Bagaimana jadinya jika Hinata yang tengah hamil tua, diculik oleh seseorang dari masa depan. Siapakah orang itu? Dan Apa yang akan dilakukan Naruto ketika menyadari istrinya di culik?

~Strength in the MoonLight~
Chapter 1

Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pair : NaruHina
Warning (!) OOC, AU, Typo, No EYD, Tanda baca salah, dll

N/P : Sebenarnya udah banyak Author yang membuat fanfic berhubungan dengan masa depan.
Namun saya usahakan kalau fanfic ini berbeda. Dan fanfic ini juga berhubungan dengan NS Movie 5 : Blood Prison.
Baiklah ini dia fanficnya.

'' Selamat membaca. Semoga terhibur ''

` ` JANJI ` `

~Strength in the MoonLight~

Gelapnya malam hantarkan kegelapan di Desa Konoha. Melalui intuisi sang hati hingga menerpa perpaduan rembulan. Tak terbendung sedikitpun. Bintang bintang menari terang benderang di angkasa. Ditemani suara jangkrik yang merdu. Beserta suara burung malam yang ikut mengisi. Ada yang membuatnya tidak nyaman di perutnya. Beserta rasa kantuk yang entah kapan dari tadi menyerang dan juga mengganggu kegiatannya. Apalagi rasa dingin yang terasa. Walaupun begitu, Wanita itu masih saja melanjutkan kegiatannya.
Yaitu memasakan sesuatu untuk orang tersayang yang dari tadi selalu terlukis di pikirannya.

.

Rasa dingin yang ia rasakan pun menjelma menjadi sebuah kehangatan, ketika seseorang memeluknya dari belakang.
Wanita itu melirik ke seseorang tadi. Yang masih berposisi memeluknya dari belakang. "Naruto-kun, masih belum tidur?".

Naruto tersenyum. "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu! Kenapa kau belum juga tidur? Ini sudah malam.
Jangan memaksakan diri, Kau sedang hamil!" Sambil mengusap perut Hinata yang terlihat lumayan besar.

.

Hinata mematikan kompor, karena telah selesai memasak. "Aku hanya tidak bisa tidur dan aku ingin memasakanmu!".

Masih memeluknya dari belakang. Naruto mencium pipinya. "Aku kan sudah bilang! Jangan memaksakan diri!".

Hinata terdiam.

"Hinata, aku tidak peduli apapun yang terjadi padaku. Tapi kau harus banyak istirahat. Aku khawatir dengan kesehatanmu dan juga... anak kita!" Naruto melepaskan pelukannya, dan membalikan Hinata ke arahnya.

Hinata menunduk "Baiklah, Aku akan beristirahat!" Berjalan ke arah pintu keluar dapur.

Naruto menatap baju Hinata yang tanpa lengan. "Ngomong-ngomong kau tampak pas sekali dengan pakaian Kaa-chan. Aku suka!"

Mendengar hal itu. Hinata pun salah tingkah. memainkan jarinya.

"Ano... Karena baju milikku tidak pas lagi kupakai. Aku memakai pakaian Kaa-chan!". . . Naruto mendekatinya.

"Kalau begitu! Aku ingin sekali melihatmu setiap hari memakai pakaian Kaa-chan. Karena aku akan selalu mengingatnya. Senyumannya, Tatapan matanya, Kasih sayangnya, Rambutnya yang panjang dan indah. Dan semuanya telah terwariskan olehmu!". Kemudian menggendongnya didepan.

Hinata tampak terkejut menyadari hal itu.
"A-Aku bisa berjalan sendiri!"
"Aku lihat kau tampak keberatan berjalan!" Potong Naruto.
Sambil berjalan menuju kamar.

.

.

.

.

.

Naruto membaringkan Hinata di tempat tidur. "Tidurlah dulu! aku akan mengambil minum!" Naruto berjalan menuju pintu.

Hinata berdiri. Kemudian menatap langit dari kembali masuk ke kamar. dan meletakan segelas air yang ia bawa di meja dekat tempat tidur. "Melihat apA?" tanyanya.

Hinata menoleh pada Naruto. Lalu tersenyum dan kembali menatap langit dari jendela. "Hanya melihat bulan?".

Naruto mendekati Hinata. Dan ikut menatap langit dari jendela. "Bulan? Tidak ada bulan?" Naruto terheran. Padahal di langit sudah tidak terlihat bulan lagi.

Hinata masih menatap langit. "Mungkin karena ini sudah terlalu malam! Bulannya sudah tidak terlihat!".

Naruto kembali memeluknya dari belakang. "Hey, sejak kapan kau bisa membohongikuku!". Menyenderkan kepalanya di bahu Hinata. . . Hinata menunduk. Dengan ekrpresi tidak menyenangkan. Naruto melihat bintang-bintang di langit.

"Naruto-kun!" panggil Hinata lirih.
masih menunduk. "Hm.." Naruto masih melihat bintang-bintang di langit.

Hinata diam sejenak. "Bagaimana... Bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak-tidak padaku ataupun anak kita ini!"
Sambil menyentuh bagian perutnya. . Naruto sekilas meliriknya. "Kau takut ya?"

Hinata menatap Naruto disampingnya.
"Bukan.. Bukan itu! Hanya saja..." Hinata kembali menunduk.

"Jangan takut! ada aku bersamamu!" ucap Naruto.
"Tapi.. Bagaimana jika kita berada di tempat yang akan memisahkan kita!" Naruto meniup sedikit rambut Hinata. Yang dari tadi mengganggunya. Kemudian membuka jendela didekatnya.

"Aku berjanji kepada seluruh. Dimanapun kau berada, Aku akan melindungimu!" Naruto mulai menurunkan tangan. Setelah tadi menunjuk langit dengan jari tangannya. Namun secara pelan, Hinata menggenggam tangan Naruto. Sehingga membuatnya harus mengurungkan niatnya hanya untuk menurunkan tangannya.

Sambil menggenggam tangan Naruto. Hinata meletakan tangan nya tepat di perutnya. "Kau janji!" Menatap langit.

"Yeah, Aku janji!" Naruto tersenyum.

.

.

.

.

Di sisi lain terlihat seorang pria berambut hitam pendek mengawasi. Menggunakan pakaian ketat hitamnya. Memakai baju anti peluru. Dan ikat pinggang yang dipakai, terlihat banyak peluru tertempel. Beserta di dekatnya terlihat sebuah pesawat yang berbentuk mobil, namun tak mempunyai roda. "Wanita itu sedang hamil rupanya!" Pria tersebut melihat ke tempat Naruto dan Hinata berada. Kemudian menghela nafas. "Salah sedikit saja. Aku bisa mati karenanya!" sambungnya.

Agak lama pria itu terdiam. "Kotak kebahagiaan hanya bisa dibuka oleh orang yang istimewa. Merepotkan saja!".

.

.

~ Strength in the MoonLight ~

.

.

Keesokan paginya.

"Tenang saja! aku akan pulang lebih awal!" Naruto memegang kedua lengan Hinata di depannya.

"Iya, aku tahu!" Hinata menunduk. Dengan ekspresi tak menyenangkan.
Menyadari hal itu, Naruto hanya menghela nafas. Naruto mencium dahi Hinata. "Aku pergi dulu, Hinata!" Berjalan membelakangi Hinata, menuju ke Gedung Hokage.

Hinata menutup pintu rumah.

.

.

.

.

.

Naruto berjalan melewati rumah-rumah, menuju ke gedung Hokage.

Tiba-tiba sebuah kunai mengarah padanya. Menyadari hal itu, Saat kunai tersebut akan mengenainya, Naruto dengan sigap mengambilnya.
Beruntung ia berangkat sangat pagi dan di desa masih tampak sepi, sehingga tidak membuat ribut. Karena hal tadi.

.

"Ohayou..?!" Terdengar suara dari arah depan. Naruto melihat ke tempat suara berasal. Seketika, Matanya membulat, terkejut ketika melihat siapa orang yang tadi menyapanya. "K-Kau?!".

"Ohayou..!?" sapa orang itu lagi dengan ramah.

"Obito ... Uchiha!?"

BERSAMBUNG

N/P : Maaf jika chapter ini pendek. Maaf juga jika chapter ini banyak genre romantisnya.