Hallo, pengen ngerusuh di Sengoku Basara Indo, numpang yak :D. Udah coba buat MasaYuki, jadi kepengen bikin MasamunexOC, thanks to my perverted brain and friend ==. Okay, lanjut aja yak

Summary : Yukari Reini murid kelas 10 di Basara Gakuen baru saja mengalami mimpi teraneh yang pernah ia alami tentang seseorang yang tidak ia kenal. Sedangkan Date Masamune adalah murid kelas 11 Basara Gakuen yang juga baru mengalami mimpi yang membuatnya seorang lelaki dewasa dengan gadis yang tidak ia ketahui. Apa yang akan terjadi saat mereka berdua bertemu?

Warnings : mature theme (apalagi awalnya ==a), AU, kata2 kasar (pastinya :D Reini : anak geblek =="), MasamunexOC, YukimuraxOC dsb. Rated M pertama pake bahasa sendiri (kagak kuat coy, pasti bikin kepala penuh dengan yang aneh2 =y=)

Silahkan membaca~

Chapter 1 (the first meeting)

Reini's Dream

"A-Ah! S-Sen... Pai!"

Desahanku keluar dan membuat pria yang berada di atasku bergerak lebih cepat.

"Shit! Aku... Tidak bisa mena... Hannya..."

"Haa... Aku... Jug-a... Senpai..."

"Panggil namaku... Reini"

Aku mendesahkan namanya saat dia membanjiriku dengan cairannya dan menarikku ke dalam ciuman yang dalam, membuatku kehabisan nafas. Tanganku menjambak rambutnya yang memiliki ikatan di kepalanya. Tapi satu pertanyaan terlintas di otakku.

'Siapa sebenarnya orang ini?'

~pagi~

Reini's POV

"Nee-chan! Bangun! Nanti telat untuk upacara murid baru loh!"

Akupun segera terbangun dari mimpiku yang... Bisa dibilang aneh, menjijikan, tapi... Entah kenapa aku suka... Aku suka dengan suara, aroma dan tangannya yang seperti membungkusku itu.

"Oh Tuhan... Apa yang kupikirkan?"

"Nee-chan!"

"Iya Reichi! Kau duluan saja!"

Dengan terpaksa aku menjawab teriakan adik kembarku itu dengan teriakkan yang bisa saja memekakkan telinga orang-orang sekitar kami. Aku menghela nafas dan melihat jam.

'Ayolah, masih jam 5 pagi dan dia menyuruhku untuk siap-siap. Haah... Mempunyai adik yang disiplin itu tidak terlalu menyenangkan...'

Tanpa ba-bi-bu lagi, aku mengambil seragam SMAku yang baru dan pakaian dalamku. Saat masuk ke kamar mandi, aku melihat tubuhku yang sekarang polos tanpa sehelai benang. Aku menyetuh bagian punggungku dan perutku, dengan seperti itu kembali lagi kurasakan kehangatan seperti saat 'dia' mendekapku. Aku mengehela napas lagi dan mulai mandi. Aku tidak ingin dimarahi Reichi hanya gara-gara teringat tentang mimpi ku itu. Setelah 5 menit, aku keluar dan memakai pakaianku. Setelah membawa semua perlengkapan yang diperlukan untuk di sekolah nanti, aku pun keluar kamarku. Saat kakiku melangkah ke arah ruang makan, aku melihat Reichi sedang menonton smabil memakan roti panggangnya.

"Ohayo, Reini"

"Ohayo, Kasumi-nee"

Aku duduk di samping Kasumi-nee dan memakan rotiku.

"Kau pagi hari ini"

"Yah... Thanks to Reichi, membuatku bangun dari mimpi"

'Sebenarnya aku senang dia melakukannya'

"Hee... Tumben, ya sudah habiskan makananmu lalu ke mobil"

"Nee-san hari ini kuliah?"

"Enggak sih, tapi nii-san minta di jemput"

Aku menggangguk mengerti, karena yang nee-san maksudkan adalah kakak laki-lakiku, Yukari Kasetsu yang belajar di luar negeri. Aku pun segera mengunya dan menelannya. Sambil meneguk susu coklatku, aku berjalan ke Reichi dan menepuk kepalanya (karena ku yakin, dia tidak akan mendengarku kalau kupanggil).

"Ya?"

"Ayo, kita berangkat sekarang"

Reichi hanya mengangguk dan mematikan tv. Kami berjalan ke mobil nee-san dan masuk.

"Tidak ada yang ketinggalan kan?"

Kita menggelengkan kepala dan nee-san hanya tersenyum kecil sebelum menjalankan mobilnya. Setelah 10 menit (dan jam baru saja menunjukkan 6 kurang 10 menit), kita turun dan nee-san melambaikan tangan sebelum menutup kaca dan pergi ke airport.

"So?"

"Kenapa nee-chan?"

"Kau menyuruhku pagi-pagi, dan lihat!"

Reichi mengikuti arah tanganku dan hanya memiringkan kepalanya lalu melihatku

"Kenapa nee-chan?"

"Ini seperti sekolah hantu! Tidak ada yang datang di jam segini, Yukari Reichi!"

"Aku kan mau main basket~"

Aku mendasah dan bekacak pinggang sambil menatap Reichi dengan tatapan 'apa kau gila?'

"Apakah yang kau pikirkan hanya basket, basket dan basket?"

"Dan apakah yang nee-chan pikirkan hanya renang, renang dan renang?"

"Tentu saja tidak! Akukan ingin seperti nii-san! Aku ingin bisa menjadi dokter yang hebat yang bisa menyembuhkan segala penyakit seperti-"

"-sakit hati?"

"Apa maksudmu?"

"Yah, nii-san kan sudah menjadi dokter spesialis paru-paru, nee-san sedang kuliah kedokteran dan kau ingin jadi dokter berarti dokter spesialis sakit hatikan?"

"Aku ingin menjadi dokter, tapi engga sakit hati juga dong"

Aku hanya menggerutu dan meninggalkan Reichi yang masih terkikik di depan gerbang.

"Ah! Nee-chan matte!"

Aku menghiraukan teriakan Reichi dan melihat papan pembagian kelas

'Yukari... Yuka- eh, itu Reichi...'

Aku mendongkak dan melihat kalau Reichi masuk kelas 10-B

'Kalau Reichi 10-B, aku dimana?'

Aku mencari lagi dan membulatkan mataku saat aku melihat namaku di deretan... 10-A!

"Hah! Kelas untuk anak-anak terpintar! Memangnya nilaiku-"

Aku membulatkan mataku lagi saat melihat nilaiku yang tertinggi!

'Pasti mimpi lagi'

Aku mencubit tanganku dan-

"Ow"

-sakit. Berarti bukan mimpi dong?

'Perasaan... Aku mengerjakan tes dengan asal... Apa scannernya sudah rusak?'

Aku hanya menghela nafas lagi dan saat ingin meninggalkan tempat itu, kepalaku terpentok papan.

"Itte,tte..."

"Itta..."

Aku berputar kepalaku dan melihat gadis yang seumuran dengan ku. Rambutnya dikepang dua dan terlihat sangat lucu.

"Itta, gomen... Aku berlari takut terlambat jadinya-"

"Daijobu, kegawanai ka?"

"Iie, kegawanai nda"

"Sou ka, jaa-"

"Itsuki-chan! Daijobu ka!"

"Reichi, bisakah kau tidak berteriak untuk hari ini? Kepalaku pusing"

"Ara, gomen nee-chan"

"Hee? Kamu kakak Reichi? Berarti aku... Menabrak senpai!"

"Ah, tidak, aku kembaran Reichi, dan... Kau kenal adikku?"

"Baru saja kita berkenalan di depan pagar tadi. Kau sih meninggalkanku"

"Ya, ya warukatta ne"

"Nee-chan, sepertinya kau tidak menyesal"

"Untuk apa?"

"Tidak berkenalan dengan Itsuki-chan"

"Baru saja aku tau namanya, lagi pula..."

Aku melihat papan lagi dan dengan mudahnya menemukan nama 'Itsuki'

"...kalian berdua sekelas"

"Benarkah! Yeah!"

Aku hanya tertawa kecil melihat Reichi dan Itsuki melompat-lompat seperti anak kecil

"Jaa, nee-chan doko da? Kurasu ni?"

"10-A"

1, 2, 3

"HEE! 10-A!"

"Reichi! Itsuki! Jangan berteriak! Kepalaku pusing!"

"Tapi, nee-chan..."

"... 10-A kan kelas anak-anak dengan nilai minimal 9"

"Yah, liat saja papan"

Mereka lihat papan dan kembali berteriak.

'Oh Tuhan, sepertinya aku akan budek mendadak...'

"Hei, kenapa sih?"

"Nee-chan/Kamu dapat 98!"

"Terus?"

"Kenapa bisa?!"

"Jangan tanya aku. Scannernya mungkin sedang rusak"

"Mana mungkin scanner sekolah ini rusak, nee-chan"

"Ya mana ku tahu? Sudahlah, aku ingin ke kelas sekarang"

Saat aku ingin ke kelas, kemejaku ditarik dan aku menoleh kembali.

"Kenapa?"

"Nanti saat demo eskul, kita bareng ya"

"Oke, mau ketemuan di depan kelas atau gimana?"

"Kita ketemuan di gym aja. Demo eskul pertama kan basket, dilantai 2"

"Boleh sa-"

"Basket! Yeah!"

Aku menghela nafas dan tiba-tiba saja pertanyaan bodoh terlintas di otakku

'Sudah berapa kali aku menghela nafas pagi ini?'

"Anoo... Reini-san"

Aku mengangkat satu alisku dan melihat Itsuki. Dia hanya menunjuk Reichi yang lompat-lompatan lagi

"Dia hanya senang karena demo pertama adalah basket, hiraukan saja dia"

Kataku dan pergi dari tempat itu. Aku menaiki tangga menuju kelasku dan saat membuka pintu, hanya beberapa saja yang sudah datang dan aku pun memilih tempat di baris ketiga dekat kaca dan langsung melihat ke langit.

"Anoo..."

Aku melihat ke samping ku dan aku melihat seorang gadis sedang memegang buku matematika. Aku hanya memandangnya dengan tatapan bingung dan saat aku ingin bertanya, dia berbicara

"Wa-Watashi no namae wa Kairi... Megonomi Kairi desu..."

"Sou ka? Jaa, watashi wa-"

"Anata no koto shittemasu, Yukari-san. Onegai, oshiete kudasai!"

Aku mengedipkan mataku saat melihat Megonomi (nama yang aneh, ya... Aku tau itu ==a) menundukkan kepalanya kepadaku, dan membuat semua orang melihat kearah kita berdua.

"Anoo... Megonomi-"

"Kairi de ii yo"

"Taku... Kairi-san, nani ga... Oshiete?"

"Kore!"

Aku melompat ke belakang saat dia menyodorkan buku matematika yang hampir saja mengenai wajahku.

"Uh... Maksudmu?"

"Yukari-san memiliki nilai tertinggi di sejarah Gakuen yang ke dua dari No-senpai, jadi kumohon ajari aku!"

Aku mengedipkan mataku berkali-kali dan dia masih membungkukan badannya.

"Uh... Baiklah-"

"Arigato Yukari-san!"

Dan tiba-tiba saja dia memelukku dan membuat kita berdua jatuh dari kursi.

'Ah! Anak yang menyebalkan!'

"Daijobu ka, Kairi-san?"

"Un! Daijobu! Mou ichido, arigato gozaimasu!"

Dia pun bangun dan kembali ke tempat duduknya yang berada di barisan yang sama dan paling depan. Aku hanya kembali melihat langit sampai bel berbunyi. Aku berbalik melihat papan saat sensei masuk

"Baiklah anak-anak, sekarang perkenalan diri kalian mulai dari kamu yang di depan"

Seorang gadis mengangguk dan mulai memperkenalkan dirinya. Dan berlanjut kepadaku. Aku berdiri dan memperkenalkan diri

"Yukari Reini, yoroshiku"

Yang lain berbisik-bisik dan aku hanya duduk.

"Psst..."

Aku menengok kebelakang dan melihat pemuda dengan rambut merah mencolok dan mata ruby. Dia menyengir ke arahku dan mengulurkan tangannya

'Sepertinya dia anak yang baik...'

"Namaku Hagare Yahiko. Yoroshiku"

"Yoroshiku, Hagare-san"

Aku menjabat tangannya dan aku rasakan tangan besarnya membungkus tangan pucatku.

'Tangannya sama-sama besar... Tapikan mustahil dia...'

Aku mengerjapkan mataku saat merasakan jempolnya mengusap punggung tanganku.

"Hee... Tanganmu halus ya, kau belum pernah di'sentuh' ya?"

Dengan kasar aku menarik tanganku kembali dan memberikan dia tatapan membunuh

'Oke, aku tarik perkataanku tadi'

"Kau sangat tidak sopan ya. Mengatakan hal seperti itu kepada gadis yang baru saja kau kenal"

"Hoo... Tapi itu kelebihanku, sudah banyak sekali gadis yang mau 'tidur' denganku"

Aku berbalik. Dengan nada sarkastik, aku menjawabnya

"Sayang ya, aku bukan tipe gadis yang dengan mudahnya bisa kau ajak 'tidur', Hagarentai"

"Uuh... Kejamnya, tapi apa kau yakin bisa melupakanku?"

Aku kembali melihatnya sambil menodong pensil yang baru saja ku ambil ke lehernya. Dia terdiam dan aku hanya tersenyum kecil dan berkata

"Sepertinya akan susah... Karena kau adalah 'mangsa' pertamaku di sekolah ini"

"'Mangsa' ya? Menarik..."

"Hmph... Jangan sangka aku akan bersikap lembut kepadamu"

Lalu aku kembali melihat papan tulis saat sensei menuliskan jadwal pelanjaran yang mulai minggu depan. Setelah menuliskan semuanya, senseipun keluar kelas. Aku segera memasukkan buku yang kugunakan untuk menulis tadi dan pergi ke gym meninggalkan Hagarentai yang kurasakan melihatku dengan tatapan yang menusuk. Aku hanya jalan menuju gym sebelum kedua tanganku ditarik

"Apa! Reichi! Itsuki! Ada apa!"

"Ayo, nanti kita tidak dapat tempat duduk!"

Aku hanya pasrah ditarik kedua orang ini sambil berlari. Saat kami tiba di pintu gym, kita harus naik ke lantai dua dan tanpa ba-bi-bu lagi, mereka menyeretku lagi dan aku hanya (lagi-lagi) pasrah. Kami duduk di baris ke dua dari bawah dan anggota basket pun masuk dan mataku terpaku pada seseorang. Senpai yang menarik perhatianku ini berambut coklat acak-acakan sedangkan dia mengikat rambut panjangnya ke bawah.

'Senpai yang aneh, tapi manis...'

Aku merasakan adanya tarikan di tangan kemejaku dan aku melihat Reichi yang mukanya memerah

"Doushita imoto?"

"Ano senpai... Kakkoi..."

Aku melihat senpai yang tadi sekarang sedang memanggil seseorang dari dalam ruang tunggu. Saat orang itu melambaikan tangannya mataku membulat.

'Senpai itu...'

Rambut coklat sampai leher, mata abu-abu nya, dengan satu matanya yang terikat itu, aku merasa sangat yakin

'... Apakah... Senpai itu yang... Ada di mimpiku semalam?'

Senpai itu hanya menengokkan kepalanya ke kanan dan kiri dan mereka berdua berteriak

"Are ya ready guys! Let's make this work!"

Anggota yang lain berteriak, begitu pula dengan penonton. Dia dan senpai yang dilihat Reichi pindah dari tengah ke pinggir lapangan dan mereka mulai pertandingannya. Dari sisi ini, sepertinya kelas 12 lebih dominan dalam permainan karena pengalaman dan tinggi mereka, tapi kelas 11 juga hebat dengan seseorang yang melompat tinggi dan mencetak score pertama untuk kelas 11.

"Keren... Lompatan tadi-"

"Itu lompatan terhebat yang pernah kulihat! Aku tidak menyangka ada yang bisa melompat setinggi itu! Aku harus melawannya setelah ini!"

"Reichi, tenang!"

Reichi hanya tertawa kecil, Itsuki menghela nafas dan aku mencari senpai tadi, tapi tak kutemukan.

'Dimana senpai dengan penutup mata tadi?'

Aku melihat kanan dan kiri sampai terdengar suara 'Awas!' Aku melirik bola yang terlempar kearahku dan aku menutup mataku. Saat aku mengantisipasi rasa sakit yang mungkin aku (tidak) bisa tahan, aku tidak merasakannya.

"Hey! Are you stupid! Kau hampir mengenainya, you idiot!"

'Suara ini...'

'Panggil namaku Reini...'

'Tidak mungkin...'

Aku mungkin mendengar suaranya saat berteriak, tapi karena suaranya bareng dengan senpai yang satunya lagi, aku tidak bisa membedakan mana yang mana. Aku membuka mataku dan melihat baju basket berwarna merah (merah = 11, biru = 10, hitam = 12) didepan mataku. Senpai ini adalah senpai yang dari tadi kucari. Rambut coklatnya jatuh sampai lehernya dan ada ikatan berwarna hitam di kepalanya. Tangannya panjang dan berotot, kakinya yang panjang berdiri tegap di depanku.

"You okay?"

Dia menoleh ke arahku dan aku hanya bisa menganggukan kepalaku.

"H-Hai..."

"Sou ka? Oi! Back to the game! Apa kau mau kubilang ke pelatih kalau kau hampir mengenai kouhai!"

"M-Maaf kapten!"

"Masamune!"

Senpai (yang baru kutahu namanya 'Masamune') melihat ke arah kirinya dan senpai dengan rambut lucu yang barusan datang.

"Yukimura, kau kan wakil, kau seharusnya bisa melihati para penonton, Idiot!"

"Hey! Jangan salahkan aku! Kau tau barusan aku dipanggil Sasuke"

"Dan seharusnya kau safety first baru melihat that darn monkey!"

"Ayolah, kau melindunginya kan?"

"Karena aku melihatnya! Tonikaku, kau benar-benar tidak apa-apa?"

Aku mengangguk lagi dan senpai itu tersenyum, membuat wajahku memerah

"Yokatta..."

Dia mengelus puncak kepalaku dan aku merasakan kehangatan yang sama seperti mimpiku.

'Ya... Dia pasti... Orang itu...'

Perasaan tenangku terputus saat mendengar teriakan 'Date-sama~!' Dari belakangku. Aku menurunkan tangan senpai dan menengok ke belakangku.

"Kau! Lepaskan tangan Date-sama sekarang!"

"Hah?"

Aku melihat tanganku dan segera melepasnya

"G-Gomen, senpai"

Saat ku mendongkakkan mukaku, aku melihat sedikit kekesalan di mata senpai lalu berubah biasa lagi.

"Daijobu, mata na"

Senpai menepukku lagi dan menjatuhkan secarik kertas.

"Senpai-"

Aku menghentikan omonganku saat senpai tadi menarik tangan Yukimura-senpai dan kembali ke lapangan. Aku melihat ke lantai dan mengambil kertas yang terjatuh tadi. Saat aku ingin membukanya, teriakkan Itsuki membuatku harus menutup telinga.

"Reini, kau beruntung sekali~"

"Apa maksudmu?"

"Maksudku? Apa maksudmu?"

"Itsuki, aku yang bertanya"

"Iya, makanya aku bingung. Kau tidak kenal siapa dia?"

Aku hanya menggeleng lalu Itsuki bertanya ke Reichi

"Reichi-chan?"

"Nee-chan o onaji"

"Uso! Tapi kau tahu Date kan?"

"Maksudmu... Date Corp? Perusahaan yang menyediakan perlatan olahraga itu?"

"Iya, dia anak tunggal mereka"

"Eh! Uso!"

"Uso janai wa"

Kami bertiga menoleh kebelakang saat mendengar suara lembut. Itsuki (yang mengenal mereka) kembali berteriak

"No-senpai dan Oichi-senpai!"

"Ahaha... Tidak usah sekaget itu"

"Ah... Gomen..."

"Iie, iie... Ngomong-ngomong, kalian siapa dan dari kelas berapa"

"Aku Itsuki, kelas 10-B"

"Aku Yukari Reichi dari 10-B juga"

"Hoo... Kelas B? Kalau kamu?"

"Aku dari kelas A, Yukari Reini"

Baru mendengar namaku, Oichi-senpai dan No-senpai tertegun sesaat sebelum No-senpai menarikku kedalam pelukan.

"Huwa! Kau pasti murid dengan nilai tertinggi itu! Tak kusangka bisa bertemu denganmu secepat ini"

"Iya! Tak hanya kau mendapatkan perlindungan dari Date, tapi kau juga akan menjadi target!"

"Target?"

"Huh? Kalian tidak tahu?"

Kami bertiga menggelengkan kepala dan mereka hanya melihat satu sama lain, seperti berkomunikasi tanpa bicara. Lalu No-senpai (yang tengah memelukku) hanya mengusap kepalaku, lalu kepala Reichi dan Itsuki.

"Kalian akan mengerti, terutama kau, Reini-chan"

"Yah... Sabar dan lihat saja nanti"

Kami mengangguk dan mereka pergi meninggalkan gym. Dengan rasa penasaran, aku memanggil mereka lagi

"No-senpai, Oichi-senpai"

"Ya?"

"Kalian mau pergi kemana?"

"Oh, kami ingin menyiapkan demo eskul kami"

"Eskul apa?"

"Eskul renang dan lompat indah"

Saat mendengar kata-kata 'renang', aku langsung melompat dari kursiku dan berdiri di depan mereka

"Aku ikut! Aku ingin masuk eskul renang!"

No-senpai dan Oichi-senpai tertawa kecil dan mengangguk. Dibelakang, bisa kudengar Reichi bilang 'sekarang siapa yang seperti anak kecil' dan suara Itsuki tertawa mendengarnya.

"Baiklah, tapi tidak apa-apakan kalau kau membantu sedikit?"

"Apakah nanti boleh masuk ke kolam?"

"Setelah selesai perkenalan sampai loker baru boleh"

Aku mengangguk cepat dan kami pergi dari gym ke kolam yang berada di belakang gym. Saat kami ingin turun, aku merasakan tatapan dari punggungku.

Masamune's POV

'Anak tadi... Kepala dan suaranya... Sama... Dengan gadis yang dimimpiku semalam... Apakah mungkin...'

"Masamune, kau kenapa sih?"

Aku melirik ke Yukimura yang sedang menyilangkan tangannya sambil memandangku

"Maksudmu?"

"Barusan. Kau memarahiku hanya gara-gara aku tidak mellihat kalau ada pemain yang overpass dan hampir mengenai-"

"Hampir? That was close, Yukimura! Kalau aku tidak melihatnya, gadis itu akan terluka!"

"Aku tau itu! Lagipula, sejak kapan kau khawatir tentang penonton, terutama gadis. Katanya kau tidak suka kalau ada gadis disekitarmu karena mereka berisik, tapi kau melindunginya, bahkan sampai mengelus kepalanya. Apa yang ada di kepalamu sekarang, Date?"

Aku hanya melihat ke lapangan untuk melihat pemain, khawatir kalau hal itu terjadi lagi. Tapi benar yang Yukimura katakan, aku tidak pernah melindungi orang, terutama gadis. Bahkan tahun lalu, karena ada yang berisik saat pertandingan basketku, aku melempar bola kepada orang itu dan membuatku keluar dari lapangan sampai selesai pertandingan, tapi karena aku telah mencetak score yang lumayan banyak, I don't have anything to worry.

'Apa karena... My dream?'

Yah, mimpi. Aku bermimpi yang memang seharusnya laki-laki mimpikan. Tapi aku tidak tahu dengan siapa, yang kutahu tentang gadis itu adalah kouhaiku, tubuhnya ramping, suaranya sangat tinggi saat mendesahkan namaku, dan rambutnya panjang, karena saat aku memeluknya aku dapat merasakan kelembutan rambut itu. Dan gadis tadi miri- no, she IS the girl! I just felt it when touching and hearing her voice! Aku mengehela nafasku dan aku bisa mendengar Yukimura tertawa

"Apa!"

"Kau jatuh cinta ya? Sama gadis tadi?"

Mukaku memerah dan membentaknya

"Apa maksudmu, idiot! Aku baru bertemu dengannya tadi!"

"Lalu kenapa kau bersikap baik kepadanya? Kau tidak mau membuat image senpai yang baik didepannya kan?"

"Tentu saja tidak! Untuk apa!"

"Untuk mendapatkan hatinya, hihihi..."

"Kh... Mungkin kau yang jatuh cinta"

Jackpot, mukanya memerah.

"T-Tapi tenang Masamune... Mungkin iya tapi aku... Suka dengan rambut merah itu..."

'Rambut merah? Oh... Gadis yang di sampingnya itu'

"Ya, ya... I get it"

Aku kembali melihat ke arah gadis tadi dan dia sedang berdiri di depan No dan Oichi

'Apa yang...'

Tiba-tiba saja mereka keluar dari gym. Aku tetap melihat kearah punggung gadis berambut biru itu hingga menghilang dari pandanganku. Aku tau Oichi dan No anggota eskul lompat indah dan renang, apa maksudnya dia akan masuk ke salah satu eskul itu, atau dua-duanya? Aku melihat waktu dan berteriak

"Oke stop! Time's up!"

Seakan mengerti apa yang akan kukatakan merekapun mulai memberikan kertas formulir. Sedangkan aku dan Yukimura pergi dari gym ke locker room kami. Saat di perjalanan, aku sempat melihat gadis itu lompat-lompatan di pinggir kolam dan tiba-tiba saja terjatuh dan tertawa. Jujur saja, saat dia ingin jatuh, ingin rasanya menangkapnya dan mendekapnya erat.

"Hei, kau menghiraukan ku lagi. Apa gadis itu telah mencuri semua perhatianmu dari sahabatmu ini?"

Aku menoleh dan melihat Yukimura cemberut karena aku (lagi-lagi) menghiraukannya. Baru saja ingin ku jawab, dua orang gadis berlari kearah kami

"Sumimasen, senpai-tachi"

Kami melihat ke arah mereka berdua dan yang berambut merah melanjutkan

"Watashi no name wa Yukari Reichi. Bolehkah setelah ini aku mengadu score dengan senpai?"

Aku menatapnya dengan tatapan 'apa!', Yukimura menatapnya dengan mata yang berapi-api

"Aku terima tantanganmu Yukari Reichi! Tapi kau harus-"

Kata-kata Yukimura terpotong saat Yukari menyerahkan kertas formulir yang sudah terisi penuh

'Sejak kapan anak ini menulis itu semua?'

"Sudah kuisi, sekarang! Boleh, boleh?"

Aku menoleh ke arah gadis yang di pinggir kolam (yang sekarang duduk dipinggir) dan kembali ke gadis di depan ku dan Yukimura.

"Hey, Yukari, apa kau kembaran dengan that girl?"

Yukari melihatku dan melihat ke arah telunjukku.

"Iya, dia Yukari Reini. Tapi dia lebih suka renang daripada basket dan menurutku aneh karena basket lebih seru dengan renang!"

"Aku setuju denganmu Yukari! Ayo! Aku ajak kau berkeliling dan kita akan main pertama!"

Mereka berdua berteriak dan segera Yukimura menarik tangannya dan membawanya berkeliling

"Dasar... Maniak basket..."

"Anoo... Senpai?"

Aku melihat ke gadis yang satu lagi dan mukanya memerah saat melihatku

'Ck... Pasti salah satu fans...'

"Senpai, bolehkah-"

Aku hanya mengabaikannya dan pergi dari tempat itu, menghiraukannya walaupun dia memanggil (meneriaki) namaku. Aku membuka wristbandku dan kertas 'itu' tidak ada.

'Dimana? Apakah terjatuh?'

Aku lari ketempat gadis tadi duduk dan tidak ada kertas sama sekali.

'Apa... Dia yang ambil?'

Dengan pikiran itu, aku segera turun ke kolam dan melihat gadis tadi duduk di pinggir kolam. Aku mendekatinya dan menepuk pundaknya

"Hei"

Dia menoleh ke arahku dan tiba-tiba saja matanya membulat. Mataku juga membulat saat melihat matanya.

'Bahkan... Warna matanya pun... Sama...'

Aku tetap melihatnya dan mendekatkan wajahku.

"Sen... Pai..."

Aku mengerjapkan mataku dan segera menjauhkan wajahku darinya. Kututup mulutku dan kulihat dia juga menutup mulutnya dengan wajah yang memerah.

'Apa dia... Benar-benar gadis itu?'

~(0.0)~

Nyooke, segini dulu, nanti kepanjangan ==a.

Sedikit cuplikan buat chapter 2

~(0r0)~

Masamune mulai mendekati Reini

Yukimura senang dengan kehadiran Reichi

Itsuki tidak suka Reini ataupun Reichi mendekati Masamune atau Yukimura

Kakak tertua dari Reini dan Reichi akan bertemu dengan Masamune dan Yukimura.

~(0x0)~

Yah, itu yang masih direncanakan, mungkin ada yang tidak masuk, dan mungkin ada yang di tambahin.

Akhir kata, terima kasih udah sempetin waktu buat baca, dan kalau bisa review~ :D

P.S maaf kalau Reini terlalu menonjol, kan pair utamanya MasaRei ==a