Tittle : Can You Be My Love, Oh Sehun?
Cast : HunHan
Genre : Sad, romance, angst
Length : Chap 1/?
Story Begins
"Jongdae! Aku benar-benar membutuhkan tempat yang sempurna untuk mengungkapkan perasaanku pada Sehun. Kira-kira kemana aku harus pergi?" Luhan berseru pada Jongdae ketika mereka tengah dalam perjalanan menuju sekolah.
"Lu, seriously, bisakah kau berhenti membicarakan Sehun? Kau terus saja berbicara tentangnya sejak ia memapahmu ke UKS setelah kau terkena lemparannya," Jongdae memutar bola matanya malas. Ia lantas mempercepat laju jalannya untuk menghindari Luhan dan segala ocehannya mengenai Oh Sehun.
Luhan berlari menyusul Jongdae, kemudian menarik tangannya. "Ayolah, Jongdae! Aku benar-benar membutuhkan bantuanmu saat ini! Dulu, ketika kau ingin menembak Xiumin, kau pikir siapa yang dengan sukarela membantumu? Tentu saja aku,"
"Yeah, aku tahu, dan itu berakhir dengan amat buruk. Jadi, berhentilah mengingatkanku tentang itu." Sindir Jongdae. "Saking malunya, aku sampai tidak berani menegurnya setelah hari itu. Aku rasa dia pasti berpikir aku benar-benar konyol karena kabur begitu saja setelah memintanya untuk bertemu."
"Geuraeyo, tidak masalah jika kau tidak mau membantuku." Luhan menatapnya dengan seringaian nakal. "Aku hanya perlu memberitahu Xiumin jika kau punya ratusan fotonya di ponselmu. Dia pasti akan berpikir jika kau adalah maniak." Luhan berbisik di telinga Jongdae.
"Silakan saja. Lakukan apa yang kau mau. Aku-tidak-peduli." Jongdae berucap, meskipun begitu Luhan bisa mendengar suara Jongdae yang
"Apa kau serius, Dae? Aku bertanya-tanya, apa kau masih punya muka untuk bertemu dengannya setelah dia tahu tentang fetish anehmu itu," Luhan bertanya lagi, kali ini sembari memasang raut menyebalkan.
Jongdae tidak menjawab perkataan Luhan. Namja itu memasang earphone yang sedari tadi melingkari lehernya, kemudian berjalan mendahului Luhan menuju gerbang sekolah. Sepertinya pria itu tengah marah besar. Luhan hendak kembali menyusulnya, ketika ia tiba-tiba merasakan ponselnya berdering. Satu pesan dari Kim Jongdae.
From : Minseok's Stalker.
Temui aku sepulang sekolah. Aku dengar Sehun memiliki jadwal latihan basket sampai pukul 4 Sore. Kita akan merencanakannya. Aku akan meminta bantuan Baekhyun untuk merencanakan 'lamaran bodoh impianmu itu'.
Note : JADI LEBIH BAIK KAU TIDAK MENGATAKAN APAPUN PADA XIUMIN TENTANG FOTO-FOTO ITU, ATAU AKU SENDIRI YANG AKAN MEMBUNUHMU DAN MENGGANTUNG JASADMU DI TIANG BENDERA.
Luhan tersenyum lebar, ia sudah menduga hal itu. Dirabanya dada sebelah kanannya. Bisa Luhan rasakan, jantungnya berdegup sangat kencang. Memikirkan rencananya untuk mengungkapkan perasaan pada Sehun membuatnya merasa gugup sekaligus bersemangat.
Akhirnya setelah memendam cintanya selama 2 tahun, Xi Luhan akan mengungkapkan perasaannya pada Sehun hari ini.
.
.
Xiumin berjalan menghampiri Luhan dan melihatnya tengah kesusahan memasukkan buku-bukunya ke dalam loker. Namja berpipi bakpao itu lantas mengambil posisi di belakang Luhan, kemudian memeluk tubuh Luhan dengan tiba-tiba. "Guess who am i?" Ucapnya dengan nada jahil.
Luhan yang tidak siap dengan kejutan Xiumin lantas berteriak nyaring, membuat semua orang yang berada disana, berbalik menatapnya dengan pandangan aneh. Xiumin terkekeh melihat reaksi Luhan yang cukup berlebihan. Ia segera membantu Luhan memunguti buku-bukunya yang terjatuh, kemudian mengulurkan tangannya pada Luhan.
"Kau benar-benar menyebalkan, Min." Luhan menggerutu sambil mengerucutkan bibirnya di hadapan Xiumin. "Apa kau harus selalu melakukan itu setiap kali kita bertemu?" Sungutnya sambil menerima uluran tangan Xiumin.
"Hehehe..Kau tahu, itu sudah menjadi hobiku." Xiumin nampak tersenyum lebar, sembari mengangkat salah satunya membentuk simbol damai.
"Aku dengar dari Tao, kau ingin mengungkapkan perasaanmu pada Sehun hari ini," Ia menaik-turunkan alisnya, menggoda Luhan.
"Maaf, aku tidak bisa ikut membantumu. Sepulang sekolah nanti, aku harus mengikuti turnamen sepakbola bersama tim sekolah. Tapi aku berharap semuanya dapat berjalan lancar,"
"Sudah dua tahun, kan? Ini pertama kalinya dalam sejarah, Xi Luhan menyukai seseorang lebih dari sebulan," Xiumin tertawa.
"Aku juga tak menyangka. Seperti yang kau tahu, aku tidak pernah menyukai siapapun lebih dari sebulan sampai akhirnya aku bertemu dengan Oh Sehun. Kurasa..itu sebuah pencapaian tersendiri, haha.." Luhan menatap Xiumin dengan mata berbinar.
"Aku akan mendukung apapun yang kau lakukan. Itukan gunanya teman?" Xiumin berucap sambil tersenyum kea rah Luhan. Ia lalu menatap arloji yang melingkar di tangannya dan menyadari jika ia harus menemui teman-teman setim-nya untuk mendengarkan briefing dari sang pelatih untuk pertandingan nanti .
"Bye, Luhanie. Aku harus pergi sekarang. Wish you all the best!" Seru Xiumin.
Luhan menatap ke arah Xiumin sambil menggumamkan terimakasih, dan melambaikan tangan. Ia kemudian berjalan menuju kantin untuk menemui Jongdae dan merencanakan dimana dan bagaimana ia harus mengungkapkan perasaannya ke Sehun. Namun, ketika ia tengah menyusuri koridor, ia melihat Sehun dengan geng-nya, yang terdiri dari teman setimnya di klub basket—Kris dan Tao—serta si duo trouble-maker sekolah, Baekhyun dan Chanyeol. Mereka dikenal sebagai cassanova sekolah. Tak terhitung sudah berapa banyak gadis yang sakit hati karena ditolak oleh mereka.
Luhan ingin berjalan melewati kelimanya tanpa harus berinteraksi dengan mereka Namja bermata rusa itu lantas menunduk dan mempercepat laju jalannya, berharap tidak ada seorang pun dari mereka yang mengenalinya. Namun sepertinya dewi fortuna tengah tidak berpihak pada Luhan.
"Luhan-hyung!" Baekhyun berteriak dengan girang.
Luhan merasa napasnya tercekat ketika ia mendengar teriakan ceria Baekhyun. Mau tak mau, ia pun berbalik dan tersenyum kikuk.
"Oh, hai Baek." Ucapnya dengan nada canggung.
Sehun yang berada di sebelahnya lantas ikut menoleh. "Oh, dia pria yang terkena lemparanku, kan? Xi Luhan sunbae?" Tanyanya sambil mencoba mengingat-ingat. "Bagaimana kabarmu, sunbae?" Sehun tersenyum manis. Luhan bisa merasakan rasa panas mulai menjalar sampai ke wajahnya. Ia tidak menyangka jika Sehun mengingat namanya.
"Ah, aku baik-baik saja." Luhan berucap dengan malu-malu.
"Luhan-hyung, kenapa kau sendirian? Apa kau mau bergabung dengan kami untuk makan Siang? Kami masih punya waktu sebentar sebelum latihan dimulai," Ujar Baekhyun dengan ceria. Namja berwajah baby-face itu melingkarkan lengannya pada Chanyeol, sembari mengisyaratkan pada Chanyeol untuk mendorong Luhan agar mau bergabung.
"Yeah, sepertinya akan lebih menyenangkan jika kau ikut. Kita bisa main 3 on 3." Sambung Chanyeol.
"Oh tidak masalah, aku akan makan Siang bersama Jongdae. Dia pasti akan marah jika aku meninggalkannya dan pergi bersama kalian. Tapi bagaimana pun, terimakasih." Luhan menolak dengan halus.
Sehun menahan tawa mendengar cara Luhan berbicara. "Formal sekali. Apa dia hidup di zaman Joseon, huh?" Batin Sehun.
"Okay hyung, kalau begitu sampai jumpa!" Baekhyun melambaikan tangannya, sebelum kemudian berlalu bersama rombongannya.
.
.
"Maaf aku terlambat, tadi aku bertemu dengan Sehun ketika dalam perjalanan kesini." Ucap Luhan, kemudian mendudukkan dirinya di kursi yang berseberangan dengan Jongdae.
"Tidak masalah. Sekarang waktunya membicarakan rencana kita," Ucap Jongdae sambil menyodorkan Luhan sebotol jus jeruk.
"Menurutku, lebih baik kau mengungkapkan perasaanmu di kebun sekolah," Saran Jongdae.
"Hei, itukan tempat yang kusarankan ketika kau ingin Minseok! Aku tidak mau terkena nasib buruk! Memangnya tidak ada tempat lain, huh?" Luhan menatap Jongdae dengan bosan.
"Ya, meskipun aku gagal, aku pikir itulah tempat terbaik, it's private and there's hardly any students. Jadi kupikir kau bisa mengungkapkan perasaanmu tanpa takut ada yang menguping. Terutama mereka yang anti-gay," Jongdae berucap dengan nada serius.
"Geurae, aku rasa aku harus mengirimi Baekhyun pesan sekarang sebelum latihan mereka berakhir. Thanks Jongdae. Maaf karena sudah merepotkanmu," Luhan tersenyum malu-malu.
To : Baekhyunee
Baek, aku sudah siap untuk mengungkapkan perasaanku pada Sehun. Tolong beritahu Sehun agar menemuiku di kebun sekolah setelah latihan. Katakan padanya jika aku ingin memberi buku yang hendak ia pinjam dulu.
P.S : Jeongmal gomawoyo Baekkie3
.
From : Baekhyunee
OMG LUHAN HYUNGGG
Baiklah, aku akan memberitahunya. Semoga beruntung!
Lima menit sebelum tim basket mengakhiri latihannya, Luhan menunggu di salah satu bangku panjang sambil menggenggam erat sebuah buku. Ia tengah berlatih mengucapkan kata-kata yang hendak ia ucapkan pada Sehun, ia berharap Sehun akan menerimanya.
"Hey, sunbae!" Sehun berteriak dari kejauhan.
Luhan berbalik dan melambai ke arahnya. Dengan mengenakan jersey basketnya, dan rambut yang basah oleh keringat, Sehun nampak sangat menawan di mata Luhan. Ia bisa merasakan jantungnya berdetak kencang ketika Sehun berjalan ke arahnya.
Kau pasti bisa melakukannya Luhan. Sekarang atau tidak sama sekali. Bisik Luhan, berusaha untuk menyemangati diri sendiri.
"Ini buku yang ingin kau pinjam," Luhan berucap sambil menyerahkan buku digenggamannya pada Sehun.
"Gomawo sunbae, aku sudah lama ingin membeli buku ini, tapi sayangnya pegawai di toko buku bilang, jika mereka kehabisan stok," Kata Sehun dengan girang.
Ketika Sehun tengah berbicara, Luhan mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk dan memberanikan diri untuk menatap wajah Sehun yang tengah tersenyum ke arahnya. Senyum yang membuat Luhan jatuh cinta.
"Sunbae, apa kau baik-baik saja?" Sehun bertanya dengan raut khawatir, ketika melihat wajah Luhan yang memerah. Keringat membanjiri pelipis Luhan, saking gugupnya.
Ia mengangguk kaku. "Oh..ya..tentu saja.." Luhan mencoba untuk mengulas senyum, yang justru membuat dirinya terlihat kikuk.
"Jeongmal gomawoyo sunbae, aku akan mengembalikannya segera setelah aku selesai membacanya," Sehun berucap sebelum berbalik, hendak pergi.
"Tunggu!" Luhan berucap dengan lembut. "A-ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu," Lanjutnya sambil menghela napas dalam-dalam. Sehun pun berbalik menatap wajah Luhan, sembari mengernyitkan dahi.
"Emm.." Luhan merasa ragu.
"Oh Sehun, sebenarnya aku sudah menyukaimu selama 2 tahun ini. Kau satu-satunya orang yang berhasil mencuri perhatianku. Aku harap kau akan menerimaku. Aku benar-benar menyukaimu." Ucap Luhan dengan cepat.
Sehun terus memandangi Luhan dengan ekspresi tak percaya. Kedua mata Luhan masih tertutup, menunggu sampai Sehun memberinya jawaban.
"Tidak," Tolak Sehun dengan dingin.
Hati Luhan rasanya remuk, namun, ia tetap menutup matanya, berharap tangisannya tak keluar. Mendengar apa yang baru Sehun katakan membuat dada Luhan terasa sesak. Ia merasa seolah ada beban berat yang menimpanya saat itu juga. Tubuhnya membeku dalam keterkejutan. Dada Luhan tiba-tiba berdenyut sakit. Dan raut wajah penuh gurat luka kini sukses mendominasi wajahnya.
"Aku tidak sama sepertimu, aku tidak pernah menyukai seorang pria," Ucap Sehun dengan kasar.
Luhan bisa mendengar suara langkah kaki Sehun yang perlahan menjauh. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat sembari menundukkan kepala. "It's okay Luhan. It's okay. You'll be fine." Ucapnya berkali-kali.
Setelah memastikan jika Sehun benar-benar sudah pergi, ia pun membuka matanya perlahan dan membiarkan airmatanya jatuh membasahi wajahnya. Ketika Luhan hendak pergi, ia menemukan buku yang hendak Sehun pinjam tertaruh di bangku panjang disampingnya. Sehun tak ingin berhubungan lagi dengannya, ia bahkan meninggalkan bukunya disini.
Aku menjijikkan, Pikir Luhan dengan sedih. Sehun pasti tidak akan mau sekedar menatap atau berbicara dengannya lagi mulai saat ini.
Ia pun berjalan pulang ke rumahnya, mengabaikan seluruh panggilan dan pesan yang ia terima. Sepanjang hari itu, Luhan menghabiskan sisa harinya dengan menangis seharian di kamar.
.
.
"Mengapa kau tidak mengangkat teleponku kemarin? Apa kau tidak tahu seberapa khawatirnya aku?" Jongdae meraih bahu Luhan dan mengguncangnya.
"Ya, ya. Maaf," Luhan tertawa dan mencoba melepaskan diri dari Jongdae.
"Jadi, bagaimana?" Tanya Jongdae, penasaran.
"Ia menolakku tapi aku tidak akan menyerah!" Luhan mengepalkan tangannya di udara sembari tersenyum ceria.
"Kau kelihatan bahagia untuk ukuran seseorang yang baru patah hati," Jongdae menangkat alisnya, bingung.
"I'm fine Chennie ~ Kau seperti baru mengenalku saja! Aku Xi Luhan, pria yang pantang menyerah!" Luhan menari-nari kecil mengelilingi Jongdae. Namun sepersekian detik kemudian, ia segera menghentikan tingkah konyolnya ketika melihat Sehun berjalan menuju kearah mereka.
Luhan menatapnya dengan kedua mata yang membesar, mungkin dia berubah pikiran.
Ia lantas menyunggingkan senyum lebar sembari melambaikan tangannya. "Hai, Se—hun,"
Hati Luhan kembali sakit ketika melihat Sehun melewatinya begitu saja, bahkan tanpa menolehnya sedikit pun.
"Lu, kau tidak apa-apa?" Jongdae bertanya ketika ia melihat Sehun justru tersenyum dan tak segan melambai kea rah teman-temannya yang lain, terkecuali Luhan.
Luhan yang sedari tadi termangu segera mengerjap-erjapkan kedua matanya, kemudian menatap Jongdae dengan senyuman lebar. "Aku? Memangnya kenapa? Tentu saja, aku baik-baik saja," Kilahnya sambil mengibaskan tangannya di depan Jongdae. "Lebih baik kita segera ke kelas," Ucapnya.
-oo-
"Hey Sehun, ada apa dengan wajahmu? Apa kau tidak tidur semalaman, huh? Kusut sekali," Chanyeol bertanya ketika melihat Sehun memasukkan bukunya ke dalam loker kemudian menutupnya dengan keras.
"Promise me, kau tak akan memberitahu yang lain?" Sehun berbalik ke arahnya. Chanyeol mengangkat bahu, seolah menggumamkan kata 'tentu saja. kenapa tidak?'
"Kau tahu senior kita yang bernama Xi Luhan? He's actually gay! Dan sialnya dia menyukaiku," Sehun berucap sambil berbisik. Chanyeol membesarkan matanya tak percaya begitu mendengar hal tersebut. "Are you kidding me? Tapi kau kan.."
"Yeah, you know that I'm 100% normal, right? Aku tidak mungkin menerimanya," Sehun memutar bola matanya malas.
"Ya, siapa tau.." Chanyeol terkekeh.
Sehun menjitak kepala Chanyeol. "Sialan kau, Dobi. Why are we friends, huh?"
Keduanya segera berjalan menuju kelas tanpa menyadari jika seorang gadis sedari tadi mendengar pembicaraan mereka.
.
.
Luhan sedang dalam perjalanan ke sekolah, dengan Jongdae seperti biasa. Jongdae tahu jika Luhan masih sedih karena kejadian kemarin. Meskipun dia tidak menunjukkannya, Jongdae tahu Luhan hanya tidak ingin membuat orang-orang di sekitarnya khawatir. Ketika mereka berjalan menuju gerbang sekolah, Luhan menyadari jika murid-murid di sekitarnya menatapnya sambil berbisik.
"Mengapa mereka melihatimu seperti itu?" Jongdae bertanya
"Cubit aku, apa aku kelihatan aneh?" Tanya Balik Luhan.
Jongdae mengamati Luhan sekilas, sebelum menggelengkan kepala sembari tersenyum lebar. "Kau kelihatan imut hari ini," Ucapnya lalu mencubit hidung Luhan kuat-kuat.
"You seriously need to stop being so gay. Tidak enak dilihat, tau," Kata Luhan seraya menepis tangan Jongdae.
"Yeah, yeah, but in the reality, you're gayest one.." Jongdae berucap seraya berjalan menjauh dengan telunjuk yang mengarah ke Luhan.
"Lihat dia, aku pikir rumor itu benar. Dia kelihatannya menyukai pria,"
"Menjijikkan. Dasar,"
"Aku dengar dia mengungkapkan perasaannya pada Sehun. Dia pikir siapa dia? Apa dia pikir Sehun mau menerima gay menjijikkan sepertinya?"
" Jika aku jadi Ibu-nya, aku pasti sudah menendangnya dari rumah, dan menghapusnya dari nama keluarga,"
Bisikan-bisikan itu terdengar ketika Luhan melewati koridor. Mereka tak berhentinya membicarakan mengenai dirinya, dan Luhan tak bisa melakukan apapun untuk menghentikan mereka. Tapi setidaknya, bisakah mereka memelankan volume suara mereka? Dengan begitu, Luhan tidak akan merasa seperti seorang maling yang baru saja ketahuan. Tapi siapa yang menyebarkan berita ini? Apa itu Sehun? Apa pria itu sebegitu inginnya membuat hidupnya menderita?
Namun sepersekian detik kemudian, Luhan menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin Sehun yang melakukan ini…ia tidak sekejam itu.
.
.
.
"Congratulations Oh. Aku dengar namamu menjadi pembicaraan di seluruh penjuru sekolah hari ini," Jongin menaruh nampahnya di meja tepat di seberang Sehun, seraya menyunggingkan seringaian andalannya.
"Bukankah Sehun memang sudah populerr?" Tanya Chanyeol sekembalinya ia dari mengambil sekaleng soft drink dari vending machine.
"Itu berbeda. Ya! Oh Sehun! Are you gay?" Tanya Jongin sambil tertawa menyebalkan.
Sehun membeku ketika melihat Chanyeol seolah nyaris kehilangan napas.
"What the fuck are you talking about?" Desis Sehun. Mood-nya sedang tidak baik karena memikirkan kejadian kemarin, dan sekarang, melihat wajah musuh bebuyutannya membuat emosinya naik sampai ke ubun-ubun. "Sebenarnya apa yang kau mau?" Tanya Sehun sembari menatap tajam kedua mata Jongin.
"Aku? Kau tahu, aku hanya prihatin. Mendengar teman lamaku di rumorkan menyukai sesama pria membuatku tak habis pikir. Apa jangan-jangan alasanmu menolak mengencani wanita karena ini, huh?" Ujar Jongin dengan nada mengejek. "Sulit dipercaya.." Kekehnya sambil menatap kea rah Sehun.
"Apa yang sebenarnya sedang kau bicarakan, Kim Jongin?!" Bentak Sehun sambil menggebrak meja di hadapannya.
"Well, sebenarnya kau belum tahu atau berpura-pura tidak tahu?"
"Sialan, untuk apa aku bertanya jika aku memang sudah tahu? Apa aku pikir aku ini bodoh?" Umpat Sehun, kesal.
Jongin menyeringai mendengarnya. "Baiklah, langsung to-the-point saja. Ada rumor yang mengatakan tentang bocah gay yang mengungkapkan perasaannya padamu. I didn't know you're such a catch amongst boys too.." Jongin menjelaskan sambil mengunyah sandwichnya.
Sehun lantas mengalihkan pandangnya ke Chanyeol.
"Bukan aku! Aku bersumpah itu sama sekali bukan aku!" Bantah Chanyeol, sambil mengangkat tangannya di udara.
"Kau satu-satunya orang yang kuberitahu! Mana mungkin bukan kau?!" Sehun memijat keningnya, pusing.
Jongin terkekeh. "Kupikir kau akan belajar dari kejadian tiga tahun yang lalu, tapi ternyata tidak. Sebaiknya kau jaga rapat-rapat rahasiamu itu, bodoh." Ucapnya yang membuat Sehun mengepalkan tangannya di atas meja.
"You're the gayest one, Jongin! Luhan memang mengungkapkan perasaannya pada Sehun tapi ia menolaknya! He's definitely straight. " Chanyeol berusaha membela Sehun, namun sedetik kemudian, ia lantas menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Sepertnya ia kelepasan bicara.
"Fuck you, Park Chanyeol!" Sehun mendengus kesal.
"Ah tidak! Sepertinya aku terlambat untuk masuk ke kelas. Sampai jumpa!" Chanyeol membuang botol bekas minumannya, kemudian meninggalkan Sehun dan Jongin yang kini tengah duduk berhadapan.
Jongin bangkit dari tempat duduknya, kemudian berucap sesuatu. "Jadi, Oh Sehun. Bagaimana rasanya ketika rahasiamu diketahui orang lain?"Tanyanya, dengan alis yang terangkat.
"Dulu aku mengira jika kau bisa kupercayai. Namun nyatanya, kaulah yang berkhianat. Kau menyebarkan hal itu, dan membuatku dikucilkan di SMP." Ucap Jongin seraya bangkit dari tempat duduknya.
"Tapi sekarang, lihat. Kau terkena karma atas perbuatanmu."
"Diam kau Kim Jongin!" Desis Sehun tanpa berniat bergerak dari posisinya saat ini.
"Baiklah. Aku akan kembali ke kelas. Anyways, selamat menikmati hukumanmu mulai hari ini." Ucapnya sebelum berlalu dari hadapan Sehun dengan seringaian puas.
.
.
Luhan mengatukkan kepalanya berkali-kali ke meja. Jam istirahat sudah hampir habis, tapi ia sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari tempat duduknya. Jongdae sudah berkali-kali menawarinya untuk pergi ke kantin bersama, namun Luhan tetap berkeras ingin beristirahat saja di kelas. Ia benar-benar butuh waktu sendiri.
"Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang?" Ucapnya dengan lirih sambil meremas surai cokelatnya. Ia yakin Sehun pasti benar-benar marah padanya saat ini.
Sehun benar-benar frustasi dengan berita yang keluar. Gara-gara Xi Luhan, semua orang berpikir jika ia adalah gay. Pria itu benar-benar menyusahkan, bahkan ketika mereka pertama kali bertemu.
"Well, sepertinya ada yang sedang frustasi," Jongin menyenggol bahu Sehun kemudian duduknya disampingnya.
"What the fuck do you want again, Jongin?" Sehun berteriak, kesal.
"Calm down, aku hanya ingin bertanya apa Xi Luhan yang dimaksud itu adalah Ketua Ekskul Vokal Sekolah?" Tanya Kai, ingin tahu.
"Yeah, that's him. So why?" Sehun menjawab dengan dingin.
"Wow, really? Oh Sehun, apa kau tidak tahu seberapa hebat suaranya? Dia memenangkan banyak kompetisi menyanyi antar sekolah dengan pria bernama Jongdae itu. If I were you, I would have accepted the confession, man. He's so damn gorgeous. It's your loss." Jongin berucap sambil menggelengkan kepalanya dengan ekspresi tak menyangka untuk menggoda Sehun.
"Apa aku kelihatan peduli? Aku tidak menyukai pria, termasuk Xi Luhan itu. Jadi kau bisa mengambilnya jika kau mau. Aku sama sekali tidak keberatan," Ucap Sehun sambil mendorong Jongin untuk kembali ke bangkunya. Bertepatan dengan itu, wali kelas mereka—Kim Sajangnim—masuk dengan raut wajah berseri-seri.
"Okay class, hari ini kalian ke datangan murid baru.." Ujarnya yang membuat seluruh murid serentak mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu.
Seorang namja dengan mata doe-eyes memasuki kelas dengan raut datar. "Namaku Do Kyungsoo." Ucapnya memperkenalkan diri.
Semua orang menatap ke arahnya sampai Kim songsaengnim menyuruh Kyungsoo untuk duduk di samping Sehun.
"Hi, namaku Oh Sehun, kau bisa memanggilku Sehun dan aku akan menjadi teman sebangkumu mulai hari ini," Sehun berucap sambil mengulurkan tangannya pada Kyungsoo.
.
.
.
TBC
