Tubuh pucat itu diguncang hebat, berniat membangunkannya yang tertidur tanpa nafas.

Air mata mengalir deras diikuti deruan tangis putus asa, memecah kesunyian malam perang yang langitnya berteriak kesakitan, membawa perasaan para pendekar yang telah gugur dalam perjuangan mereka.

Angin bertiup tak lagi dirasa dingin di tubuh. Hampa, Kosong.

Membiarkan tanah bertabur darah menjadi saksi bisu keduanya.

Saksi perpisahan dengan sang sahabat terkasih.

Yang telah pergi dengan menyandang gelar pahlawan.

Buku itu ditutup pelan, menyembunyikan kalimat penuh makna dibalik sampulnya. Serasa puas membaca, dialihkan pandangannya dari buku tebal bagai kamus bahasa asing itu kearah anak berkacamata yang duduk disebelahnya, sembari menyunggingkan senyum ia berkata.

"Gimana Fang? Keren gak cerita tadi?"

"Apanya? Pada akhirnya maincharacternya mati." Ujar Fang, menjawab dengan mata yang masih fokus pada novel tipis ditangan.

Mendengar jawaban anak itu, Boboiboy memasang wajah kesal seraya mendekatkan diri padanya. "Bukan itulah. Tapi kisah persahabatan mereka."

"Ya ya, terserah." Manik merahnya masih fokus pada bacaan namun tubuh merespon rangsang otak dan bergerak menjauh.

"Jangan ketus gitu donk. Kita kan Kawan. Mana tau bisa sama seperti mereka." Kata Boboiboy sembari memegang pundak Fang, menahannya agar tidak bergerak.

Merasa terganggu, Fang mengalihkan pendangan menghadap kearahnya. "Siapa bilang? Kau dan aku itu rival. Tidak lebih."

"Kalau gitu mau gak mulai sekarang kita jadi sahabat?"

"Gak mau."

"Kenapa?"

"Karena kita rival."

"Yaudah, kita sahabat sekaligus rival. Mau?"

"Gak."

"Iss, Fang sombong bener. Sudah baik aku mau jadi sahabatmu."

"Aku gak minta."

"Pokoknya sahabat."

"Rival."

"Sahabat!"

"Rival!"

"Rival!"

"Sahab--"

Pemilik kuasa bayang menutup mulut. Boboiboy tersenyum lebar saat anak itu termakan umpannya. "Jadi status kita apa?"

Tidak ada jawaban.

Hingga dirasa sebuah tangan yang terkepal memukul dadanya pelan. Dilihatnya Fang menundukkan kepala dengan wajah yang sedikit memerah.

Matanya mengerjap. Ia tau orang disebelahnya ini sulit berbicara sejujurnya. Ia tau sebenarnya apa yang ingin Fang sampaikan.

Boboiboy tersenyum.

Boboiboy Monsta

Penulis tidak mengambil keuntungan material apapun dari cerita ini.

And,

Happy reading~

"Lepaskan...Fang.."

Hatinya sesak ketika mendengar suara parau itu. Maniknya nanar melihat kulit seputih susu itu tergores penuh luka, namun tubuh yang oleng itu berusaha berdiri untuknya dengan sepasang manik seindah langit sore menatap sengit sosok alien yang tengah mencengkram lehernya.

"Ber..hen..ti.." Fang berkata sedih, berniat agar anak bertopi dino itu menghentikan tindakannya. Sayang suaranya sendiri nyaris menyamai bisikan, ia tau tenaganya dalam tahap gawat dan sukses membuat kegigihan anak yang membelanya itu tidak turun sedikitpun.

"Ti..dak..akan-uhuk!" Anak itu batuk hebat disertai muntah darah. "Lepaskan..dia..se..ka..rang.." Nada anak bertopi dino itu lemah namun penuh perintah.

Boboiboy meringis.

Si alien diam cukup lama. Sebelum tangan berbalut besi melepaskan dirinya dan tanpa perasaan melemparkan tubuh mungilnya.

Sebentar saja, ia dapat melihat manik di balik kacamata itu terbelalak padanya. Pada apa yang dilakukan alien itu yang kemudian dirasa oleh Boboiboy bahwa tubuhnya melayang di udara.

Terlempar.

Pecahan tanah yang terangkat disertai debu tercipta disekitar Boboiboy saat dirinya menghantam bebatuan.

Sakit menjalar dengan sangat cepat. Boboiboy mengumpulkan kesadaran, memastikan keberadaan sang kawan. Matanya membelalak saat sang alien berjalan mendekati si surai ungu. Rasa khawatirnya memuncak ketika anak pemilik kuasa bayang-yang setahu olehnya jam pemberi kuasa anak itu sudah rusak-sama sekali tidak bergerak dari tempatnya.

Boboiboy berusaha bangun dengan tubuhnya yang nyaris tidak bisa bergerak.

Ia berlari, namun terlambat.

Saat kapak itu diayunkan, saat tubuh itu terpental, saat terakhir sang kawan menatap manik jingganya sembari memberikan senyuman, saat itulah Boboiboy ingin waktu kembali terulang.

Kembali saat dirinya dan sang rival menjalin hubungan penuh warna...

"FAAANGGG!!"

...Sahabat.

"Ya, kita sahabat."