Hai guys! Maaf ya kalo banyak diantara kalian yang berharap gw update ff yang 'terbengkalai', gw masih belum ada ide. Bahkan otak gw yang biasa enak di pake mikir akhir2 ini kaya sleep mode, ga bisa dibuat mikir sama sekali.

Lha trus ini apa?

Ok gw jelasin dulu. Ide ff ini gw ambil dari cerita ori fiksi gw yang berjudul 'Who Says'. Dan karena pengen nge re:write, akhirnya gw mutusin buat side story dari cerita ori fiksi itu. Bisa di bilang ini versinya Kristao, dan 2 tokoh utama di cerita asli 'Who Says' kayanya bakal gw masukin juga sebagai support cast OC disini.

Kenapa ga di remake aja? Soalnya gini, karakter uke di cerita aslinya itu beda banget sama , jadi biar lebih enak n sreg, gw mutusin buat re:write biar gw ga berasa copas banget(meski cerita itu buatan gw sendiri). Lagian ada beberapa part yang beda, jadi ya gitu. Ide ini masih original karangan gw, tapi ya gitu ga original banget karena bisa di bilang 'recycle'.

So, bagi kalian yang mungkin ada ngikutin/join di fanpage gw di fb, pasti tahu cerita berjudul 'Who Says' itu yang mana :3

And if you don't like this fanfic, you can out from this page.

Not like don't read. Oke? :)

.

.

.

FANFIC RE:WRITE. BASSIC FROM MY ORIGINAL FICTION STORY.

The World Around Us

Original story by: Me, Skylar.K

Kris Wu x Huang Zi Tao

With support cast, and also my original fiction character here

Drama / Romance / Slice of Life / Action

Rating: T (in the beginning)

Beware with the typo(s)!

.

.

.

London di pagi hari, tak ubahnya seperti kota-kota besar lainnya. Hanya saja sesibuk apapun London, siapa saja terlihat fashionable dan berkarakter. Pantas jika ibukota dari Negara Inggris ini menyandang gelar sebagai kota mode yang juga bersanding dengan Paris-Perancis, Roma-Italia, atau Tokyo-Jepang. London adalah surga para pecinta fashion, dan London juga merupakan salah satu kota cantik yang memiliki banyak daya tarik selain sebagai kediaman Ratu Elizabeth II.

Tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain bangun pagi dan di sambut dengan hangatnya sinar mentari, serta birunya langit. Begitupula di London. Memang tak lagi terdengar kicauan sunbird lucu yang terbang rendah diantara bangunan-bangunan bertingkat, tapi suasana ramah dan nyaman akan tetap terasa ketika kau membuka jendela kamarmu dan menikmati pemandangan diluar sana.

Tak selalu jalanan yang padat akan pejalan kaki atau trem yang mondar-mandir adalah pemandangan yang membosankan. Tidak jika kau melihat banyak warna diluar sana, seperti pelangi, tak hanya satu jenis warna, tapi banyak sekalu warna. Seperti red telephone box yang banyak tersebar di penjuru kota, double decker bus merah segar, Black cab atau bisa juga di sebut Hackney Carriage taxi berwarna hitam dan model klasik yang berciri khas, belum lagi tampilan billboard pada gedung-gedung tinggi dan pusat perbelanjaan serta pusat showbiz yang menampilkan banyak hal-hal menarik. Seperti, iklan terbaru program televisi tertentu, hingga iklan pargelaran London Fashion Week yang akan di helat 2 minggu lagi.

Semua warga London tentunya berbangga hati dengan hal itu. Selain kota indah mereka yang sudah pasti di kenal oleh seluruh orang di penjuru Dunia, dan menambah profit kota yang sangat menguntungkan. Mereka juga akan dapat melihat selebriti atau model kelas Dunia yang mereka sukai.

Tak heran jika London di kenal sebagai salah satu kota pusat mode. Selain terdapat banyak gerai brand-brand ternama, para warganya juga sangat ekspresif dalam berpenampilan. Dan jangan bandingkan seperti apa dandanan mereka saat berangkat bekerja, ke sekolah, ke kampus, atau bahkan untuk melakukan aktifitas singkat yang sederhana. Karena Negara Ratu Elizabeth II terlalu memukau untuk seseorang yang biasa-biasa saja.

Memang seharusnya setidap detik itu sangat berharga. Jadi saat kau memiliki waktu untuk menikmatinya, maka nikmatilah. Berbagai cara untuk menikmatinya, termasuk melakukan pekerjaan berat sekalipun, atau mungkin memanfaatkan waktu istirahat setelah selama hampir 1 bulan tiada hentinya menguras tenaga untuk bekerja.

1 bulan. Lebih cepat dari yang sebelum-sebelumnya. Karena tak terlalu banyak pekerjaan yang di ambil. Belajar dari pengalaman. Itulah sebabnya saat ini sosok yang akhir-akhir ini sangat sering muncul di berbagai media itu memanfaatkan waktu istirahatnya dengan baik.

Ah, jika kau perhatikan, kau akan melihat banyak sekali wajahnya bertebaran di billboard, majalah, ataupun surat kabar, dan juga di Dunia Maya. Dan percayalah jika ia seorang pria Asia yang sudah membuat pengagum fashion dan pengikut mode menganga tak percaya jika pria Asia itu baru berumur 22 tahun.

Di antara keriuhan diluar sana, pria...atau bisa kita sebut pemuda?

Ok. Pemuda saja, terdengar lebih segar.

Pemuda itu, sang model bertubuh tinggi 185cm, bersurai hitam kelam, masih terlelap di balik selimut putih tebal yang menaungi tubuh modelnya yang sempurna dari dinginnya udara kamar karena pendingin ruangan yang masih menyala. Musim gugur yang menjadi musim favoritnya. Dan sungguh pilihan yang tepat jika saat ini ia masih terlelap damai, meski kaki panjangnya telah terjulur keluar dari lindungan selimut, dengan kedua tangan terbuka lebar, dan dengkuran halus yang keluar dari celah bibir mungilnya yang berwarna merah muda.

Tak ada satu hal pun yang dapat mengganggu ketenangan di apartmen yang cukup mewah namun minimalis itu. Tentu saja karena ia hanya tinggal seorang diri, tanpa siapapun menemani. Dan yah, hal itu sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak 10 tahun yang lalu.

Pemuda itu menggumam kecil, berguling ke kanan menghadap jendela kamar yang terbuka lebar, melambaikan tirai berwarna biru muda warna favoritnya karena angin lembut yang berhembus. Mengerum lucu dengan bibir unik yang bergerak-gerak seperti kucing kecil, lalu kembali damai dengan wajah polos yang damai.

Baik bentuk rahang, tulang pipi, hidung yang panjang, bulu mata, bahkan kantung mata yang menghitam yang menjadi ciri khasnya. Semuanya terpahat sempurna hingga ke bagian leher dan bahu yang terekspos karena ia hanya mengenakkan singlet hitam yang menunjukkan otot-otot lembut di kedua lengannya. Menjadi orang yang sangat sibuk tak membuat sosoknya menjadi tak terawat begitu saja. Karena ia memang di haruskan untuk merawat diri sebaik mungin dan secermat mungkin.

Dan hidup mandiri lah yang membuatnya sangat teliti terhadap dirinya dan hidupnya sendiri. Meski sebenarnya ia adalah sosok yang penakut, toh nyatanya ia dapat hidup sendiri di dalam apartmennya yang tidak bisa di katakan murah. Dan...

...oh tunggu. Kalau ia hidup sendiri, lantas bagaimana jendela kamar dapat terbuka?

Ia selalu dan tak pernah lupa untuk menutup jendela saat hendak tidur. Jadi...bagaimana mungkin jendela kaca itu dapat terbuka?

Late night watching television

But how we get in this position?

It's way too soon, I know this isn't love

But I need to tell you something

Nyanyian berisik itu berasal dari sebuah iPhone rose pink yang tegeletak diatas bantal super empuk tak berpenghuni yang tepat berada di sisi si pemilik kamar yang masih terlelap. Masih menutup kelopak matanya rapat, mulutnya bergerak seperti tengah mengunyah makanan, kemudian kembali tenang layaknya bayi yang nyaman mengenakkan diapers super nyaman.

I really really really really really really like you

And I want you, do you want me, do you want me, too?

I really really really really really really like you

And I want you, do you want me, do you want me, too?

Carly Rae Jepsen masih saja bernyanyi merdu meski si pemilik kamar tak menunjukkan tanda-tanda akan terbangun. Sepertinya suara Carly saja tak cukup membangunkan pemuda asal China yang terlelap itu, membuat seorang wanita tinggi langsing yang duduk di sofa single putih berbahan beludru lembut di samping pintu balkon kamar menggelengkan kepalanya.

Wanita berambut panjang berwarna pale blonde sepunggung itupun bangkit berdiri, menghampiri tempat tidur di tengah ruangan, meraih ponsel yang terabaikan oleh pemiliknya, dan mengutak-atiknya sejenak lalu mendekatkan speaker ponsel di telinga pemuda yang terlelap. Kekehan kecil keluar dari bibir merahnya, ketika terdengar intro lagu yang berbeda mulai mengalun.

This hit

That ice cold

Michelle Pfeiffer

That white gold

This one, for them hood girls

Them good girls

Straight masterpieces

Stylin', while in

Livin' it up in the city

Got Chucks on with Saint Laurent

Got kiss myself I'm so pretty

Oh bagus sekali. Setelah Carly Rae Jepsen bernyanyi, kini suara khas Bruno Mara mengalun dengan catchy nya di pagi hari yang damai. Sukses membuat pemilik kamar yang masih terlelap itu mengerang rendah dengan dahi berkerut-kerut, tanda jika terganggu dengan suara berisik yang menusuk gendang telinganya. Pemuda itu bergerak gelisah, mengangkat selimutnya tinggi-tinggi hingga menutupi kepala, namun yang ada wanita cantik yang menjadi dalang dari hal menyebalkan itu malah menambah volume musik.

"Vanessa!" pemuda manis itu menyentakkan selimut yang menutupi tubuhnya dengan suara serak khas bangun tidur. Menoleh terpaksa ke balik punggungnya dan menatap wanita cantik yang kini tertawa itu dengan wajah berkerut tak suka dengan gurat lelah bercampur kantuk yang sangat kentara.

"Ahahahahahahahaha" wanita cantik bernama lengkap Vanessa Adrik itu terbahak, dan menghempaskan tubuhnya kembali diatas sofa single. "Wajahmu lucu sekali Zitao sayang!" Vanessa menunjuk-nunjuk si pemuda yang kini duduk diatas tempat tidur dengan rambut berantakan.

Zitaoーpemuda asli Negeri Tirai Bambu itu mendengus kesal, meghempaskan selimut tebalnya dengan kasar dan tak lupa menendangnya sebagai pelampiasan rasa kesalnya pada wanita asli Rusia yang kini berusaha menghentikan tawa dengan anggun.

Namanya Huang Zi Tao. Tapi Tao memiliki nama resmi untuk menjalani Dunia gemerlapnya sebagai pelaku Dunia fashion dengan nama Huang Edison. Sejak 5 tahun yang lalu setelah datang ke London, Tao tak sulit beradaptasi di Dunia model. Berkat kelebihannya dalam tinggi badan, wajah, dan bentuk tubuh yang sangat menjual. Tao memang pemuda Asia, tapi tak lantas ia dapat di remehkan begitu saja bukan? Bahkan Vanessa yang wanita tulen saja iri dengan bentuk bokongnya yang seperti buah melon. Dan lebih besar dari semangka.

Oh jangan membuatnya teringat hal paling sial karena bentuk bokongnya itu. Karena Tao pasti hampir kapan saja mendapat pelecehan berkat bokong bulat dan besarnya yang menggoda banyak pria gay untuk meremas bokongnya. Entah itu sesama model, desainer, ataupun orang asing yang sudah kurang ajar menyentuh salah satu aset berharganya.

Tak hanya bokong, wajahnya yang berkarakter juga salah satu faktor berpengaruh. Tidak mungkin jika pemuda biasa-biasa saja dapat menembus kelas model internasional 'kan?

Mereka bilang, Tao memiliki karakter wajah yang unik, rahang tegas yang membuatnya tampan, tapi juga garis lembut wajahnya yang memberi kesan manis dan mempesona. Selain bentuk bibir kucingnya yang membuat iri Vanessa juga, mata kucingnya yang terkesan tajam, lekuk pinggul yang seharusnya tak di miliki seorang pria, juga kaki panjang jenjangnya yang mulus dan selalu dibalut celana ketat.

Semua yang ada di tubuhnya sangat menjual. Dan Tao adalah satu-satunya orang Asia yang dapat sukses di jagat hiburan London. Mulai dari kepala hingga ke ujung kaki, semuanya menjual. Karena Tao hampir pernah menjadi model untuk produk fashion apa saja, mulai dari topi hingga ke sepatu. Dan hasilnya? Banyak orang yang menggilainya diluar sana.

Tao itu eksotis dengan kulit tan nya yang tak terlalu gelap sebenarnya, kerlingan nakal yang di milikinya, senyum manis yang selalu dapat membuat siapa saja tergoda, lekuk pinggulnya yang cantik, dan tentu saja bokong berharganya yang menggiurkan.

Dan yang paling unik adalah mata birunya yang bagai permata termahal yang bersinar indah. Membuat banyak orang ragu jika Tao asli seorang pemuda China. Dan sesungguhnya mata birunya itu menjadi daya tarik tersendiri dan tergolong unik.

Tao menghela nafas keras, menutup matanya yang masih terasa berat dan membuat tubuhnya berkali-kali terhuyung ke belakang-samping seperti layang-layang kertas tertiup angin kencang. Vanessa menggelengkan kepalanya anggun melihat tingkah lucu Tao.

"Bangunlah Zi, kau tahu pukul berapa ini?" suara Vanesaa yang lembut terdengar lebih perhatian. Tao mengeluh sambil merenggangkan otot tangannya keatas.

"Aku ingin bangun siang, hari ini aku free Nes" ujarnya malas dengan suara serak sengau yang seksi.

"Free? Lalu jadwal press con produk kacamata milikku bgaimana nasibnya Huang Edison?"

Klip

Mata itu spontan terbuka sempurna, mengerjap lucu, kemudian menganga dengan wajah terkejut yang sangat lucu.

"NO! AKU MELUPAKANNYA!" teriaknya histeris.

Maka dengan suara yang cukup gaduh, Tao menuruni tempat tidur tapi sialnya salah satu kakinya yang masih terbelit selimut membuatnya gagal beranjak karena lebih dulu terjatuh diatas permadani dengan suara debuman yang cukup keras. Sempat merintih kecil sambil menyisipkan tangan kanannya di bawah bokongnya, ia kemudian melepaskan lilitan selimut lebih dulu kemudian bangkit berdiri, tak lupa melotot pada Vanessa yang kini kembali tertawa.

Ssmbil mengusap-ngusap bongkahan bokong bulatnya, Tao berjalan tertatih kearah kamar mandi yang masih berada dalam satu ruangan dengan kamarnya. Pemuda tampan yang lebih mengarah ke cantik itu terlihat begitu tersiksa dengan kondisi bokongnya, tapi sebelum si manis semampai itu menghilang di balik pintu kamar mandi, Vanessa sempat berkata,

"Oh Tuhan, bukankah hari ini tanggal 10 ? Press con nya tanggal 13 bukan?"

Twitch

"VANESAAAAA!"

Dan suara tawa membahana wanita cantik asal Rusia itu yang terdengar kemudian.

.

.

.

Memijat pelipisnya dengan gerakan elegan untuk yang kesekian kalinya, pria yang di balut stelan kemeja berwarna biru gelap itu memejamkan matanya. Menyembunyikan orb bekunya yang seolah sanggup menembus ke dalam pikiran siapa saja, seraya menarik nafas panjang perlahan dan menghembuskanya perlahan juga. Seiring dengan terhentinya pijatan jari-jari panjang kurusnya, ia kembali membuka matanya. Masih menumpukan kaki kanannya diatas kaki kiri, pria itupun berusaha menyandarkan punggungnya dengan nyaman.

Memalingkan wajahnya ke jendela kaca mobil di samping kanannya, mengarahkan pandangannya pada jalanan yang tak pernah sepi, masih dengan wajah datar dan dingin, orb bekunya bergulir perlahan ketika mobil Sedan yang di naikinya berhenti di persimpangan jalan, tepat di depan sebuah gedung agensi paling tersohor di London, dan menampilkan sebuah papan iklan super besar di bagian atas gedung. Sebuah papan iklan yang menampilkan nama agensi dan seorang modelnya yang sedang naik daun.

Pria itu memiringkan kepalanya sedikit dan merendahkan kepalanya untuk lebih jelas meliat papan iklan gedung tersebut. Di karenakan tinggi tubuhnya yang tak sejurus dengan jendela mobil. Dan sang sopir diam-diam melirik kearah kaca spion dalam mobil melihat tingkah majikannya yang terkenal arogan.

Untuk apa seorang Kris Wu harus merendahkan kepalanya untuk melihat keluar pada sebuah papan iklan ?

Pria berdarah campuran China-Kanada itu menaikkan satu alis tebalnya ketika orb bekunya melihat model di papan iklan yang berpakaian elegan dengan make up yang mempertajam mata kucingnya, serta bibirnya yang meliuk berwarna merah menggoda. Setelah cukup merekam baik sosok dan wajah model tersebut, ia kembali menarik kepalanya dan menyandarkan punggungnya.

Mobil kembali bergerak. Kris masih memandang keluar, melewati area pebelanjaan yang sangat ramai, dan lagi-lagi melihat model yang sama di bagian depan beberapa brand ternama yang memakai jasanya. Dan seharusnya ia tak perlu memandangi sosok berbentuk papan atau poster itu, karena di matanya model itu tampak sama saja dengan model lain diluar sana. Tapi bentuk bibir sang model yang mungil, meliuk menggemaskan membuatnya ingin melihat lebih lama.

"Your cell phone is ringing sir" pria yang memgemudikan mobil tersebut berujar setelah melihat jika majikannya itu tidak menunjukkan tanda akan mengangkat telepon.

Pria dengan helai putih itu menoleh, kemudian merogoh saku dalam jasnya dan mengeluarkan sebuah iPhone putih yang masih berdering dan menampilkan nama seseorang yang membuatnya segera mengangkat telepon tersebut.

"We must reset the schedule meeting" pria di sebrang sana berkata tanpa basa-basi.

Dengan intonasi datar dan dingin yang sama. Bahkan tidak ada kata "Hallo" atau hal semacamnya.

"How dare you go without telling me? You're making fun of me?" masih dengan nada arogan yang tak terbantahkan.

"Immediately Wu, my time is not just to meet you. In this morning i must go to Rusian"

"I don't care about your buisness Adrik. Kau tahu apa yang sudah anak buahmu lakukan pada orang-orang ku di Kanada?"

"Jadi apa yang kau inginkan sebagai ganti rugi atas keributan itu?"

"Datang padaku dan tarik semua orangmu dari wilayahku, dan aku tidak ingin adanya bisnis serbuk itu masih tercium disana. Kau mengerti?"

"Kita bicarakan hal ini lagi nanti. Aku dan kekasihku harus segera terbang"

Tak berniat membalas, ia segera mematikan sambungan telepon itu sebelum Julian Adrik sebagai penelpon melalukannya lebih dulu. Dirinya tidak suka di dahului, dalam hal apapun, kapanpaun, dimanapun, dan intinya pria itu tidak bisa menerima hal apapun diluar kehendaknya yang sangat keras dan dingin. Kris Wu akan selalu menjadi yang terkuat, apapun yang terjadi.

"Kekasih lady boy maksutmu? Yang benar saja" cemohnya. Dan kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku dalam jasnya.

"Julian Adrik memiliki kekasih yang sangat cantik Bos, seorang model androgini" kata si pengemudi. Bermaksut mencairkan suasana, tapi yang ada dengan kemeja biru gelap itu mendapat lirikan tajam sepasang orb beku Kris.

"Siapa yang bertanya padamu?" suaranya begitu dingin. Tak bersahabat.

Menegaskan siapa yang berkuasa dan di kuasai.

Sang sopir pun menundukkan kepala, mengucapkan 'maaf' meski tidak ada kesalahan yang di lakukannya. Kris kembali memalingkan wajahnya, memandang keluar dengan tanpa minat. Seperti biasa.

"Berhentilah di restoran biasanya" titahnya tenang dan tajam.

"Baik Bos"

.

.

.

Tao menjilat bibirnya yang kini berwarna coklat gelap karena saus Kari dengan penuh penghayatan, karena tak ingin setitik pun meninggalkan sisa saus tersebut di bibirnya. Terlalu sayang jika harus di bersihkan dengan selembar tisu, karena Tao tidak suka jika harus menyia-nyiakan makanan. Setelah memastikan tidak ada lagi sisa saus Kari yang menempel di bibirnya, ia kembali meraih garpu dan sendoknya dan segera mengiris sosis yang ia celupkan ke dalam saus kari.

Setelah sempat ribut dengan Vanessa karena membangunkan dirinya yang baru tidur beberapa jam saja membuatnya merasa lapar dan memutuskan untuk sarapan di luar dengan wanita cantik itu.

"Apa seperti ini cara makan seorang model yang sedang naik daun itu?" Vanesaa mengernyit memperhatikan Tao yang melahap sarapan ketiganya dengan rakus.

Pemuda berusia 22 tahun itu baru saja melahap potongam sosis kedua, mengunyahnya dan sempat tersenyum tipis. Tak menghiraukan cemohan Vanesaa akan cara makannya yang seperti orang kesetanan, memilih untuk diam dan menikmati sarapannya yang berupa sosis panggang, kentang beserta sayuran rebus lainnya, dan saus Kari yang di siapkan dalam wadah tersendiri, di temani secangkir teh yang sebenarnya tidak nyambung.

"Aku sangat lapar, semalam setelah sesi wawancara aku tidak sempat makan malam" Tao membela diri, menyuapkan potongan kesekian ke dalam mulutnya.

"Kebiasaanmu ini sangat buruk Zi. Kau harus belajar banyak pada Kiel, dia sangat tahu bagaimana cara mengendalikan diri untuk urusan perut"

"Sayangnya aku tidak mengenal Kiel Beudelaire Nesa" ucapnya agak menggumam karena mulutnya berisi penuh makanan.

"Nanti akan ku pertemukan kalian. Jadi bisakah kau lebih elegan Huang Zi Tao 'Edison' ?"

Tao lebih dulu menelan makanan di dalam mulutmya, kemudian tersenyum manis semanis gumdrop warna-warni, mengangguk kecil seperti seorang bocah penurut, dan kembali menikmati sarapannya pada piring ketiga.

Oh yeah. Tolong jangan kaget, Tao memang memiliki tubuh tinggi ramping dan proposional, tapi ia juga memiliki selera makan yang sangat besar. Tapi tak lantas ia tak peduli dengan kondisi tubuh dan berat badannya, Tao selalu menjaga apa saja yang di konsumsinya, toh meskipun begitu mudah baginya untuk segera menurunkan berat badan. Dan itulah kelebihannya.

Lagipula menurut Tao, menu makanan khas di Negeri Ratu Elizabeth II ini terlalu sedikit porsinya di bandingkan di Negara asalnya. Karena sungguh dirinya sudah sangat kenyang menyiksa tubuhnya ketika pre-debut dulu. Lagipula siapa yang akan melarangnya? Ia hidup mandiri, jadi hanya dirinya lah yang bisa dan tahu seperti apa hidup yang ingin di jalaninya. Meski sudah beberapa bulan ini sejak dirinya mengenal Vanessa karena sebuah insiden kecil, hingga membuat wanita cantik yang telah bersuami itu entah kenapa jadi dekat dengannya.

Tao baru saja menyelesaikan piring ketiga sarapannya, mengelap bibirnya yang terdapat sisa saus dengan serbet yang ada di pangkuannya, melipat kain polos itu dengan asal lalu meraih cangkir tehnya yang sangat tidak nyambung dengan Full English Breakfeast yang baru saja di santapnya.

"Ku dengar Victoria Secret tertarik untuk memakai mu sebagai modelnya?" Vanessa kembali membuka obrolan, kemudian menegak jus strawberry nya dengan anggun. Tao mengangguk kecil, sambil meletakkan cangkir tehnya di meja.

"Entah mereka sedang putus asa atau apa. Ide darimana ingin menjadikan ku sebagai model mereka?" dumelnya dengan bibir maju beberapa senti.

"Itulah indahnya fashion my sweet heart~ siapa tahu nanti mereka akan membuat produk khusus pria karena menginginkanmu menjadi modelnya?"

Tao mengangkat bahu kecil. "Kalau memang iya, pasti akan jadi heboh"

"Dan kau akan menjadi model pria pertama dan satu-satunya di Asia yang menjadi model Victoria Mens Secret"

"Tapi aku tidak tertarik dengan pakaian dalam"

"Kenapa?"

"Oh ayolah Nessa, apa kau lupa saat aku menjalani pemotretan untuk Saint Laurent edisi Falls Winter kemarin? Kau ingat pakaian apa yang ku kenakan?"

"Baju transparan hitam itu? Memang kenapa?"

"Aku tidak keberatan jika mereka menyukai foto itu, tapi aku sedikit takut saat ternyata mereka berimajinasi yang tidak-tidak katena foto itu!" ucapnya sambil memeluk tubuhnya sendiri, berlagak menggigil.

"Itu karena kau seksi. Lagipula hal itu sangat wajar, kau pria Asia yang berkulit tan, dengan karakter wajah unik yang sangat menjual. Apapun yang kau kenakan menjadi terlihat mahal dan mewah"

"Tidak saat kau menjadi objek fantasi pria" sinisnya agak kesal.

"Tapi sungguh, suatu saat nanti kau harus mencoba menjadi model pakaian dalam Zi. Aku yakin pasti sangat hebat! Oh! Atau kau mau aku menghubungi pemilik Bonds? Tuhan...kenapa aku baru mengingatnya sekarang? Geez, kau pasti sangat seksi memakai thong! Kau akan menjadi the hottest man! Oh god..." Vanessa memegangi kepalanya setelah bicara panjang lebar tanpa henti dan histeris memikirkan Tao memakai jenis pakaian dalam pria yang baru saja ia sebutkan.

Tao meringis ngeri membayangkan apa yang sekiranya ada di dalam kepala wanita cantik di hadapannya. Oh tidak, pasti mengerikan hanya memakai pakaian dalam, di potret, lalu di lihat banyak orang. Mau di letakkan dimana bokong seksinya nanti jika aset berharganya itu di pertontonkan pada khalayak ramai? Bisa-bisa akan muncul lebih banyak tindak pelecehan pada bokongnya nanti.

Oh tidak. Hal itu benar-benar mimpi buruk!

"Bisakah kau berhenti membicarakan pakaian dalam? Kau membuatku merinding Ness"

Tapi sepertinya Vanessa tidak mendengar karena wanita asal Rusia itu telah sibuk bermain dengan imajinasinya. Membuat Tao menggelengkan kepalanya pelan, lalu kembali meraih cangkir tehnya.

"Kenapa tidak kau tanyakan soal pemotretan Versus Versace kemarin saja? Bukankah kau sangat menyukai konsepnya?" tanyanya, kemudian menyesap perlahan cairan tehnya.

Vanessa mengerjap, sepasang matanya yang jernih kembali menatap Tao. "Ah tentu, aku sangat tertarik dengan Kilt yang kau pakai. Thats briliant!"

"Karena itulah aku menyanggupi tanpa berpikir panjang"

"You are the most fu*king lucky boy in the world, you know? Dan kau membuatku ingin shopping saat ini juga"

Tao terkekeh cantik. "Ingatlah Adrien, kau mau golden card mu yang lain di sita lagi olehnya?" godanya. Vanessa mencibir.

"Oh tertawalah selagi kau bisa. Lihat saja aku akan membuatmu memakai Thong"

"Stop!" Tao menutup kedua telinganya rapat. "Sudah ku bilang jangan membahas pakaian dalam!" hardiknya kesal.

"Suatu saat kau akan memakainya honey, dan akan ada pria yang nanti akan bertekuk lutut di hadapanmu"

Model tampan sekaligus cantik itu mengernyit. "Kenapa harus laki-laki?" protesnya.

"Karena jika ada wanita yang berdiri di sampingmu, aku akan sangat kasihan. Karena apa? Tidak ada satu wanitapun yang pantas berada di sampingmu"

"Aku di ciptakan untuk menusuk, bukan di tusuk"

"Yah, tunggu saja sampai kau bertemu dengan seorang pria hebat hingga kau tidak bisa menolak pesonanya" Vanessa tersenyum misterius. Tapi belum sempat Tao membalas, ponsel wanita itu telah berdering terlebih dahulu.

Tao meraih cangkir tehnya kembali, menegaknya hingga habis lalu menilik jam tangannya yang bernuansa merah muda. Ia tak tahu apa yang tengah di bicarakan Vanessa dengan sang penelpon, karena mereka memakai bahasa asing yang tak di mengertinya.

"Aku harus pergi, Adrien bilang ada kecelakaan kecil di perusahaannya. Aku harus segera kesana" kata Vanessa tampak panik sembari bangkit berdiri.

"Kau baik-baik saja? Mau ku temani?"

"Tidak perlu. Oh, jangan lupa menghubungi ku nanti" ucapnya seraya memakai coat merahnya.

"Ya, hati-hati di jalan. Sampaikan salamku untuk Adrien"

Vanessa tersenyum, menyentuh pipi Tao sejenak, kemudian melambaikan tangannya beranjak dari meja mereka. Tao mengawasi wanita cantik itu hingga sosoknya menghilang dari balik pintu. Menghela nafas kecil, dan memutuskan untuk ke toilet sebelum membayar sarapan yang di santapnya bersama Vanessa, bersamaan dengan terbukanya pintu restauran oleh seorang pria tinggi berhelai putih dan kacamata hitam yang bertenger diatas tulang hidungnya yang tinggi.

Di balik kacamata hitam itu, sepasang orb beku menawan yang tajam sempat merekam sosok pria muda bercelana merah ketat dan bersurai hitam legam melenggang kearah toilet. Membuatnya segera melepas kacamata, dan menatap intens pada arah dimana pria muda tersebut menghilang.

"Tetap disini" perintahnya pada seorang pria bertubuh tegap mengenakkan kemeja biru gelap yang berdiri di belakangnya.

"Baik Bos" mengulurkan kedua tangan, pria itu menerima sodoran kacamata sang majikan padanya.

Pria dengan helai berwarna putih itupun mengarahkan kaki panjangnya melewati deretan meja dan kursi, menuju kearah toilet.

To be continue

Seperti yang udah gw bilang diawal, ff ini hasil re:write atas cerita ori fiksi gw yang pake ori chara. Dan agar feel nya tetep dapet, gw sengaja masukin ori chara di cerita aslinya kesini biar greget. Ga masalah kab ya? Soalnya kalo kebanyakan nama China n Korea aneh juga jadinya, kan setting nya di London :3

Semoga pada suka prolognya. Review please!

Regards,Skylar.K