a/n : Assalamu'alaykum sahabat semua, vea kembali menyemarakkan fandom kamichama karin dengan karya ngga jelasnya. Tenang saudara-saudaraku, kali ini vea bikinnya OneShoot kok. Tapi agak gimana gitu. Insya allah, ada manfaatnya dikit, vea masukkin beberapa ilmu dasar kimia di sini, namun, alur ceritanya rada teu nyambung, yah, pokokna mah coba kalian simak sendiri saja ya, kritikannya vea tunggu di bagian reviews, oke?


The Kujo-sensei


Kamichama Karin © Koge Donbo*

Guruku © Haris Isa

The Kujo-sensei © Invea


A songfic of Guruku


Warning : GaJe! OOC! De eL eL


.

.

[Pernah ku lihat lelah di bola matamu]

.

.

Karin menatap textbooknya. Ia berusaha memahami setiap kata yang diucapkan oleh Kazune, kekasihnya. Sesekali gadis berambut cokelat panjang itu mengganggukan kepalanya—berpura-pura mengerti.

"Jadi, ikatan ion itu merupakan ikatan yang terjadi antara atom yang melepas elektron (kation) dengan atom yang menerima elektron (anion). Ikatan ion bisa juga disebut sebagai ikatan yang terjadi antara atom logam dengan atom non logam. Mengerti?" terang Kazune. Karin mengganggukkan kepalanya—seakan-akan menandakan bahwa ia sudah paham.

"Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antara atom non logam dengan atom non logam,"

"Umh, aku mengerti,"

"Kalau begitu, coba kau berikan contoh dari ikatan ion dan ikatan kovalen,"

"Umh, kalau atom logam itu apa saja?"

Plak! Kazune memukul keningnya sendiri. Ia sedikit kesal karena tingkah laku kekasihnya tersebut. Ia kemudian menarik nafas agak panjang dan mengeluarkannya secara perlahan─berusaha menahan amarahnya dan memaklumi tingkat kemampuan Karin dalam menyerap pelajaran.

'Sebenarnya kerjaan Karin di sekolah itu apa sih?' gumamnya kesal. Kazune kemudian meletakkan tabel periodik di atas meja.

"Kau tahu ini?" tanya Kazune kemudian. Karin menatapnya dengan seksama. Ia kemudian berusaha mengingat-ingat. Karena terlalu lama, Kazune pun langsung menyelanya. "Ini tabel periodik. Di sini terdapat susunan berkala unsur-unsur kimia,"

Karin menganggukkan kepalanya. Kazune kemudian menghela nafas. Dilihatnya mata green emerald kekasihnya kini tengah terfokus ke arah tabel periodik. Sebuah senyuman singkat terlukis di wajah Kazune.

"Kau lihat garis ini? Ini merupakan tanda pemisah antara unsur/atom logam dan non logam," ujar Kazune seraya menunjuk garis kuning yang terdapat di tabel periodik. Karin memperhatikannya dengan seksama.

"Nah, di sebelah kiri garis pemisah adalah atom logam. Di sebelah kanan garis pemisah adalah atom non logam," lanjut Kazune sembari menunjuk daerah-daerah yang termasuk ke dalam atom logam dan non logam. Karin kembali menganggukan kepalanya.

"Kalau begitu, sekarang berikan contoh ikatan ion!" pinta Kazune kemudian. Karin langsung menatap wajah kekasihnya.

"Kazune-kun, cara membuat ikatan itu seperti apa?" tanya Karin dengan wajah polos. Plak! Kazune kembali memukul keningnya. Sekilas, Karin dapat melihat rasa lelah terpancar dari mata biru safir kekasihnya.

.

.

[Lembut senyum selalu hiasi bibirmu]

.

.

Kazune menghela nafas panjang. Ia berusaha mafhum akan kemampuan kekasihnya dalam menangkap pelajaran. Ia kemudian menjelaskan kembali dari awal mengenai teori kation dan anion.

"Misalnya ya, ada atom K yang memiliki 19 elektron. Kemudian dia berikatan dengan atom Cl yang bermuatan 17 elektron. Nah, ikatan di antara mereka berdua termasuk ikatan apa? Ion atau kovalen?" tanya Kazune kemudian. Karin langsung berpikir. Kazune menatapnya dengan sabar.

"Bagaimana kita bisa tahu ikatan yang terjadi di antara mereka?" tanya Karin kemudian dengan wajah yang lugu. Kazune langsung menghela nafas sangat panjang.

"Pertama, kau cari dulu elektron valensi dari atom tersebut," terang Kazune. Karin kembali mengerutkan keningnya.

"Bagaimana cara mencari elektron valensi?" Kazune kembali menghela nafas. Ingin rasanya ia memukul-mukul kepalanya ke dinding. Butuh kesabaran lebih baginya mengajari orang seperti Karin Hanazono.

"Kau tinggal menguraikan elektron tersebut. Ingat, struktur atom. Inti atom selalu dikelilingi oleh kulit elektron. 1 kulitnya memiliki jumlah maksimal elektron. Misalnya, kulit K hanya memiliki 2 elektron. Kemudian kulit L maksimal ditempati oleh 8 elektron. Rumus untuk mencari jumlah maksimal elektron dalam setiap kulitnya adalah 2n²," terang Kazune. Karin mengangguk-angguk. "Sekarang, coba kau uraikan sendiri,"

"Ah, itu berarti, uraian elektron dari atom K adalah 2, 8, 9."

"Oh ya, aku lupa. Terdapat pengecualian. Untuk kulit elektron setelah L, apabila sisa elektron yang kita uraikan di bawah rumus jumlah elektron maksimal di atas, kita ambil nilai 8 sebagai jumlah elektron maksimalnya,"

"Ah, itu berarti, uraian elektron dari atom K menjadi 2, 8, 8, 1." Kazune langsung tersenyum melihat kekasihnya kini mulai mengerti. Ada kebanggaan tersendiri di dalam lubuk hatinya.

"Tepat sekali,"

.

.

[Meredam bara emosiku yang menggebu]

.

.

Karin menggeram kesal. Tugas kimia yang baru saja ia selesaikan dengan susah payah bersama Kazune disobek oleh Nyaa-chan—anak dari kucing kesayangannya, Shii-chan.

"Gya!" jerit Karin kesal. Ia lantas menjambak rambutnya sendiri—frustasi. Kazune langsung berlari menghampirinya.

"Ada apa, Karin?" tanyanya penuh dengan kekhawatiran. Karin langsung memeluk kekasihnya tersebut.

"Huwa, Kazune, buku tugasku dicakar Nyaa-chan sampai hancur," keluh Karin. Kazune menatap Nyaa-chan yang kini tengah menjilati tangannya di atas tumpukan sobekan kertas.

"Sudahlah, jangan menangis! Lebih baik kau salin saja pekerjaanku. Ku rasa tidak masalah karena kita pun mengerjakannya bersama," saran Kazune kemudian. Karin mengangguk. Ia kemudian mengambil sebuah buku kosong dan pergi ke kamar Kazune.

.

.

[Tak patuhimu padahal baik bagiku]

.

.

"Karin, sebaiknya kau menghafal beberapa unsur kimia yang sering muncul. Mungkin saja di ulangan nanti akan muncul tata nama senyawa dan kau tidak diperbolehkan menggunakan tabel periodik," saran Kazune di malam itu. Karin hanya mengacuhkannya. Ia terlalu malas untuk menghafal nama, simbol serta nomor-nomor atom. Selain sulit untuk dihafal, baginya itu hanya membuang waktu. Akhirnya malam itu, Karin tertidur tanpa mematuhi saran dari Kazune.

.

.

Keesokan harinya, hal yang sangat tak diduga terjadi. Apa yang sudah diperkirakan Kazune di malam sebelumnya kini menjadi kenyataan. Guru kimia kelas X-9 melarang siswanya untuk menggunakan tabel periodik ketika ulangan. Karin langsung melemas. Ia merasa menyesal karena sama sekali tidak mengikuti saran Kazune.

.

.

[Kau buka mata dan hatiku yang membeku]

.

.

Karin menatap nanar hasil ujian kimia yang baru saja dibagikan. Angka 37 tertera di lembar jawabannya. Ia merasa kesal dan marah. Perjuangannya selama ini terasa begitu sia-sia.

'Untuk apa belajar jika ilmunya sama sekali tak terpakai? Untuk apa kita belajar jika pada akhirnya tetap saja harus remedial?' keluh Karin dalam hati. Kazune yang melihat nilai Karin yang ditulis dengan spidol merah merasa prihatin. Ia tahu Karin telah berusaha keras. Ia yakin Karin telah belajar dengan giat. Namun, hasilnya jauh dari kerja keras Karin selama ini. Ia tahu, Karin pastilah merasa begitu kecewa.

"Karin, aku akan mengajarimu lagi untuk menghadapi remedial nanti," ujar Kazune. Ia sedikit menepuk pundak kekasihnya berusaha menyalurkan semangat dan ketegaran.

"Tidak perlu. Untuk apa aku belajar kimia? Toh kalau sudah besar nanti, aku sama sekali tidak akan menjadi dokter, apoteker, atau apapun itu yang berhubungan dengan kimia!" seru Karin kesal.

"Karin!" Kazune langsung menggenggam kuat kedua lengan Karin. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah gadis tersebut.

"Mungkin kau belum merasakannya sekarang. Namun, tak ada ilmu yang sama sekali tidak berguna. Okelah, kau bercita-cita menjadi seorang novelis dan komikus. Tapi, tak ada seorang pun yang tahu apa profesimu di masa yang akan datang! Bisa saja kau malah menjadi seorang suster nantinya. Bukankah banyak orang yang bercita-cita menjadi dokter namun pada akhirnya malah menjadi seorang pengusaha? Karena itu, Karin, ilmu yang kau pelajari saat ini bisa jadi merupakan ilmu dasar dari profesimu di masa yang akan datang!" seru Kazune sedikit meninggikan suaranya. Karin langsung tertunduk.

"Kau benar, Kazune. Terima kasih telah membuka mata hatiku,"

.

.

[Ku genggam dunia dengan memahami ilmu]

.

.

"Kazune, benarkah dengan belajar kita bisa menggenggam dunia?" tanya Karin ketika mereka baru saja hendak mempelajari kimia di rumah.

"Tentu saja. Apa yang membuatmu ragu?" Kazune berbalik tanya.

"Tidak semua orang bisa dengan mudah memahami pelajaran," jawab Karin polos. Kazune tersenyum menatap kekasihnya tersebut.

"Karin, ilmu tidaklah terpaut di bidang pelajaran saja. Ilmu itu cakupannya luas. Dengan ilmu, kau bisa meraih apa yang kau impikan. Memang betul yang kau katakan tadi, tidak semua orang bisa dengan mudah memahami ilmu, namun, jangan kau lupa, tidak semua orang pula yang berusaha memahami ilmu. Jika kau tekun, kau pasti bisa memahaminya sedikit demi sedikit. Orang yang pintar pun dapat terkalahkan oleh orang yang rajin jika dia tidak belajar," terang Kazune. Karin menggangguk-angguk. Dalam hati, ia mengagumi kedewasaan Kazune.

.

.

[Dalam tertatih tak pernah kau tinggalkanku]

.

.

"Kazune, aku masih belum mengerti mengenai tata nama senyawa," keluh Karin setelah Kazune menerangkan mengenai materi yang telah diujikan di sekolah tadi.

"Untuk bisa mengerjakan soal tata nama senyawa dengan baik, kau harus mengerti dulu mengenai ikatan ion dan kovalen," ujar Kazune.

"Aku sudah mengerti mengenai ikatan itu!" seru Karin menggembungkan kedua pipinya.

"Baiklah, coba berikan contoh dari ikatan ion dan kovalen!" kata Kazune menguji kemampuan Karin.

"Contoh ikatan ion misalnya NaCl. Kemudian, kalau contoh dari ikatan kovalen itu, CO," seru Karin penuh semangat. Kazune manatapnya dengan senyuman penuh kebanggaan. Ia senang karena Karin kini sudah mulai mengerti beberapa dasar ilmu kimia. Usahanya selama ini dalam mengajari Karin rupanya tidak sia-sia.

"Bagus. Sekarang akan aku jelaskan mengenai tata nama senyawa. Untuk senyawa ion, kau cukup menambahkan kata —ida di akhir namanya. Misalnya NaF yakni Natrium Flourida. Jika unsur logam nya merupakan anggota dari golongan B, kau harus mencantumkan besar elektron valensi dari golongan B tersebut di pertengahan. Ingat, angkanya harus kau tulis dengan angka Romawi. Misalnya saja FeCl3, kau harus menulisnya dengan Besi (III) Klorida. Mengerti?"

Karin mengganggukan kepalanya.

"Untuk senyawa kovalen, kau harus menyebutkan jumlah atomnya. Kemudian, di akhir namanya, kau juga harus manbahkan kata —ida."

Karin kembali mengganggukan kepalanya.

"Sekarang coba kau tuliskan tata nama dari senyawa PCl5,"

Karin langsung menulis di atas buku latihannya. Ia menuliskan tata nama senyawa PCl5 dengan nama Fosfor Lima Klorida.

.

.

[Dengan sabarmu ku tahu yang ku tak tahu]

.

.

Kazune tersenyum menahan tawa melihat kata-kata yang ditulis oleh Karin. Karin langsung menatapnya dengan tatapan heran.

"Salah ya?" tanya Karin dengan wajah polosnya. Kazune semakin tak tahan untuk tertawa. Namun, dia berusaha menahannya karena tak ingin membuat Karin tersakiti.

"Maksud dari perkataanku menyebutkan jumlah atomnya, bukan dengan angka seperti itu,"

"Lalu dengan apa?"

"Jika jumlahnya 1, kau cukup menulisnya mono. Jika 2, di. 3, tri. Coba kau lihat di buku text mu," Karin langsung melihat buku text nya. Terdapat penjelasan di sana mengenai tata nama senyawa.

"Ah, berarti PCl5 itu ditulis menjadi Fosfor Pentaklorida?" tanya Karin. Kazune mengangguk. Karin langsung tersenyum senang. Kazune lalu memberinya beberapa contoh soal agar Karin semakin mengerti.

.

.

[Engkau, guruku]

.

.

Karin tersenyum senang melihat hasil remedial yang baru saja ia terima. Angka 95 tertera di sana. Betapa bangganya ia karena ini berarti ia berhasil lulus. Dengan penuh kegembiraan, ia langsung menghampiri Kazune dan memeluknya.

"Kau pasti lulus remedial kan?" tebak Kazune. Karin hanya mengangguk senang.

"Terima kasih telah mengajariku, Kazune-sensei," seru Karin senang. Kazune tersenyum bangga melihatnya.

.

.

[Apa kabarmu?]

.

.

Karin menatap ponsel yang berbaring di atas mejanya. Sesekali ia memencet tombol dan memasuki inbox memastikan apakah ada sms yang masuk atau tidak. Sudah seharian ini Kazune sama sekali tidak mengiriminya pesan ataupun kabar.

Saat ini, Kazune pergi untuk mengikuti olimpiade nasional. Ia diminta mewakili sekolah. Oleh karena itu, ia menjalani pelatihan dan harus menginap di luar selama beberapa hari. Hal ini membuat Karin merasa sedikit kesepian.

.

.

[Walau dimana berada, semoga berjuta do'a untukmu selamanya]

.

.

Karin tersenyum senang menatap layar ponselnya. Sebuah pesan singkat dari Kazune terdapat di sana.

From : Kazune Kujo

To : Karin Hanazono

Subject : ^_^

Karin, aku berhasil lolos seleksi olimpiade nasional. Aku akan mewakili Jepang mengikuti olimpiade kimia internasional. Do'akan aku ya. Oh ya, mungkin selama sebulan ini aku tidak bisa pulang karena harus mengikuti pelatihan untuk menghadapi olimpiade. Hati-hati ya di rumah, jangan lupa jaga kesehatanmu. Tetap semangat. I'll always in your heart.

Karin tahu, selama sebulan ke depan ia akan kesepian. Namun, ia pun tahu bahwa walau begitu, Kazune akan selalu berada di lubuk hatinya. Karena saat ini Kazune pun sedang berjuang, Karin pun kini ikut berjuang karena tak mau kalah dengan kekasihnya tersebut.

.

.

[Ajari kepakkan sayapku tuk terbang menuju langit tinggi meraih bintang]

.

.

"Karin, aku pulang!" seru Kazune setibanya ia di rumah. Dengan senyuman indah terlukis di wajahnya, Karin langsung membuka pintu rumah mereka. Ia kemudian menyambut Kazune dengan penuh keharuan. Selain rasa rindu yang selama ini ia rasakan, ia juga merasa bangga karena kini, orang yang berdiri di hadapannya merupakan salah satu pemenang olimpiade kimia internasional.

Karin langsung memeluk kekasihnya tersebut.

"Selamat datang, Kazune,"

.

.

[Kau selalu ku kenang]

.

.

"Karin, kita foto yu, sebagai kenang-kenangan," ajak Kazune setelah mereka makan siang.

"Foto?"

"Iya, kita foto bersama. Aku sudah meminta Nishikiori untuk memotret kita berdua,"

"Kapan?"

"Tepatnya, 5 detik lagi,"

"Hah? 5 detik lagi?"

"3, 2, 1..." Kazune menghitung mundur dan pada saat itu pula muncul Michiru seraya membawa kamera digital di tangannya.

"Hai," sapa Michiru.

"Lho? Sejak kapan kau memanggilnya?" tanya Karin heran.

"Sudahlah, tak usah dipusingkan. Ayo, sini!" Kazune langsung menarik Karin ke dalam pelukannya. Ia kemudian mengalungkan medali juaranya pada kepalanya dan kepala Karin.

"Siap ya, 3, 2, 1, cheers!"

.

.

[Seluruh pengabdian yang engkau beri, meski ku coba dengan sepenuh hati tak akan terganti]

.

.

Karin menangis, menatap kue gosong di hadapannya. Ini sudah yang kesepuluh kalinya ia berusaha membuat kue untuk Kazune. Namun, hasilnya gagal total. Semua kue buatannya gosong. Hitam tak berasa. Pun tak berbentuk.

Kazune yang merasa ada yang tidak beres, langsung menuju dapur. Dilihatnya Karin tengah meneteskan air matanya dihadapan tumpukan kue yang gosong. Kazune langsung menghampirinya.

"Hei, jangan bersedih,"

"Huwa... Kazune, padahal aku ingin sekali memberimu kejutan sebagai rasa terima kasih juga ucapan selamat,"

"Hei, sudahlah. Kau tahu, kehadiranmu saja sudah membuatku merasa sangat bahagia,"

"Umh, tapi..."

"Tersenyumlah, karena senyummu itu yang sangat berarti untukku,"

Karin tersenyum dengan sedikit ragu. Kazune langsung mengecup keningnya dengan lembut.

"Kau tahu, kau sangat cantik ketika tersenyum,"

.

.

[Terima kasih, guruku]

.

.

Kazune tersenyum melihat Karin yang kini tengah melonjak gembira karena berhasil lulus sekolah. Dengan segera, Karin langsung menghampiri Kazune dan memeluknya.

"Terima kasih karena sudah mau mengajariku selama 3 tahun ini. Kau selalu sabar mengajariku walaupun aku sering mengeluh, walaupun aku sering tidak mengerti,"

Kazune hanya tersenyum lembut. Ia kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah dari saku celananya.

"Karin, maukah kau menjadi istriku?" lamarnya. Mata green emerald Karin membulat. Ia tak percaya akan perkataan dari pemuda blonde hair di hadapannya.

"Ka—Kau serius?" tanya Karin tak percaya.

"Tentu. Aku sangat mencintaimu. Jadi, maukah kau menikah denganku?"

"Tentu, aku sangat mau,"

Kazune kembali tersenyum menatap Karin yang kini tengah menangis penuh haru.

.

.

[Kau selalu jadi pahlawanku]

.

.

~Owari~

.

.

Review Please?