I'm Glad
Disclaimer:
Kagerou Project bukan milik saya, melainkan milik JIN dan kawan kawannya. Saya hanya membuat cerita menggunakan karakter karakter mereka dengan alur yang berbeda dengan yang aslinya.
Harap diperhatikan bahwa fanfic ini mengandung unsur angst dan tragedy, jika ada yang tidak kuat dalam membaca angst dan tragedy silahkan klik tombol berwarna merah di pojok kanan atas monitor kalian.
Tipe pengetikan saya kali ini terlalu banyak deskripsi dan terlalu melankolis, jadi maafkan saya yang terlalu terbawa suasana ketika mengetik fic ini, maaf bila hasilnya jadi aneh.
Untuk yang lainnya, silahkan membaca fanfic ini. Enjoy.
Pagi hari, seperti biasanya tidak ada yang spesial dari hari ke hari, namun terus saja matahari menerbitkan diri seperti biasanya, apakah matahari, bukan, bintang dan benda benda langit lainnya tidak lelah mengulang siklus yang sama setiap harinya? Sudah berapa lama mereka hidup di dunia ini? Sudah berapa tahun lamanya mereka terus menerus mengulang siklus yang sama?
Namun kita mengetahui bahwa kehendak Tuhan memang berbeda, dan yang berasal dari-Nya akan kembali pada-Nya juga. Sama seperti nyawa manusia.
Gagang pintu kamar rumah sakit itu diputar, menampakkan sosok seorang pemuda tampan dan jangkung yang tengah menunjukkan senyuman ramahnya. Tersenyum kearah ranjang rumah sakit berwarna putih—tidak, lebih tepatnya tersenyum pada orang yang menempati ranjang itu. "Selamat pagi, Shuuya." Sapa pemuda yang membawa buket bunga mawar berwarna merah itu sambil mendekati pemuda selain dirinya. Pemuda yang dipanggilnya Shuuya.
Kano Shuuya menutup buku tebal yang belum habis dibacanya dan kemudian membalas senyuman ramah pemuda tampan itu dengan cengiran khas yang dimilikinya. "Selamat pagi juga, Kousuke!" mendengar nama kecilnya dipanggil, pemuda bermarga 'Seto' ini pun segera meletakkan buket mawar itu diatas pangkuan sang Shuuya.
"Bunga mawar lagi?" Seto mengangguk mantap. "Ya ampun, sudah berapa kali aku katakan untuk tidak mengirimiku bunga mawar lagi, Kousuke? Lihatlah, sudah banyak sekali bunga mawar pemberianmu?" ujar Kano sembari menggeleng gelengkan kepalanya pelan.
Tertawa kecil, Seto pun membalas protesan Kano yang terdengar manis. "Tidak apa bukan? Ini bukti rasa cintaku kepadamu Shuuya.." mendengar hal itu, sang Shuuya tersipu malu. "Kau ini hanya bisa menggombal saja ya.." tukasnya, lalu dia memalingkan wajah pucatnya kearah jendela. Seto lagi lagi tertawa kecil.
"Maaf kalau aku hanya bisa menggombal saja.." ujar Seto dengan nada yang dibuat buat seperti orang yang merasa bersalah. "Hentikan itu, kau membuatku merasa aneh." Kano pun kembali membuka buku tebal yang sempat ditutupnya, daripada buku tebal, bisa dibilang juga Novel.
"Sedang membaca apa?" tangan kiri Kano meraih pembatas buku berwarna hijau untuk membatasi halaman yang akan dibacanya. "Mungkin sudah tidak usah dipertanyakan lagi, bukan? Aku sedang membaca novel." Seto terkekeh pelan. "Aku tahu kalau itu adalah sebuah novel, maksudku.. ceritanya tentang apa?" kini Kano mengangguk paham lalu menjelaskan.
"Novel ini tentang perjuangan seorang anak perempuan yang mengalami leukemia dan berusaha untuk bertahan hidup selama sisa waktu hidupnya.. pokoknya bagus, deh!" Kano menceritakan dengan antusias, sedangkan Seto dengan tatapan sedih memperhatikan Kano yang sedang bercerita.
"… Kousuke?" panggil Kano ketika disadarinya Seto tengah menatapnya dengan tatapan sedih, Seto segera tersadar dan menatap kearah Kano dengan senyuman simpul yang dimilikinya. "Hmm?" tanyanya dengan gumaman. Kini giliran Kano yang menatap sedih.
Sinar matahari pun semakin terik, hari semakin siang.
"Ada apa, Shuuya?" Seto yang melihat ekspresi wajah Kano pun semakin heran, apakah dia sudah melakukan suatu kesalahan? Oh lihatlah, mata Kano kini berkaca kaca. Seto segera menggenggam erat tangan kiri Kano.
"Kenapa kau menangis—"
"—Maaf," ujar Kano sembari menahan airmatanya, kemudian melanjutkan kata katanya yang sempat terpotong oleh isakan kecil. "Maaf aku sudah membuatmu repot setiap hari, Kousuke.. kau tidak suka kan?" Kano tersenyum tipis kearah sang pujaan hati dengan tatapan sendu, manik emas Kano terlihat bercahaya sekaligus berkaca kaca diterpa sinar matahari siang yang menembus lewat jandela kamar rumah sakit tersebut.
"Shuuya, jangan berkata seperti itu.. kau bercanda? Aku sama sekali tidak keberatan mengunjungimu setiap hari, justru aku sangat senang karena dapat melihatmu." Seto memperlonggar genggamannya pada tangan kiri Kano, tidak ingin membuatnya sakit karena infus masih tertancap pada tangannya itu. Melihat keadaan Kano yang lemah dan tak berdaya seperti ini sungguh membuat hatinya tak nyaman.
Ah, kemana Kano yang dulunya ceria dan ceroboh? "Dengarkan aku sebentar Kousuke.." wajah Seto terangkat untuk menatap Kano. Kano yang tersenyum kearahnya, senyuman yang sendu. "Waktuku didunia ini sudah tidak panjang loh, apakah kau tidak apa apa, menghabiskan waktu bersamaku yang sudah hampir sekarat ini?" senyuman sendu itu pun berubah menjadi pilu.
Seto menyadari kalau ucapan Kano barusan benar benar membuat hatinya terasa sangat sakit, seakan aka nada batu besar yang menghantam hati itu dengan kuat. Kemudian Seto pun membuka mulutnya, bermaksud untuk membalas ucapan lemah Kano.
"Aku tidak peduli, aku sama sekali tidak keberatan menghabiskan sisa waktu hidupku asalkan itu bersamamu. " Seto tergerak untuk memeluk sosok kurus dan pucat itu, Kano hanya dapat membalas pelukannya dengan lemah dan menambahkan beberapa tepukan pelan dikepala kekasihnya itu.
Matanya terpejam, tubuhnya melemah seiring waktu berjalan. "Kousuke, aku sangat mencintaimu.." Kano mengelus pelan surai hitam Seto dan merasakan rambut halus itu melewati sela sela jarinya, tangannya menyisir rambut Seto untuk pertama kalinya. Dan mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya.
Kano merasa mengantuk. Aneh sekali, padahal dia baru saja terbangun. "Aku bersyukur karena telah bertemu dengan orang baik dan perhatian sepertimu, aku sangat bersyukur karena kaulah orang pertama yang menjalin hubungan denganku selama 9 tahun ini, aku betul betul senang.. dan pada waktu kau melamarku, kau tahu aku pasti akan selalu berkata 'aku bersedia', namun waktuku hanya sebentar.. aku ingin kau menemukan kebahagiaan lain selain diriku.." perlahan Kano meneteskan airmatanya.
Seto mempererat pelukannya, mendengarkan Kano mengucapkan kalimat kalimat lemah itu membuatnya tidak dapat menahan airmatanya. "Sungguh, aku tidak tahu harus apa untuk membalas semua jasa jasa mu selama 12 tahun aku mengenalmu.." Kano melanjutkan lagi. "Dari pertama kita bertemu di SD.. SMP.. SMA.. bahkan sampai saat ini.. aku sama sekali belum bisa membalas semua kebaikanmu.." Kano terisak seiring mengucapkan kata kata itu.
"Dan kini malah aku sudah sekarat.. dan masih saja aku belum sempat membalas semua itu.." Seto melepaskan pelukannya dan menatap Kano yang juga menangis, lengan pakaian dibagian bahu kanannya agak basah karena airmata Kano. "Shuuya.. hentikan.. kau berkata seakan akan kau sudah mau pergi.." Seto memohon, namun Kano tetap tersenyum dan melanjutkan semua kata kata yang disimpannya dalam hati selama ini.
"Sejujurnya, aku tidak kuat.. kau tahu? Katika aku divonis terkena kanker otak stadium lanjut, aku tidak tahu harus apa.. aku tahu kalau waktuku sudah tidak banyak dan aku hanya ingin menghabiskan sisa waktu hidupku denganmu.. tapi beginilah yang terjadi pada akhirnya.." Kano menggeleng lemah, terbatuk kecil.
"Hentikan.. Shuuya, cukup.. hentikan semua ini.." Seto menutup kedua telinganya, tidak ingin mendengar lebih lanjut kata kata yang akan Kano ucapkan selanjutnya. Kano terkekeh pelan melihat tingkah kekasihnya.
"Kelakuanmu masih saja belum berubah ya.. aku sangat menyukainya.." Kano merubuhkan dirinya kebahu Seto. Seto kembali memeluk Kano, menangis. "Pada akhirnya, aku hanyalah hamba Tuhan yang lemah dan tak berdaya, selalu merepotkan orang lain.. tidak berguna.." tubuhnya melemah.
"Namun meski begitu, Tuhan telah memberikan orang yang dapat menopang segala kekuranganku.." sembari tersenyum, Kano membalas pelukan Seto dan mencium keningnya. "Kau, Kousuke Seto yang aku cintai seumur hidupku.. cinta pertama dan terakhirku.." menatap Seto sambil menangis, tentu bukan hal yang baik, yang ditatap pun merasakan kesedihan yang amat sangat.
"Aku tidak pernah berkata bahwa kau lemah dan tak berdaya, aku pun tak pernah merasa kalau kau merepotkan ataupun tak berguna.. aku selalu ada disini, selalu menopang semua kekuranganmu, dan bila pada saatnya tiba nanti.. aku harus merelakanmu pergi untuk selama lamanya, Shuuya.. aku akan sangat kesepian tanpamu.. aku sangat mencintaimu.. kenapa kau tak pernah bilang tentang penyakitmu padaku? Kalau saja kau ditangani lebih awal.. pasti kau masih dapat bersamaku.. menjadi satu keluarga yang bahagia.." tanpa Seto sadari, tubuh Kano sudah tidak dapat bertahan lebih lama lagi.
"Maafkan aku ya.. aku tidak pernah menolak lamaranmu pada saat itu.. aku hanya terdiam karena merasa terharu, kau masih mau setia denganku walau aku sangat menyebalkan.. namun aku tak bisa membuatmu sengsara dengan keadaanku yang begini.. jadi lebih baik begini saja, aku yakin ini jalan yang baik untuk kita berdua.." Kano melepas pelukannya, suhu tubuh yang hangat pun mendingin.
"Aku hanya ingin berpesan.. carilah orang lain yang lebih baik dariku.. dan tolong lupakanlah diriku.." perlahan tangan dingin Kano menggenggam tangan kanan Seto dan mengarahkannya ke perutnya sendiri. Seto tentu saja merasa kebingungan. Sedangkan Kano hanya tersenyum dengan pilu.
"Kau ingat hubungan terlarang kita 6 bulan yang lalu?" Seto membelalakkan matanya. "Jangan jangan kau—"
"—Aku hamil Kousuke, ini adalah anak kita." Seto tak dapat menahan tangis haru-nya lebih lama lagi, dia pun langsung memeluk tubuh rapuh itu dengan lembut. "Kenapa kau baru memberitahuku sekarang.. Shuuya.." Kano memejamkan matanya kembali lalu membukanya.
"Sebenarnya aku ingin merahasiakan hal ini darimu.. namun waktuku tinggal sebentar lagi, dan anak di dalam kandunganku pasti akan mati juga bila tidak mendapatkan asupan makanan dariku.. jadi aku berbicara dengan dokter dan dokter menyarankanku untuk menggunakan incubator untuk anak kita yang berusia 6 bulan ini.." Kano tersenyum senang, berkata dengan kalimat antusias.
"Ide bagus bukan?" Seto mengangguk semangat. Dan kemudian sedih kembali.
"Tapi, apa yang akan terjadi padamu?" ah iya. Kano tersenyum manis. "Tentu saja aku akan kembali ke rumah Bapa." Kano merebahkan dirinya diatas ranjang putih itu. Menatap Seto perlahan, memperhatikan wajah tampan yang memerah karena menangis itu.
"Aku sangat cinta padamu." Mengucapkan kalimat itu berulang kali.
"Aku sangat sayang padamu.. aku ingin menghabiskan waktuku bersamamu.." berulang kali dan berulang kali.
"Aku ingin kau.. melupakanku.. Kousuke.. carilah orang yang lebih baik.. dariku yang tak berguna.. ini." nafasnya terputus putus, Seto pun mulai khawatir dan memencet bel berwarna merah untuk memanggil dokter kedalam ruangan.
"Sayangilah dia.. dan anak kita.. a-ah, aku akan memperhatikan kalian semua.. dari atas sana.." tangan kecil Kano menggapai hapai untuk meraih lengan Seto, Seto segera menggenggap tangan Kano dengan erat.
"Tidak! Shuuya, tetaplah bersamaku.. jangan lakukan ini padaku!" Seto memohon, genggaman tangannya semakin erat, namun tubuh Kano semakin melemah.
"Aku percaya reinkarnasi.. dan aku percaya, suatu saat nanti.. kita akan bertemu dan bersama lagi.." Kano menggenggam balik tangan Seto, walau lemah.. dia tersenyum manis.
"Aku selalu mencintaimu, karena itu.. kau harus bisa melupakanku, Kousuke.." berkata demikian dan melepaskan genggamannya pada tangan Seto, tangannya terjatuh dengan lemah. Seto yang masih dalam suasana sedih pun hanya dapat mengalirkan airmatanya dengan deras.
"Selamat tidur panjang.. Shuuya, aku akan mengikuti permintaanmu.. aku akan mencoba melupakanmu walau tak mungkin.. aku akan merawat dan membesarkan anak kita, aku harap dia mirip denganmu.." alat pendeteksi detak jantung belum sepenuhnya menunjukkan tanda ketiadaan, Kano masih sempat tersenyum kearah Seto dan berbisik lirih.
"Aku akan selalu mencintaimu.."
PIIIIIIIPPPP—
6 tahun kemudian. Seto merasa dirinya kehilangan semangat hidup, yang bisa membangkitkan semangatnya hanyalah anaknya dan foto foto lama dirinya ketika bersama dengan Kano dulu. Kazahaya Seto, Seto menamai bayi itu segera setelah dokter membedahnya dari perut Kano dan langsung menyuruh para perawat untuk menempatkan bayi mungil yang masih dalam proses pertumbuhan ini kedalam incubator hangat.
Saat ini, Seto tengah berbelanja bahan makan malam disebuah mini market dekat rumahnya, karena tinggal berdua, bahan makanan yang dibelinya pun tak banyak. Setelah selesai memilih bahan makanan, dia segera menuju ke kasir, sambil melamun.
Tidak disangka, dia pun menabrak seseorang. "Ah, maaf—" Seto melihat orang yang ditabraknya dengan pandangan antara senang dan kaget.
"—Shuuya..?" orang yang ditabraknya pun bertanya. "Ya? Kenapa kau bisa tahu namaku?" Seto berusaha menahan diri untuk tidak memeluk laki laki berusia sekitar 14 tahun itu, dan mencari cari alasan.
"Maaf, aku salah orang.. namaku Kousuke Seto, salam kenal." Mengulurkan tangannya, orang yang dikenalnya sebagai Shuuya itu membalas uluran tangan Seto dan tersenyum manis.
"Panggil saja Shuuya! Salam kenal, Kousuke-san!"
"Aku lega, telah dapat menghabiskan sisa waktuku bersamamu, Kousuke."
OWARI
A/N: So yeah, sekali kali nebar angst gapapa kan?
Anggep aja hadiah buat sedih sedihan :3
Maaf kalo endingnya jadi gini, buntu ide ditengah tengah dan akhirnya jadi gaje.
Kenapa kok pake anak"an segala?
Entahlah, gue juga bingung, but in the end, Kano reinkarnasi kembali, how do you like that? /kedip
So, sampai jumpa di fic lainnya~
Mind to leave a review?
