyun mengambil solasi dan ditempelkannya tanda tangan itu di belakang pintu kamarnya.

Baekhyun bergegas mengambil handuk untuk mandi lalu menyiapkan makan malam untuk dibawa ke kedai sang ayah.

Semenjak perceraian kedua orang tuanya, Baekhyun menjadi mandiri dengan sendirinya. Hubungan kedua orang tuanya juga masih akrab sampai sekarang. Mungkin berpisah adalah jalan terbaik waktu itu. Orang dewasa punya keputusan yang bijak jadi Baekhyun tidak mempermasalahkan itu.

Baekhyun menyelesaikan pekerjaannya tepat pada pukul setengah tujuh. Ia segera berganti baju dan tak lupa memakai mantel. Baekhyun itu tidak tahan dingin walau nyatanya sekarang sedang musim semi. Setelah itu ia menenteng rantang dengan hati-hati seraya memakai sandal. Ia lalu mengunci rumah dan mulai berjalan.

Jarak rumah dengan kedai es krim ayahnya tidak jauh. Cukup menaiki satu kali trem* saja.

Kala itu kedai es krim ayahnya begitu ramai ketika Baekhyun datang mengingat cuaca mulai menghangat. Baekhyun segera menuju ke dapur dan mulai menata makan malam untuk ayahnya.

"Ayah makanlah dulu. Biar aku yang menggantikan," ujar Baekhyun sambil menggiring ayahnya ke dapur.

Baekhyun kembali ke depan dan mulai melayani pelanggan satu persatu. Setelah antrian habis, saat itu pula ponsel Baekhyun berbunyi. Terpampang nama Kai sebagai seorang penelepon.

"Apa?"

"Bekkyon, ingat tutup kedaimu lebih cepat! Jangan lupa besok pukul sepuluh pagi kita sudah harus berangkat ke Nagoya Dome!"

"Ya aku ingat. Sudah ya kedainya sedang ramai nih."

"Oke. Ja mata ashita~"

Baekhyun memandangi layar ponselnya sejenak lalu memasukannya ke dalam saku celana.

Baekhyun tak sabar melihat konser grup band favoritnya besok. Ya, Baekhyun dan Kai akan pergi ke konser Coldplay di Nagoya Dome besok. Baekhyun benar-benar tak sabar.

Malam itu kedainya Baekhyun tutup pukul tujuh persis dan kebetulan juga es krimnya sudah laku terjual. Hanya tersisa beberapa scoop untuk es krim rasa stroberi. Baekhyun akan dengan senang hati menghabiskan es krim sisa itu mengingat ia sangat suka apapun yang berbau stroberi.

Ia dan ayahnya berjalan berdampingan sambil bercengkerama. Mulai dari kedai, naik trem, lalu memasuki blok rumah mereka.

"Kau ingin berangkat naik trem dengan Kai besok?" tanya Yoshi ketika Baekhyun sedang mencuci rantang di wastafel.

"Entahlah ayah. Kalau Kai sedang dalam mood baik, dia mungkin akan membayar taksi untuk kita kesana," ujar Baekhyun seraya mematikan kran air. Yoshi terkekeh kecil lalu meminum teh hangatnya.

"Kai itu ya benar-benar pribadi yang menyenangkan. Aku pernah kepikiran untuk menjadikannya adikmu," Yoshi terkekeh lagi.

Kini Baekhyun berbalik dan mendapati wajah bahagia sang ayah.

"Dengan menikahi Bibi Yamada?"

Yoshi terkekeh lagi. "Apa kau keberatan?"

"Astaga ayah terserah kau saja," Baekhyun memutar kedua bola matanya pura-pura kesal.

Jujur Baekhyun tidak keberatan jika ayahnya menikah lagi. Tapi dengan Bibi Yamada itu akan menjadi sangat yah kau tahu, bahkan ayah Kai baru meninggal setahun yang lalu tapi Bibi Yamada sudah sangat dekat dengan ayahnya. Kadang mereka berdua pergi kencan.

Yoshi masih tertawa. "Ibumu berkata kami berdua cukup cocok untuk bersama dan ia tak sabar menghadiri acara pernikahan kami." Yoshi meminum tehnya kembali.

Ibunya sendiri pun sudah menikah dengan pria mapan di Korea Selatan sana. Baekhyun dan ayahnya bahkan datang di acara resepsinya. Pada saat itu Baekhyun masih berusia dua belas tahun.

"Kalau itu yang terbaik untuk ayah, Bekkyon akan berbahagia juga untuk ayah," Baekhyun berjalan menghampiri sang ayah. Lalu kedua tangannya merangkul leher sang ayah dan Baekhyun menaruh dagunya di salah satu pundak ayahnya yang sedang duduk.

"Kau dan Aijou adalah anugerah terindah dalam hidup ayah," ujar Yoshi sambil tangan kirinya menyisir lembut rambut hitam legam Baekhyun. Lalu Baekhyun tersenyum manis mendengar perkataan ayahnya.

ㅡ ㅡ ㅡ

Tepat saat Baekhyun keluar dari rumah, saat itu juga Kai baru saja menutup pagar rumahnya. Baekhyun memperhatikan Kai seraya membuka pagar rumahnya lalu menutupnya kembali.

"Ohayou Bekkyon!" sapa Kai yang sekarang berada di hadapan Baekhyun.

"Ohayou Kai. Huwh aku sangat tidak sabar," ujar Baekhyun sambil megipasi wajahnya dengan tangan.

"Ah ini bukumu Kai." Baekhyun mengembalikan buku catatan Kai sambil mengecek barang-barangnya yang berada di dalam string bagnya.

"Ayo nanti kita ketinggalan trem," seru Kai sambil berlari meninggalkan Baekhyun. Baekhyun mendengus lalu berlari menyusul Kai.

Benar saja, mereka berlari sampai ke halte trem. Keduanya ngos-ngosan ketika memasuki trem lalu keduanya tertawa kecil mengingat kekonyolan yang baru saja mereka lakukan.

"Jadi apa semalam tidurmu nyenyak?" Kai bertanya sambil menyilangkan tangan di dada.

"Tentu saja tidak. Rasanya aku ingin mempercepat waktu saja," seru Baekhyun membuat Kai memekik tertahan.

"Astaga kita sama!! Aku juga terus berguling-guling di kasur tanpa benar-benar menutup kedua mataku."

Mereka berdua tertawa lagi. Karena perjalanan mereka masih cukup jauh atau sekitar lima belas menitan, Baekhyun memilih memakai eraphone lalu mendengarkan lagu-lagu Coldplay sambil bersenandung. Sementara Kai bermain game sambil meracau tak jelas ketika musuhnya menang.

Tak terasa trem yang mereka berdua naiki berhenti di tempat tujuan. Yaitu Nagoya Dome.

Baekhyun dan Kai berjalan sambil memperhatikan keadaan sekitar Nagoya Dome yang bahkan sudah ramai pada H sepuluh jam sebelum konser dimulai.

Lalu mereka berdua memilih untuk duduk di bawah pohon rindang seperti orang-orang yang lain.

"Bekkyon, kapan studiomu akan rilis anime baru?" tanya Kai sambil masih bermain game.

"Hmm tidak akan lama. Mungkin beberapa bulan lagi."

"Woah benarkah? Kau berperan sebagai apa?" tanya Kai antusias, bahkan ia membuang asal ponselnya ke rerumputan yang mereka duduki.

"Uh anime ini dari live action novel populer. Kau tahu novel Kimi no Suizou wo Tabetai?" Kai mengangguk semangat.

"Aku yang akan mengisi suara Shiga Haruki." Kai memekik tertahan ketika Baekhyun menyebutkan tokoh yang akan ia dubbingi.

Kai dan sahabat perempuannya Kyoko itu sangat menyukai novel populer tersebut. Alasannya Kyoko yang memaksa Kai membaca karena di novel itu ada tokoh yang bernama Kyoko. Awalnya Kai menolak ide konyol Kyoko tapi toh Kai berakhir menangis pada bagian endingnya. Kai juga penggemar manga omong-omong.

"Fuck Bekkyon kau serius?"

"Jaga ucapanmu anak muda!" tegur Baekhyun sambil ia memukul pelan kepala Kai, membuat Kai mengaduh sakit sambil mengusap kepalanya.

"Tapi serius kau membintangi tokoh utama yang yah sifatnya sebelas dua belas dari dirimu di kehidupan nyata. Biasanya kan kau membintangi tokoh dengan sifat riang."

"Memangnya kenapa? Aku tak pantas untuk itu?" Baekhyun mendelik tajam ke arah Kai membuat Kai beringsut takut.

"Aa, bukan begitu. Aku kan terkesan saja."

Lalu mereka berdua kembali bercengkerama hingga gerbang Nagoya Dome dibuka pada pukul enam. Baekhyun dan Kai berdesakan dengan yang lain masuk ke dalam. Mereka berdua langsung berlari menuju ke standing venue atau yang paling depan dekat sekali dengan panggung.

Baekhyun dan Kai benar-benar bersenang-senang saat itu. Konser berakhir tepat pada pukul sepuluh malam. Semua orang mulai berhamburan keluar dari Nagoya Dome begitupun Kai dan Baekhyun.

Karena tak ingin sampai larut malam, Kai dan Baekhyun segera menuju ke halte trem. Sambil menunggu trem, Baekhyun dan Kai saling berdiam diri tanpa ada obrolan yang tercipta. Sementara itu Kai mulai terkantuk-kantuk.

Kedua mata Baekhyun tiba-tiba menangkap sebuah mobil yang terlihat aneh di sisi jalan tak jauh dari halte.

Mobil itu tiba-tiba mengerem mendadak. Lalu sang sopir turun dan membuka pintu belakang. Ia menarik tangan seoarng gadis dengan kasar hingga gadis itu jatuh terduduk di aspal. Lalu sopir itu menyeret tubuh seorang pria yang tak sadarkan diri dan bergabung tergeletak di aspal dengan gadis tadi. Mobil itupun kembali melaju dengan kecepatan penuh.

"Tolong!" teriak gadis itu sambil menaruh kepala sang pria di pahanya.

"Kai bangun Kai!!" Baekhyun menggoyangkan tubuh Kai. Kai yang tadi tertunduk karena tidur langsung mengerjap linglung.

"Kita tolong mereka," bisik Baekhyun sambil menunjuk ke arah gadis dan pria yang malang itu.

Baekhyun segera berlari sambil menarik tangan Kai menghampiri gadis malang itu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Baekhyun khawatir.

"Hiks mereka kejam hiks," isakan gadis itu terdengar pilu di telinga Baekhyun dan Kai.

Gadis itu mendongak. Baekhyun dan Kai langsung menahan napas saat melihat wajahnya yang merah bercucuran air mata. Make up nya bahkan luntur.

Detik itu juga kaki Baekhyun yang gemetar langsung terduduk di hadapan gadis itu. Pelupuk mata Baekhyun pun tercipta genangan air yang beberapa detik lagi akan mengucur bebas ke pipinya.

"Aijou," lirih Baekhyun dengan nada gemetar.

"Aijou apa yang terjadi padamu!" Baekhyun membentak gadis itu. Gadis itu justru menangis lebih kencang dan menunduk takut.

Baekhyun membelai pipi adiknya lalu menyingkirkan anak rambut yang menutupi mata sang adik.

"Katakan padaku apa yang terjadi padamu!" suara Baekhyun merendah.

Melihat Baekhyun yang beremosi naik turun, Kai memilih untuk ikut terduduk di aspal.

"Kita tidak enak jadi bahan pemandangan orang lain. Lebih baik kita bawa mereka pulang," ujar Kai dengan nada tenang.

"Kai kau papah laki-laki ini. Biar aku yang menggendong Aijou," perintah Baekhyun. Kai mengangguk dan langsung melakukan tugasnya. Mereka pun kembali ke halte trem dengan Kai yang keberatan memapah laki-laki asing itu dan Baekhyun yang menggendong Aijou yang masih terisak.

Tak lama trem datang dan mereka berempat masuk ke dalamnya. Kai sempat jadi lirikan orang-orang jadi ia berkata, "Sumimasen, temanku mabuk berat." Dan kemudian orang-orang menjadi masa bodoh.

Sesampainya di rumah, Yoshi ternyata belum pulang jadi Baekhyun menurunkan Aijou di teras. Sementara itu Baekhyun membantu Kai memapah laki-laki itu ke sofa ruang tengahnya. Lalu Aijou yang menutup pintu.

Kai langsung selonjoran di lantai dengan nafas terengah-engah. "Aku butuh air dingin astaga," keluh Kai dan Baekhyun langsung mengabulkannya.

"Aijou, ceritakan padaku apa yang terjadi tadi," suara lembut Baekhyun menyadarkan lamunan Aijou.

Baekhyun, Kai dan Aijou duduk melingkar di karpet ruang tengah.

"Aku dan sahabatku, Chanyeol, kami dirampok."

Baik Baekhyun maupun Kai, keduanya membulatkan mata mereka.

"Kami dirampok oleh sopir uber kami saat kami hendak menuju hotel kami setelah menonton konser," lirih Aijou lagi membuat Baekhyun mengepalkan tangannya. Sialnya Baekhyun tak ingat plat nomor mobil keparat tadi.

"Barang kami diraib dan tak ada yang tersisa. Chanyeol dipukuli habis-habisan olehya saat sopir itu hendak mencoba menyentuhku dan itu membuatku takut hiks," Aijou menangis lagi.

Baekhyun segera merengkuh erat tubuh Aijou sambil ikutan terisak. Sementara itu Kai mengusap lembut punggung teman sepermainannya dulu bersama Baekhyun.

Sepuluh menit kemudian Kai pulang. Aijou sekarang tengah membersihkan dirinya di kamar mandi. Dan Baekhyun membersihkan luka di wajah laki-laki yang merupakan sahabat Aijou itu.

Diam-diam Baekhyun merasakan gugup memperhatikan wajah penuh luka itu tertidur dengan damai. Wajahnya bahkan masih terlihat sangat tampan walaupun kulit wajahnya berdarah di beberapa titik.

Dan tanpa Baekhyun sadari, Baekhyun mengusap lembut bibir laki-laki itu dengan ibu jarinya sambil tersenyum manis.

"Bekkyon, apa yang kau lakukan?"

Seperti tersadar dari lamunan, Baekhyun langsung menoleh ke arah Aijou yang berdiri di depan pintu kamar mandi. Jantungnya langsung berdebar kencang seperti maling yang ketahuan mencuri.

Sialan,pasti Aijou akan mengira yang tidak-tidak.

ㅡ ㅡ ㅡ

to be continuedㅡ

(*) Trem merupakan kereta yang memiliki rel khusus di dalamkota

Author's note :

Bah hiatus apaan hohoho~

Jadi fanfic ini terbentuk setelah gue nonton I want to eat your pankreas lololol

Terus dapet inspirasi buat bikin fanfic berlatar Jepang dan boom! Gue jadi gatel buat published ini draft danㅡ

Semoga kalian suka~

Oh ya, bagusnya ini dilanjut apa enggak?