Suara jari jemari yang sedang menari diatas keyboard laptop terdengar di sebuah kamar megah. Seorang pemuda dengan mata onyxnya yang tajam yang berada di balik kacamata, menatap lurus kearah laptopnya. Dia harus segera menyelesaikan tugas sekolahnya sebelum adiknya yang menyebalkan mengganggunya.
Mengganggunya pun dia tidak akan keberatan.
My Lovely Cute Imouto
.
.
Sasuke Uchiha, Sakura Haruno
.
.
Masashi Kishimoto
.
.
©Aomine Sakura
.
.
Dilarangg COPAS dan PLAGIAT dalam bentuk APAPUN!
Don't Like Don't Read!
Selamat membaca!
oOo My Lovely Cute Imouto oOo
"Nii-chan!"
Sasuke tidak bisa menahan senyumnya ketika sebuah suara cempreng menyapa gendang telinganya. Onyxnya melirik seorang gadis berambut pink yang berlari menghampirinya. Tangan gadis itu segera melingkar di lehernya.
"Nii-chan!" rengeknya.
Dia adalah Uchiha Sakura. Putri bungsu keluarga Uchiha, satu-satunya wanita selain ibunya. Gadis yang baru saja menginjakkan kakinya di sekolah menengah atas ternama, gadis yang centil dan ceria, juga cucu kesayangan kakeknya. Semua orang di keluarga Uchiha menyayangi gadis itu, termasuk kedua kakaknya.
"Hn. Ada apa, Sakura?" tanya Sasuke. Adiknya yang manja itu selalu datang menemuinya jika ada sesuatu yang diinginkannya.
"Aku ingin ramen, buatkan aku ramen," pinta Sakura.
Benar kan. Adiknya yang manja itu selalu merengek kepadanya.
"Hn, minta buatkan Ayame atau siapapun saja. Aku sedang mengerjakan tugas sekolahku, Sakura."
"Huh! Nii-chan tidak sayang padaku!" rajuk Sakura.
Melihat Sakura yang sedang mengerucutkan bibirnya membuat Sasuke tidak bisa menahan senyumnya. Dia selalu luluh pada adiknya yang menggemaskan itu, semua orang dalam keluarga Uchiha pasti akan menuruti apa yang menjadi kemauan si bungsu Uchiha itu.
"Hn, baiklah. Aku akan membuatkanmu ramen." Sasuke bangkit dari duduknya.
"Yataa! Sasuke-nii baik!"
.
.
Sakura lahir ketika Sasuke berumur dua tahun dan kakaknya Itachi berumur tujuh tahun. Ketika Sasuke pertama kali melihat adiknya lahir ke dunia, Sakura begitu polos dan menggemaskan. Seluruh keluarga menyayanginya, termasuk kakaknya yang menyebalkan itu.
Awalnya, dia begitu membenci Sakura dan sering membuat gadis itu menangis. Dia membenci adiknya, karena merasa jika Sakura selalu dimanja dalam keluarganya, hingga usianya beranjak sepuluh tahun dan Sakura delapan tahun. Saat itu, Sakura di ganggu oleh beberapa anak-anak di kompleks perumahan mereka karena kecantikan Sakura.
Saat itu, dia bersikap acuh tak acuh ketika melihat rambut pink Sakura ditarik oleh beberapa gadis kecil seusianya. Entah mengapa, ada sesuatu dalam dirinya yang bergejolak marah ketika melihat air mata milik Sakura. Dia segera menolong adiknya itu dan semenjak saat itulah, dia berjanji akan melindungi Sakura dari serangga yang mengganggunya.
Tidak seperti Itachi yang hangat, dirinya lebih kaku dan tidak bersahabat. Sakura lebih suka bermanja-manja pada Itachi yang selalu tersenyum. Tetapi semenjak kakak tertuanya itu pergi ke London untuk melanjutkan perusahaan Uchiha, dia lebih dekat kepada Sasuke. Dan Sasuke tidak pernah keberatan jika adik bungsunya itu bersikap manja padanya.
Karena sikap kakunya itu, dia tidak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita manapun selain Sakura dan ibunya. Tidak jarang beberapa teman Sakura yang menyatakan cinta padanya dia tolak mentah-mentah. Sakura sendiri sering kali marah padanya karena menolak semua temannya dan menujulukinya seorang homo.
Sasuke bukannya tidak tertarik kepada kaum hawa. Dia masih bisa ereksi jika melihat gambar porno yang ditunjukkan Sai, Naruto atau Neji. Dia selalu melakukan onani jika melihat video porno pemberian Sai yang menggugah hasrat lelakinya. Tetapi di balik itu, dia menyimpan sebuah rahasia besar yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.
Sakura menopangkan tangannya di dagunya ketika kakaknya yang dingin itu sedang memasak ramen untuknya. Kakaknya yang biasanya gagah dan bersikap dingin, bisa terliht sedikit eerr.. menggemaskan dengan apron yang berada di tubuh kekar kakaknya itu.
"Hn. Ini ramenmu."
"Huaaaahh.. sepertinya enak!" Sakura mengambil sumpit diatas meja dan tersenyum, "Ittadakimasu!"
Sasuke tidak bisa menahan senyumnya ketika Sakura makan dengan lahap. Tangannya terulur untuk mengelus surai merah muda yang menjadi kebanggaan Sakura. Sebenarnya, dia sendiri tidak habis pikir kenapa Sakura memiliki rambut yang berbeda dibanding keluarganya yang lain. Tetapi ibunya selalu mengatakan, jika Sakura lahir dari rahim yang sama, yang membuat Sakura berbeda adalah saat ibunya mengandung adiknya itu, ibunya mengidam bunga Sakura.
"Saku, makan pelan-pelan."
Mereka menolehkan kepalanya kearah pintu dapur dan menemukan Mikoto tersenyum lembut kearah mereka berdua.
"Ini enak sekali, bu! Ibu harus mencobanya!" Sakura menyodorkan semangkuk ramen kepada Mikoto.
"Nanti saja, Saku-chan. Ibu sudah makan di rumah Kushina." Mikoto tersenyum, "Sebaiknya Ibu segera mandi dan beristirahat. Saku-chan, jangan lupa kerjakan PRmu."
"Siap bu!" Sakura memandang Sasuke dan memberikan senyuman manisnya. Sasuke tahu apa arti senyuman itu.
"Jangan memintaku untuk mengerjakan tugas rumahmu lagi, Sakura." Sasuke berkata dengan nada mengancam.
"Hehehe.. kali ini aku akan mengerjakannya sendiri kok, tapi nii-chan bantu aku ya!" Sakura menatap Sasuke dengan pandangan memohon andalannya.
Sasuke hanya bisa menarik nafas panjang dan pasrah. Dia selalu luluh jika dihadapkan dengan adiknya yang menggemaskan itu.
.
.
Sasuke seharusnya sudah menduga jika Sakura tidak mungkin mengerjakan tugas rumahnya seorang diri. Nyatanya, adiknya itu malah ketiduran dengan kepala diatas meja belajarnya. Melangkahkan kakinya mendekat, dia memandang hasil pekerjaan Sakura yang bahkan baru dikerjakan setengahnya oleh gadis itu.
Menggendong adiknya, Sasuke merebahkan Sakura keatas ranjangnya. Dia memandang tugas rumah milik adiknya dan tangannya dengan cekatan mengerjakan tugas rumah milik Sakura. Dengan otak jeniusnya itu, dia bahkan bisa menyelesaikan soal fisika milik Sakura hanya dengan waktu setengah jam saja.
Meletakan pensilnya, Sasuke berjalan mendekati Sakura dan merebahkan diri di sisi adiknya itu. Mengecup pipi tembam itu, Sasuke tersenyum tipis.
"Hn. Oyasumi, Sakura."
oOo My Lovely Cute Imouto oOo
"Sasuke-nii! Ayo bangun!"
Sasuke membuka matanya dan menemukan Sakura telah siap dengan seragam sekolahnya. Sejak kapan adiknya itu sudah siap dengan seragamnya? Padahal seingatnya Sakura tertidur di sampingnya.
"Hn. Ada apa, Sakura?" Sasuke mengacak-acak rambut emonya.
"Ayo bangun! Kita harus berangkat ke sekolah!" Sakura mengguncang-guncang bahu Sasuke.
"Aku sudah bangun Sakura. Sebaiknya kamu keluar, aku ingin mandi." Sasuke bangkit dari tidurnya.
"Jangan lama-lama!" Sakura segera melangkahkan kakinya keluar kamar Sasuke.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk Sasuke bersiap untuk berangkat ke sekolahnya. Mengambil tasnya, Sasuke segera keluar dari kamarnya dan menemukan Sakura sedang meminum susunya.
"Sasuke-nii lama sekali, Kaa-chan!" adu Sakura pada Mikoto yang sedang menyiapkan sarapan. Fugaku hanya mengacak rambut Sakura dengan lembut.
Sasuke sendiri mendenguskan wajahnya sebelum mendudukan dirinya di samping Sakura.
"Habiskan sarapanmu, Saku-chan. Nanti kamu bisa terlambat ke sekolah," ucap Mikoto.
"Baik, Kaa-chan!"
Mikoto tersenyum dan mendudukan diri di hadapan kedua anaknya itu. Sakura menyantap sandwichnya dengan lahap sebelum meneguk susunya hingga tandas.
"Ayo Sasuke-nii! Aku sudah selesai!" ucap Sakura.
"Sakura, Sasuke bahkan baru menghabiskan setengah sandwichnya." Fugaku memandang putri bungsunya itu.
"Hn. Tidak apa Tou-san, aku juga sudah selesai makan." Sasuka bangkit dari duduknya, "Aku berangkat."
"Saku berangkat, Kaa-chan! Tou-chan!" Sakura berujar dengan ceria sebelum mencium pipi kedua orang tuanya dan mengikuti langkah Sasuke.
Mikoto tersenyum memandang putrinya yang ceria itu.
"Aku tidak bisa membayangkan, jika Sakura tidak ada di tengah-tengah keluarga ini." Mikoto memandang Fugaku.
"Hn. Sakura membawa keceriaan dalam keluarga ini."
.
.
Sakura turun dari mobil sport Sasuke. Beberapa pasang mata memandang kakak beradik Uchiha itu, siapapun pasti iri memandang mereka. Mereka dikaruniai wajah yang rupawan, kekayaan yang melimpah dan otak diatas rata-rata, siapapun pasti menginginkan kehidupan yang sempurna seperti itu.
"Nii-chan! Aku ke kelas dulu ya!" pamit Sakura.
"Hn. Aku temani." Sasuke memandang emerald milik Sakura.
"Mou! Sasuke-nii selalu saja seperti itu, memangnya Sasuke-nii naksir dengan salah satu teman sekelasku?" tanya Sakura mengerucutkan bibirnya karena kesal.
"Hn."
Sakura melangkahkan kakinya dengan kesal. Kakaknya itu memang mengidap penyakit sister compleks akut sepertinya. Sasuke bahkan sudah seperti pengawalnya dimana pun dia berada.
Beberapa gadis-gadis selalu berteriak ketika Sakura memasuki kelasnya. Mereka selalu menanti kedatangan gadis berambut bubble gum itu hanya untuk melihat kakaknya yang rupawan itu.
"Aku sudah sampai, Sasuke-nii!" ucap Sakura.
"Hn. Belajar yang benar." Sasuke mengusap rambut Sakura sebelum melangkahkan kakinya menuju kelasnya.
Sakura mengerucutkan bibirnya dengan kesal dan duduk di sebelah Ino.
"Ughh.. Sasuke-nii menyebalkan!" gerutu Sakura.
"Biar bagaimanapun, Kakakmu itu tampan." Ino memandang Sakura.
"Aku adukan pada Sai-nii kamu berani mengatakan jika kakakku tampan. Biar Sai-nii memutuskan hubungan kalian!" Sakura menjulurkan lidahnya.
"Sai-kun tidak akan percaya pada bualanmu, Sakura!" Ino mencubit hidung sahabatnya itu, "Aku pinjam tugas Fisikamu! Aku yakin kamu sudah mengerjakannya. Ah bukan, Sasuke-nii yang mengerjakannya."
Sakura menyeringai dan mengeluarkan buku fisikanya sebelum diberikan kepada sahabatnya itu. Ino memandang tulisan Sasuke yang ada di buku Sakura, dia sudah menduga jika sahabatnya itu tidak akan pernah mengerjakan tugas rumahnya seorang diri.
"Ne, Ino. Bagaimana kalau kita kabur?" tanya Sakura.
"Hah? Maksudmu?" Ino memandang Sakura dengan pandangan tidak mengerti.
"Aku ingin membeli sebuah komik atau novel. Aku ingin pergi tanpa Sasuke-nii, bagaimana jika kita kabur di jam terakhir untuk pergi ke toko buku?" tanya Sakura dengan antusias.
"Hmm.. baiklah. Kita kabur jam terakhir."
"Baiklah!"
Sasuke memasuki kelasnya dan langsung duduk di bangkunya. Kelasnya begitu ramai dengan berbagai macam makhluk yang sedang melakukan aktifitas anehnya. Sai sedang tersenyum aneh sembari membaca buku dengan genre dewasa, Naruto dan Kiba yang sedang bertanding PSP dan Neji yang sedang membaca komiknya. Onyxnya beralih menatap Gaara yang duduk dengan tenang di bangkunya.
Ada sesuatu yang membuatnya harus mewaspadai si bungsu Sabaku itu.
.
.
Sasuke sama sekali tidak memperhatikan apa yang dibicarakan oleh Anko sensei mengenai reproduksi manusia. Mereka sudah kelas tiga dan hanya mengulang mata pelajaran yang berlalu saja. Teman-temannya bahkan memandang Anko sensei dengan pandangan mesum, contohnya saja Naruto yang tidak berkedip memandang sesuatu yang menonjol di dada gurunya itu.
Sasuke memilih untuk memandang keluar jendelanya. Onyxnya menangkap Sakura yang sedang berolah raga. Sebuah senyum terkembang di bibirnya bagaimana Sakura susah payah menangkap bola basket yang dioper oleh teman-temannya itu. Tubuh Sakura memang langsing dan sedikit seksi, tapi Sasuke tahu jik adiknya itu payah dalam segala hal berbau olah raga.
Onyxnya kemudian menangkap Gaara yang tersenyum memandang keluar jendela. Sial! Dia sepertinya memang harus mewaspadi mata panda itu.
.
.
"Ayo Ino!" bisik Sakura saar mereka menyelinap keluar dari sekolah mereka dengan mengendap-endap.
Jam pelajaran akhir memang belum berakhir, tetapi mereka nekat kabur saat guru sedang ke toilet. Mereka tidak tahu jika seseorang memata-matai dengan seringaian di wajahnya.
"Akhirnya!" Sakura tersenyum bahagia ketika mereka berhasil keluar dari sekolah mereka.
"Ayo Sakura, kita harus segera ke mall."
Ino segera menyetop taksi dan mereka akan kabur menuju mall setelah itu menuju toko buku untuk membeli sebuah komik atau novel.
.
.
"Ini menyenangkan sekali Ino, kabur tanpa adanya Sasuke-nii yang menyebalkan itu!" Sakura menjilat es krimnya saat mereka akan pulang ke rumah.
Hari sudah mulai gelap dan Sakura merasa firasat buruk menyerangnya. Mereka sudah puas cuci mata dan berbelanja banyak sekali novel serta komik. Sakura juga sengaja menonaktifkan ponselnya agar kakaknya yang menyebalkan itu tidak bisa menghubunginya.
"Sakura, aku lupa jika harus membantu Kaa-chan menjaga toko. Sebaiknya aku pulang sekarang." Ino segera berlari meninggalkannya keluar dari mall.
Sakura ingin mencegah Ino dan meminta sahabatnya itu menemaninya, tetapi Ino sudah lebih dahulu meninggalkannya. Sakura berjalan keluar mall dan menemukan hujan turun dengan lebat, beberapa orang bahkan berdesak-desakan untuk berteduh di dalam mall. Mengambil ponselnya, dia mencoba menghubungi siapapun, namun nihil karena baterai ponselnya habis.
Sakura hampir saja menangis karena kedinginan dan tidak mendapatkan taksi. Setiap kali dia berdesak-desakan, pasti dia akan kedahuluan untuk mendapatkan taksi. Ini lebih buruk dari yang dia pikirkan, dia selalu diantar kemanapun oleh kakaknya atau Ibunya. Dia tidak pernah pergi sendiri dan dia menyesal karena pergi tanpa kakaknya itu.
"Hikss.. Sasuke-nii.. hiks.."
Sakura tidak peduli jika orang-orang memandanginya. Dia tidak tahu jalan pulang, tidak tahu harus naik bis atau angkutan apa menuju rumahnya. Dia membutuhkan kakaknya yang menyebalkan itu sekarang juga.
"Hn."
Baru saja Sakura menolehkan kepalanya, sebuah jaket telah menutupi tubuh mungilnya.
"Sasuke-nii?" Sakura tidak memercayai pengelihatannya, kakaknya ada disini menemaninya.
"Hn."
"Sasuke-nii!" Sakura memeluk Sasuke dan menangis dalam pelukan pemuda itu.
"Baru pergi ke mall sendiri saja sudah menangis, dasar cengeng." Sasuke mencoba menggoda adiknya itu.
"Hikss.. aku takut, Sasuke-nii. Aku takut jika aku tidak bisa pulang ke rumah. Aku tidak tahu harus naik apa dan aku takut jika naik taksi dan aku dibawa kabur."
"Hei! Pikiranmu jauh sekali!" Sasuke melepaskan pelukan Sakura dan menyentil dahi lebar Sakura, "Makanya, lain kali jangan coba-coba kabur saat jam pelajaran dan keluyuran di mall."
"Heehehehe.." Sakura tidak bisa menahan cengirannya, "Jadi Sasuke-nii sudah tahu semuanya, ya?"
"Hn."
"Baiklah! Ayo kita pulang, aku lelah."
Sasuke segera menggenggam tangan mungil adiknya itu dan mengajaknya masuk ke dalam mobil sportnya.
.
.
"Tadaimaaaaa!" Sakura berteriak dengan kencang ketika masuk ke dalam rumahnya.
"Hn."
"Kakekk!" Sakura tidak bisa menahan dirinya untuk memeluk kakeknya yang sudah lama tidak dia temui. Kakeknya itu berada di London bersama Itachi dan Sakura benar-benar merindukannya.
"Kamu tidak berubah, Sakura. Masih saja manja seperti biasanya," ucap Madara terkekeh geli.
"Mou! Aku tidak manja!" Sakura melepaskan pelukannya dan mengerucutkan bibirnya kesal.
"Lalu, siapa yang menangis ketakutan di mall karena tidak tahu jalan pulang?" Sasuke muncul dan tersenyum tipis.
"Benarkah?" Mikoto memandang putranya dengan pandangan tidak percaya, "Bagaimana bisa?"
"Tanyakan saja padanya." Sasuke menunjuk Sakura yang sekarang sedang bergelayut manja di lengan kakeknya.
"Kakeeekk.. Sasuke-nii jahat!" adu Sakura.
"Sakura masih saja cengeng, heh?"
Sakura menolehkan kepalanya dan tidak bisa menahan teriakan girangnya ketika melihat siapa yang datang. Itachi tidak bisa menahan senyumnya ketika Sakura memeluknya dengan sangat erat.
"Itachi-nii! Aku merindukanmu!" Sakura memeluk Itachi dengan erat.
"Bagaimana kabarmu, Sakura?" tanya Itachi.
"Baik, tentu saja." Sakura menganggukan kepalanya, "Itachi-nii tidak akan pulang besok, kan?"
Itachi mengelus surai merah muda adiknya sebelum tersenyum.
"Kabar baiknya. Aku akan disini sampai satu tahun. Ada beberapa masalah di perusahaan pusat dan Tou-san memintaku untuk turun tangan."
"Yeay!" Sakura tertawa girang.
Sasuke tidak bisa menahan senyum tipisnya ketika adiknya itu tersenyum ceria. Sakura memang membuat keluarga yang kaku ini menjadi lebih berwarna.
oOo My Lovely Cute Imouto oOo
"Sasuke-nii jahat!"
Mikoto yang sedang menyiapkan sarapan memandang kedua anaknya itu. Pagi-pagi begini sudah berdebat, memangnya apa yang dipermasalahkan?
"Ada apa ini?" tanya Itachi yang sedang meminum kopinya.
"Sasuke-nii jahat! Masa aku tidak boleh pergi ke pantai bersama Ino besok! Padahal kan besok hari minggu!" ucap Sakura merengut kesal.
"Katakan, dengan siapa saja kamu akan pergi." Tantang Sasuke duduk di salah satu kursi.
"Dengan Ino, Sai-nii dan juga Gaara-nii."
"Jika kamu ikut, maka akan seperti double date. Aku tidak mengizinkanmu ikut jika aku tidak ikut!" Sasuke memandang Sakura dengan tajam.
Sakura merengut dengan kesal, tetapi dia tidak kehabisan ide. Matanya memandang kearah Itachi.
"Itachi-nii~" rengek Sakura.
"Kali ini aku setuju dengan Sasuke." Itachi memandang Sakura.
"Kaa-chan!" Sakura ganti memandang Mikoto.
"Kaa-chan tidak bisa membantumu jika kedua kakakmu saja tidak menyetujuinya." Mikoto tersenyum memandang Sakura.
Sakura memandang Madara dan Fugaku yang terlihat anteng. Setidaknya harapannya ada di kakeknya dan ayahnya.
"Kakeeekkk.. tou-chaaaann..." Sakura merengek menatap keduanya.
"Tidak Sakura, kakek sependapat dengan kedua kakakmu." Madara buka suara sedangkan Fugaku memandang putrinya itu.
"Tapi.. kenapa aku tidak boleh pergi tanpa Sasuke-nii!" Sakura hampir menangis karena kesal.
"Kamu adalah cucu perempuan satu-satunya dalam keluarga Uchiha. Kakek tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padamu."
"Tou-san setuju padamu. Sasuke ikut denganmu, atau tidak sama sekali."
Sakura merengut kesal mendengar perkataan ayahnya. Dia memang mengerti jika dia adalah cucu perempuan satu-satunya. Dan kenapa semuanya seperti mengidap penyakit complex seperti itu sih!
Mereka semua sudah paham jika Sakura pasti akan kembali ceria jika acara ngambeknya sudah selesai. Itachi bahkan sudah menyiapkan ide untuk membelikan adiknya itu boneka panda agar tidak ngambek.
Sasuke tersenyum tipis membaca pesan singkat yang dikirimkan Sai.
Gaara memintaku untuk mencomblangkannya dengan Sakura. Dia ingin berdekatan dengan adikmu saat ke pantai besok. Siapkan saja rencanamu untuk menggagalkan rencananya seperti kamu melakukannya kepada setiap lelaki yang akan mendekati Sakura.
Tentu saja Sasuke sudah menyiapkan rencananya. Sepertinya Sai sedikit banyak sudah mengetahui rahasianya.
Lihatlah saja Gaara, kamu tidak akan bisa mendekati adikku.
.
.
.
.
.
.
-Bersambung-
Catatan kecil Author :
Jaaa.. Sakura muncul dengan fict baru lagi :D Kali ini mungkin incest. Jadi bagi siapapun yang tidak suka dengan incest, lemon atau semacamnya bisa mengklik tombol 'back' :D
Lemon belum ada, mungkin di chap selanjutnya atau selanjutnya lagi :D yang pasti akan ada lemonnya meski nggak asem. Reader harap bersabar :D
Sampai jumpa di chap selanjutnya!
-Aomine Sakura-
