Yuhuu~ Lecia is back! XD
Pairing : KaiHun and ChanHun
Rate : T
Genre : Hurt Comfort
Declaimer : I just own the story, they belong to God and themselves.
Warning : BL, Mpreg, OOC, Typo(es), EYD, Bahasa Tak Baku, etc
DISLIKE = DON'T READ
o0o—UNFAITHFUL—o0o
.
.
Sebuah manshion mewah yang terletak dibagian barat Apgujeong kini diselimuti suasana yang begitu tegang. Semua penghuni terlihat begitu panik. Perasaan campur aduk antara takut, gelisah serta tak sabar meliputi semua orang yang berada di dalam Manshion tersebut.
Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan setiap orang yang ada disana. Lelaki berkemeja putih dengan kaca mata tebal serta stetoskop yang menggantung di lehernya melangkah menuju lelaki berkulit tan yang nampak lemas terduduk di sofa elit produksi Eropa.
"Bagaimana keadaannya Dok?" Tanya lelaki itu tak sabar. Ia takut terjadi sesuatu pada istri(?) tercintanya.
Dokter tersebut hanya bisa tersenyum lembut menanggapi pertanyaan Jongin. Lihatlah betapa khawatirnya namja tan dihadapannya. Jongin—namja tan tersebut—mengernyitkan dahi tak suka melihat raut muka Dokter dihadapannya. Bagaimana bisa Dokter tersebut tersenyum disaat seperti ini?
Mengetahui jika kini bukan hanya ada mereka berdua di ruangan tersebut, Dokter Jung hanya bisa menghela nafas berat begitu merasakan tatapan tajam dari beberapa pasang mata yang seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.
"Anda tenang saja Tuan Kim, istri anda baik-baik saja. Beliau hanya terlalu lelah karena kini bukan istri anda saja yang harus dijaga kesehatannya sebab kini ia tengah membawa kehidupan lain diperutnya."
Penuh basa-basi menurut Jongin. Bahkan kini dirinya menautkan alisnya bingung. Disaat yang lain tersenyum, Jongin justru merengut menatap Dokter Jung. Nampaknya si tuan besar Kim Jongin belum mengerti juga maksud ucapan sang Dokter.
"Selamat Tuan!" Sopir keluar Kim, Pak Jang menepuk pundak Jongin pelan. Jongin semakin tak mengerti sekarang.
"Kenapa kalian malah memberiku selamat? Sehun sedang sak—" Ucapannya terhenti begitu saja saat neuron dalam otaknya telah bekerja. Rupanya dia baru mengerti saat ahjumma Song—asisten rumah tangga keluarga Kim—mengkode Jongin dengan memperagakan tangannya yang seolah menimang bayi. Maklum saja, meski dia namja cerdas di bidangnya, namun untuk hal-hal seperti ini Jongin masihlah pemula. Dan tak perlu dipikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Sontak saja Jongin berlari menuju kamarnya seperti seorang anak kecil yang tengah mengejar mainan favorite nya.
Jongin mendudukan dirinya di ranjang dan mengelus surai pirang istrinya. Mendapat kabar yang begitu membahagiakan membuat dirinya seolah lupa akan kewajibannya, sebenarnya ia sedang ada rapat hari ini. Bahkan saat mendengar istrinya pingsan saja Jongin langsung berlari meninggalkan meeting, dan kini dirinya justru membaringkan tubuhnya disamping Sehun, memeluknya possessive "Terima kasih sayang, aku janji akan menjaga kalian berdua lebih hati-hati mulai sekarang." Jongin usap pelan perut rata namja yang masih terlelap tersebut dan diakhiri dengan kecupan sayang di keningnya sebelum menyusul istri tercinta ke alam mimpi.
.
—Unfaithful—
.
Sehun berjalan cepat menuju taman saat ia melirik jam tangannya sudah menunjukan pukul 18.20 PM waktu sekitar. Langkahnya semakin cepat hingga nampak seperti orang yang berlari kecil, bahkan jika tak ada sesuatu yang hidup diperutnya mungkin dia akan berlari cepat menuju ke suatu tempat dimana ia bisa mencurahkan rasa rindunya yang terpendam lama.
Sehun begitu antusias menemui kekasihnya, ia tak bisa membendung rasa rindu yang selama tiga bulan ini dia pendam. Bahkan ia tak sadar jika tindakannya bisa membahayakan kandungannya. Yang ada dipikirannya hanya satu, yaitu menemui orang itu dan menjamah raga yang sudah lama tak ia sentuh.
"Yeolli hyung!" Sehun menubruk punggung tegap pemuda tinggi yang tengah membelakanginya. Matanya terpejam menikmati jika kini orang yang ia rindukan berhasil ia jamah.
"Astaga Hunnie, kau bisa membahayakan kandunganmu baby." Chanyeol—nama pemuda tinggi tersebut—melonggarkan pelukan Sehun, membalik tubuhnya dan mendekap Sehun kembali ke dalam pelukan hangatnya.
"Bogoshippo~" Ucap Sehun manja. Hidung mancungnya ia gesek-gesekan diatas dada Chanyeol layaknya seekor kucing yang butuh belaian majikannya.
Chanyeol sendiri hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Sehun yang tak pernah berubah, Ia kecup berkali-kali pucuk kepala Sehun dan menjawab "Nado, baby." Sambil mengeratkan pelukannya.
Mereka masih terdiam dalam posisi seperti itu cukup lama hingga Chanyeol terpaksa melepaskan pelukannya saat tindakan mereka menarik perhatian orang-orang disekelilingnya.
"Baby, sebaiknya kita segera jalan, udara semakin dingin dan aku tak mau kau sakit." Chanyeol mencubit hidung Sehun gemas saat Sehun mengangguk lucu. Ia segera menggandeng tangan Sehun dan pergi menuju ke tempat favorite kekasihnya—Kedai bubble tea.
Sementara disisi lain, kini Jongin tengah memesan bubble tea untuk istri tercinta. Ia ingat jika masih ada satu permintaan Sehun yang tak bisa ia turuti dalam minggu ini, untuk itulah dia kemari. Karena ia begitu mencintai istrinya, Jongin mengabaikan begitu saja rasa lelah setelah bergelut dengan kertas-kertas di mejanya, untuk itulah ia berusaha ingin memenuhi keinginan istri tercinta, setidaknya dengan membuat Sehun senang maka rasa lelah tersebut akan terbayar.
Jongin selalu ingin menyenangkan Sehun, tak mau membuat Sehun kelelahan ataupun stress berat karena itu akan sangat membahayakan bagi calon anaknya nanti. Jongin juga tak pernah lupa membawakan apapun yang Sehun inginkan sepulang dari kantornya, mulai dari permintaan yang paling aneh bahkan tak masuk akal sekalipun Jongin akan selalu berusaha memenuhinya.
"Kansahamnida." Jongin bergegas keluar dari kedai bubble tea setelah membayarnya. Ia ingin sekali cepat-cepat sampai di rumah dan bertemu dengan istrinya. Senyuman lebar mengiringi setiap langkah kaki Jongin saat membayangkan pasti Sehun akan senang akan oleh-oleh yang dibawanya kali ini, karena semenjak minggu lalu Sehun merengek meminta bubble tea, namun karena tak ingin terjadi apa-apa pada Sehun dan juga calon anaknya, Jongin membatasi konsumsi bubble tea Sehun. Lagi pula ia juga sudah meminta saran Dokter tentang langkah yang diambilnya, dan itu sesuai dengan anjuran dari Dokter Jung tentunya.
Langkah kaki Jongin terhenti saat matanya menatap seseorang yang terasa begitu familiar tengah berjalan tak jauh dari mobilnya terparkir.
Jongin membelalakan matanya lebar-lebar seolah apa yang dilihatnya kini adalah suatu hal yang mustahil menjadi kenyataan. Ia mempertegas penglihatannya, suasana tempat parkir yang tak terlalu terang membuat Jongin tak bisa melihat begitu jelas siapa orang tersebut, apalagi sesosok namja bertubuh tinggi itu menutupi sebagian tubuh orang yang ia rasa dikenalnya.
'Mungkin hanya perasaanku saja.' Jongin menggelengkan kepalanya. Menampik pikiran buruk yang tiba-tiba hinggap di kepala. Ia tak boleh negative thinking, Sehun sedang hamil saat ini, seharusnya ia bisa lebih mengendalikan diri untuk tidak terpancing pada hal-hal yang bisa membuat hubungannya dan Sehun dalam masalah.
.
—Unfaithful—
.
Jongin mondar-mandir di depan manshion nya. Ia begitu gelisah saat menyadari istrinya tidak ada di rumah. Bahkan ia belum mengganti pakaian kerjanya, ia sangat takut terjadi sesuatu pada Sehun, mengingat kini istrinya sedang pergi sendirian. Pak Jang sedang cuti hari ini dan Jongin sudah meminta ahjumma Song untuk mengawasi serta menemani istrinya. Namun saat ingin bertanya pada ahjumma Song tentang dimana Sehun berada, si empunya malah sedang terkunci di dalam kamar mandi. Ini semua pasti karena ulah istrinya, sejak dulu Sehun memang jahil namun ini sudah cukup kelewatan menurut Jongin.
Namun dari pada ingin memarahi Sehun saat pulang nanti, Jongin justru ingin memeluk Sehun seerat mungkin serta menasehati istrinya agar tidak kelayapan saat sedang hamil muda seperti ini. Demi apapun, usia kandungan Sehun masih empat minggu, itu adalah masa terawan bagi ibu—coret ayah—hamil seperti Sehun.
"Dimana kau, sayang?" ucapnya dengan suara putus asa. Ponsel Sehun bahkan tertinggal di kamarnya, bagaimana bisa istrinya begitu ceroboh? Dan sekarang Jongin tak tahu harus mulai mencari Sehun dari mana.
Begitu mendengar suara deru mesin mobil membuat Jongin terkesiap, mungkin saja jika itu adalah istrinya yang pulang. Jongin segera berlari dan membuka gerbang Manshion nya tak sabar. Dan benar saja, disana ia melihat istrinya yang membelakanginya melihat kepergian mobil yang sudah mengantarnya pulang ke rumah.
"Sehun!" Jongin berlari menghampiri Sehun, memeriksa tubuhnya dari ujung kepala hingga kaki—ia ingin memastikan jika Sehun baik-baik saja.
"Syukurlah tak ada yang kurang." Ucapnya lega. Sehun mengernyitkan dahinya. Kurang katanya? Memang Sehun itu barang?
"Dari mana saja kau, sayang?" Jongin memeluk Sehun erat. Perasaan lega tak mampu ia tutupi begitu melihat Sehun ternyata baik-baik saja.
Ia melepas pelukannya, menatap teduh kedalam mata onyx dihadapannya. Sebenarnya Jongin merasa ada sesuatu yang ganjil, ia seperti pernah melihat seseorang yang sama persis memakai pakaian yang dikenakan istrinya kini. Ah, ia baru ingat sekarang, di kedai bubble tea!
"Ak-aku dari rumah teman. Jonginie selalu pulang malam, jadi Sehun bosan."
Entah kenapa ada sesuatu yang janggal dengan sikap Sehun sekarang. Sehun berkeringat dan mengalihkan wajahnya saat menjawab pertanyaan darinya. Namun Jongin senang, setidaknya orang yang dilihatnya di kedai bubble tea tadi bukanlah Sehunnya.
"Kau baik-baik saja?" Jongin mengecek kening Sehun. Ia takut Sehun jatuh sakit. Dan hembusan nafas lega Jongin menjadi satu-satunya suara yang memecah keheningan.
Tak mendapat jawaban dari Sehun cukup membuat perasaan khawatir itu kembali hadir. Mungkin Sehun kelelahan saat ini. "Sebaiknya kita ke dalam. Aku akan menyuruh ahjumma menyiapkan air hangat untukmu." Jongin merangkul pinggang Sehun dan menuntunnya menuju manshion mereka berdua.
.
.
.
Waktu sudah memasuki pukul sebelas malam, tubuh Jongin sudah tak kuasa bertahan. Setelah membantu Sehun berganti baju, Jongin memijat kaki Sehun yang mengeluh pegal. Dengan senang hati Jonginpun melakukannya, dan dia baru berhenti saat melihat malaikatnya sudah terlelap. Jongin sendiri ingin segera menyusul Sehun ke alam mimpi, namun tanggung jawabnya sebagai seorang CEO KH Corporation membuatnya tak bisa begitu saja ditinggalkan. Setelah menyelimuti Sehun dan memberikan kecupan selamat malam, Jongin melangkah keluar menuju ruang kerja untuk menyelesaikan tugas kantor yang akan diperlukannya besok.
Jongin berkali-kali menguap lebar dengan mata sayu yang ingin sekali tertutup. Namun Jongin sekuat tenaga menahan kantuknya. Ia harus menyelesaikan tugas kantor secepatnya agar ia bisa menggambil free day untuk dihabiskan dengan Sehun. Ia ingin berjalan-jalan dengan istrinya seharian penuh, hal itulah yang selalu membuatnya tertidur larut malam dan terbangun saat matahari bahkan belum sepenuhnya keluar.
"Hoamm, kenapa mata ini tak mau bertoleransi sedikit saja?" Sungutnya kesal, namun ia membiarkan begitu saja kepalanya yang dengan perlahan terjatuh ke meja. Ini sudah batas dari kemampuannya. Bagaimanapun tubuhnya perlu istirahat dan jika demikian maka alam sadar Jongin pun tak bisa berbuat apa-apa.
"Yah, sayang setelah aku melahirkan nanti aku akan bercerai dan kita akan menikah."
Sayup-sayup ditengah ambang kesadarannya, Jongin mendengar suara seseorang yang sedang berbicara. Rasa penasaran seolah mengalahkan kantuknya, ia memaksa tubuhnya untuk bangun dan memeriksa darimana suara itu berasal. Ia takut jika ada pencuri yang masuk ke rumahnya, ia sama sekali tak mempermasalahkan jika pencuri itu menggambil isi manshion ataupun harta bendanya, ia hanya khawatir jika keberadaan pencuri tersebut mengganggu kenyamanan tidur istrinya.
Jongin mengambil sebuah tongkal golf untuk berjaga-jaga. Suara-suara itu semakin jelas saat Jongin mendekat ke arah kamarnya. Sungguh, siapapun yang ada disana, Jongin bersumpah akan membunuhnya jika berani menyakiti istri tercintanya.
Dengan langkah pelan dan degup jantung yang semakin kencang, Jongin meraih kenop pintu kamarnya, namun saat menyadari pergerakan dari kenop pintu yang bergerak, Jongin mengurungkan niatnya. Ia yakin siapapun orang yang ada di dalam kamarnya kini hendak keluar. Kedua tangan Jongin semakin kuat memegang tongkat golf dengan nafas tertahan.
"Iya Yeolli, setelah bercerai nanti kau bisa memilikiku sepenuhnya."
Suara itu semakin jelas terdengar membuat jantung Jongin berdetak semakin cepat. Pikiran rasionalnnya sebenarnya menampik siapapun orang yang ada di dalam karena pada dasarnya jika seorang pencuri yang datang, mana mungkin dia melakukan tindakan pencurian sambil berbincang layaknya orang kasmaran.
Bayangan hitam mulai terlihat saat pintu kamarnya terbuka perlahan, Jongin mengangkat tongkat golf yang ia pegang dan bersiap memukul orang tersebut saat keluar. Hingga ...
To Be Continued
.
Okay dear, I'm back. Do you miss me? Nggak ada ya? #pundung XD
Enjoy the story, ne ^^
Jalja, hoam~
May 14, 2015
