Title : Pelangi

Genre : Family, Hurt/Comfort, Angst

Cast : Kyuhyun, and Eunhyuk

Disclaimer : Kehidupan mereka milik mereka, saya hanya meminjam nama dan tulisan ini murni pemikiran saya.

Warning : Many typos, gaje, tulisan berantakan, OOC, cerita pasaran, Don't Like Don't Read

Enjoy it…

Summary:

Apa dunia ini adil? / Hei siapa dia? Kenapa memandang begitu? Apa aku punya salah padanya? / "kyuhyunie,,,kamu mau kan tinggal bersama kami? / "Hyung, pelangi" gumamku.

. . . . .

Di sudut kota yang penuh dengan tingkat kriminalitas tinggi. Aku meringkuk menahan suhu dingin yang menembus kulitku. Juga membersihkan semua sisa darah di wajah dan tubuhku. Perih kurasakan pada perutku bukan pada lukaku. Menahan lapar dan dahaga. Seperti ditengah tanah tandus atau gurun pasir? Tanpa makanan dan minuman. Lapar, sangat lapar. Sudah berapa hari perutku ini tidak merasakan nasi? Bagaimana rasanya sekarang? Bahkan aku sudah lupa rasanya dilidahku. Haus, sangat haus. Air apapun akan ku minum, seperti air hujan ini. Yang tengah membasahi tubuhku. Tidak, tidak hanya tubuhku, tapi juga bumi ini.

Ahh,,,aku masih bisa bertahan hidup meski dengan air bukan? Aku bahkan sudah tidak berpikir tentang higienis atau bakteri yang ada di dalam air. Yang penting aku bisa bertahan hidup. Saat hidup di ambang kematian pun otak jenius ku ini tidak bisa berfungsi. Salahkan kelaparan yang mendera ku sehingga otak ku tidak mampu berpikir. Bukankah jika ingin berpikir membutuhkan energi? Dan energi di dapat dari makanan? Ahh apa peduliku lagi.

Salahkan para preman yang menghadang ku tadi, semua hasil kerja kerasku menjadi penyanyi jalanan habis tak tersisa. Apa mereka tidak bisa bekerja keras sendiri? Sehingga harus memalak hasil kerja orang lain? Apa dunia ini adil? Aku yang terbuang oleh appa ku di jalanan, harus putus sekolah dan bekerja sendiri untuk mencari makan. Aku yang belum mengerti apa itu dunia? Bagaimana kejamnya dunia ini pada setiap manusia. Bahkan dengan tubuh kecil dan ringkih ini aku tidak bisa melawan sekumpulan preman itu. Apa yang bisa dilakukan anak umur 10 tahun yang hidup di jalanan?

Bahkan wajahku yang babak belur ini saja aku tidak merasakannya lagi, perih, sakit. Tidak, rasanya sudah mati rasa. Baru genap dua minggu aku hidup di jalanan yang keras ini, maka dua minggu pula perut ku belum menyentuh makanan. Karena aku orang baru, smua hasil mengamen ku di rampas oleh mereka yang katanya adalah 'pajak jalanan'.

Ahh aku hanya seorang anak kecil mana tahu hal-hal seperti itu. Yang aku tahu hanya memanfaatkan suara merdu ku untuk menghibur para pengguna jalan dan setelah itu mereka memberikanku uang. Simpel bukan? Itulah apa yang dipikirkan oleh ku, anak kecil seperti aku.

Matahari semakin tenggelam di peraduannya, aku harus kembali. Mencari emperan toko yang sudah tutup untuk meneduh disana. Malam ini tidak ada makanan lagi. Aku harus bangkit. Apa aku harus pindah mencari tempat yang lain? Baiklah, mulai besok aku akan memulai berkelana, mencari kehidupan yang lebih baik untuk ku.

Baju ku basah dan kuyup, aku harus menggantinya agar aku tidak sakit dan tidak bisa bekerja. Kaki kecilku melangkah menuju tempat pembuangan sampah tekstil. Kain-kain yang tidak terpakai, produk baju yang gagal dibuat. Disinilah tempat ku mendapatkan kebutuhan sandang. Aku mencari ahh tidak, mungkin lebih tepatnya mengais kain sisa yang layak dipakai.

Beruntung sekali tempat pembuangan sampah ini memiliki atap. Sehingga semua kain-kain ini tidak basah oleh guyuran air hujan. Mungkin jika aku sukses nanti aku harus berterima kasih pada pemilik pabrik ini. Karena membuang semua produk gagal miliknya yang bisa aku pakai dan pada atap ini juga.

Pagi yang cerah dan indah, setelah semalaman di guyur hujan. Wah pelangi, indah sekali, terima kasih Tuhan, kamu masih memberikan keindahan warna pelangi sehingga bisa kunikmati dan menemaniku yang akan memulai hariku ini. Ya, aku akan melangkah pergi dari sini, meninggalkan kota ini. Meninggalkan segala kenangan kelam disini, meski hanya dua minggu aku hidup disini. Kemana aku akan pergi? Aku tidak tau, dan belum tahu. Biarkan kaki kecil ku ini yang akan memimpin perjalanan ini.

Langkah kakiku terseret-seret kelelahan, sudah setengah hari aku berjalan dan baru sampai perbatasan kota. Aku membenarkan tas kecilku yang tersampir di bahu, apa isinya? Tentu baju-baju bekas yang kutemui di permbuangan sampah. Aku memutuskan untuk duduk di emperan jalan, dan menjadi pusat perhatian banyak orang. Sungguh risih, apa yang salah dengan diriku? Kenapa mereka memandang ku seperti itu? Seorang anak remaja memandangku penuh minat. Hei siapa dia? Kenapa memandang begitu? Apa aku punya salah padanya?

"Hey adik kecil, siapa namamu?" ucap anak remaja itu menghampiriku. Aku terdiam, bingung, baru sekali ini ada orang yang ramah menyapa ku. Biasanya aku akan mendengar banyak ejekan untukku. "Hey!" sapa dia kembali. Aku tersentak kaget "Kyuhyun, Cho Kyuhyun" jawabku.

"Wah nama yang bagus, aku Eunhyuk, salam kenal" ucapnya sambil menjulurkan tangan juga senyumnya yang sangat lebar. Aku menyambutnya dan masih terdiam, dia hanya terus menatapku tertarik dan tetap tidak melepas genggaman tanganya dariku. Aku mulai risih, hey aku takut pada orang yang baru aku kenal, apalagi dia menatapku seakan sangat tertarik padaku, bukankah hal yang wajar jika aku takut.

"Berapa umurmu?"

"Sepuluh."

"Wah aku tiga tahun lebih tua dari mu, jadi kamu harus panggil aku hyung."

"ya hyung"

"Aihhh,,,imut sekali, sungguh menggemaskan dirimu" dan dia mencubit kedua pipiku, sebal sekali rasanya, "appoo hyung, jangan menyentuhku lagi" ucapanku membuatnya kaget. "maaf, jangan marah ya" ditambah ekspresi memelas darinya. Aku hanya menggembungkan pipiku kesal seperti yang biasa kulakukan, dan itu mungkin membuatnya gemas kembali padaku, karena kulihat dia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menahan diri untuk tidak mencubit ku lagi.

"Mana appa dan eomma mu, kyu?" aku terdiam tidak mampu menjawab apapun. Dan dia juga terdiam, sepertinya dia tahu tanpa perlu aku menjawabnya.

"Hyukie-ah" seorang wanita paruh baya menghampiri kami. "Apa yang kamu lakukan disini sayang? Eomma mencarimu dari tadi. Ayo kita pulang, appa menunggu kita di restoran itu." Sambil menunjuk salah satu restoran.

Aku menelan ludah, rasa lapar ku tiba-tiba muncul entah dari mana. "Eomma, aku ingin mengambilnya, boleh ya aku bawa pulang untuk menemaniku, dan meramaikan rumah kita eomma, ya eomma?",

"Hyukie sayang, dia bukan hewan yang bisa kamu ambil dari jalanan, dia manusia yang bisa berpikir dan merasa, lagipula bagaimana nanti orang tuanya mencari dia? Mungkin dia tersesat jadi terpisah dari orang tuanya." Jawab wanita itu sambil mengelus surai hitam anaknya.

"Tidak eomma, dia hanya sendirian, eomma tidak lihat? Dia mungkin yatim piatu eomma, kan kasihan dia hidup di jalanan sendiri dan masih kecil begini." Aku hanya terdiam mengamati interaksi orang tua dan anaknya ini, aku sedang tidak bisa berpikir, sungguh. Kelaparan selama dua minggu membuat otak ku benar-benar tidak berfungsi.

"Sepertinya kau lapar? Bagaimana kalau makan siang bersama kami? Kamu pasti belum makan kan? Wajahmu sangat pucat, penuh dengan luka dan tubuhmu kurus begitu. Ayo ikut ahjumma dan hyukie ke restoran disana ya, jangan takut, kami tidak akan menyakitimu" Ahjumma itu mengatakannya sambil tersenyum lembut dan menarik pelan tanganku. Aku sama sekali tidak bisa menolak karena kehabisan tenaga. Dan Hyukie hyung hanya tersenyum lebar melihatku berjalan bersamanya juga mengandeng tanganku sarunya lagi.

Sesampainya di dalam restoran aku bertemu dengan lelaki paruh baya yang tampan tengah meminum kopi dan tersenyum padaku, "Yeobo, siapa anak manis ini?", Hyukie hyung yang menjawab dengan semangat "Dia adikku appa, manis dan imut bukan." Dan itu berhasil membuat shock ahjussi yang duduk,"Mwo?"

"Bukan, bukan, dia anak kecil yang ditemui hyukie di jalan yeobo. Entah kenapa hyukie bilang katanya ingin membawanya pulang." Ahjussi tersebut menarik tanganku untuk duduk di sampingnya sambil tersenyum, "Makanlah dulu ya nak, kamu pasti lapar. Ini sudah ahjussi pesankan banyak makanan."

Aku terkesiap kaget, mataku terpesona menyaksikan begitu banyak makanan lezat terhampar di depanku. Ahjumma yang cantik tesebut mengambilkan nasi untukku, juga mengambilkan banyak lauk di piringku, dan mataku tetap menatap semua itu dengan terpesona dan tidak menyadari jika hyukie hyung dan ahjussi tersenyum geli menatapku.

Aku makan dengan lahapnya, mungkin sangat rakus, tidak peduli jika ini sangat memalukan. Ahh apa peduliku, yang penting aku makan dengan kenyang juga gratis. Itu yang terpenting. Ahjussi yang tampan di sebelahku memanggil pelayan dan memesan banyak makanan lagi. Aku tidak menyangka, jika hyukie hyung punya selera makan yang sangat besar, dia juga keliatan rakus seperti tidak pernah makan, dan tidak mau kalah denganku. Padahal kan tidak mungkin jika dia tidak pernah makan selama dua minggu sepertiku bukan.

"Hey kyu, kenapa sayurannya tidak dimakan? Itu bagus untuk kulit mu agar tidak pucat lagi. Jangan menyisihkan makanan kyu." Aku mendengus dan tidak menjawab tapi tetap menyingkirkan sayuran itu ke pinggir piringku. "Sudah, sudah, biarkan kyu makan dengan tenang hyukie." Yes, ahjumma membelaku, hahaha, aku tertawa dalam hati.

Setelah selesai makan dengan kenyang, ahjussi menanyakan asal-usulku. Sedangkan ahjumma mulai merawat luka-lukaku. Aku yang masih polos menjawab semua dengan jujur. Anggap saja sebagai bayaran semua makanan ini, maka aku akan jujur. Aku memulai ceritaku. Bagaimana appa ku mengajakku jalan-jalan, jauh dari tempat tinggalku. Lalu setelah kami turun bis, dan berjalan di kota ini, tiba-tiba appa sudah tidak di sampingku lagi, aku yang tertarik dengan toko mainan, melepas peganganku dari appa. Lalu saat ku cari kembali appa sudah tidak ada, dan aku hanya menemukan kertas di kantung celana ku, surat dari appa yang mengatakan semoga aku bisa bertahan hidup sendiri, dan bagaimana appa sudah tidak mampu lagi mengurus ku sendirian.

Dari dulu appa memang ingin membuangku. Katanya aku adalah penyebab dari meninggalnya eomma ku saat melahirkanku. Appa yang sering berjudi dan mabuk-mabukan hanya sering pulang untuk memarahiku dan mengurungku di kamar. Appa tidak pernah membiarkanku mempunyai teman atau mengenal dunia luar, aku hanya tahu lingkungan sekolah, setelah pulang maka aku akan dikurung di kamar. Beruntung dengan otak jenius ku, sehingga aku bisa mendapatkan beasiswa penuh.

Aku tahu jika tiap malam selalu ada orang-orang menyeramkan yang memukul appa ku, katanya menagih hutang, dan menanyakan kebaradaanku yang katanya bisa dijual. Tapi appa menolak, dia melindungi ku dari orang-orang menyeramkan itu. Mungkin itu sebabnya appa terus mengurungku di rumah dan tidak membiarkanku keluar selain ke sekolah, kata appa agar aku tidak diculik oleh preman itu. Bukan kah appa menyayangiku? Tapi kenapa appa membuangku? Membiarkanku sendirian untuk mengenal dunia luar, dunia yang tidak ku kenal dan ku ketahui sama sekali, sungguh tega bukan?

Hyukie hyung dan ahjumma yang cantik meteskan air mata mendengar ceritaku, dan tambah terisak saat aku menceritakan bagaimana kisahku di jalanan selama dua minggu ini. Ahjussi hanya terus mengelus rambut cokelat caramel milikku dan tersenyum dengan lembut, seraya menguatkanku. Aku hanya terdiam dan menutup mataku, merasakan kelembutan belaian seorang appa yang tidak pernah kudapat. Sungguh nyaman, dan ini membuat ku tersenyum.

"Yeobo, bolehkah kita merawat kyuhyun kecil? Aku ingin sekali menjaga dan mengurusnya yeobo."

"Tentu boleh, asal kyuhyun kecil juga ingin tinggal bersama kita."

"Kyuhyunie,,,kamu mau kan tinggal bersama kami? Aku akan menjadi hyung yang baik untukmu, juga menjagamu dari orang-orang yang mengganggumu. Tidak akan ada yang menyakitimu lagi, hyung jamin kyu." Hyukie hyung tersenyum lebar sambil mengusap sisa air mata di wajahnya.

Aku mengangguk mengiyakan, mungkin ini jalan dan takdir Tuhan untukku. Sehingga aku bisa melanjutkan hidupku yang suram ini. Ahjussi memelukku dengan erat dan aku membalasnya, merasakan aroma seorang appa juga kasih sayang yang ahjussi berikan dengan tulus.

"Kamu bisa menganggap ahjussi sebagai appamu juga ahjumma sebagai eomma mu. Tapi tak apa jika kamu tidak mau kyu, ahjussi tidak akan memaksa."

"Appa, eomma, hyung, kyuhyunie sekarang punya keluarga lagi, yang utuh, terima kasih hiks, terima kasih." Jawabku sambil mulai menangis.

"Kita pulang sekarang ya." Jawab appa baru ku sambil menggendong ku dan aku hanya menyandarkan kepalaku di bahunya, nyaman, sangat nyaman.

.

.

.

Saat di mobil, aku tertidur dengan sangat pulas, mungkin karena kekenyangan. Aku tidak tahu berapa lama perjalanan, karena bagiku sangat lama. Setelah kami sampai, masih ada tetesan air hujan yang menyambut kedatangan kami. Aku menggeliat pelan, kurasakan tangan hyukie hyung membelaiku dan berbisik jika kami sudah hampir sampai.

Saat aku turun, ku dongakan kepalaku ke atas, rumah yang cantik, hanya dua tingkat tapi minimalis dan hangat serta di padu cat berwarna biru langit juga kuning cerah. Rumah yang nyaman bukan. Aku tengok ke atas kembali dan tersenyum lebar. Pelangi, lagi-lagi aku melihat pelangi yang berdiri kokoh diatas rumah ini dan menambah kesan cantik. Keluarga Lee terdiam melihat ku yang tengah tersenyum dan ikut mendongak ke atas.

"Wahhh pelangi, lihat kyuhyunie itu pelangi, cantik sekali. Bagaimana bisa ada di atas rumah kita eomma, warnanya benar-benar indah." Seru hyukie hyung dengan antusias. Eomma dan appa hanya tersenyum lembut dan mengatakan "Ini penyambutan yang baik untuk Kyuhyunie di rumah kita, kamu senang kyuhyun-ah?" Tanya appa baruku, dan aku hanya mengangguk cepat.

Pelangi, lagi-lagi pelangi yang menjadi temanku juga saksi bagiku untuk mengawali setiap awal kehidupanku. Aku melangkah masuk ke dalam rumah mengikuti keluarga baruku. Mulai saat ini nama ku adalah Lee Kyuhyun, dan aku akan membuang jauh-jauh semua masa lalu kelamku.

.

.

.

Tujuh tahun kemudian

Hujan membasahi bumi ini kembali. Aku berdiri diam tanpa tahu harus berbuat apa, air mataku terus mengalir berjatuhan ke tanah basah tempat ku berdiri. Telingaku berdenging mendengar raungan tangisan dari hyung kesayanganku. Aku hanya menatapnya kosong. Hyukie hyung tetap menangis sambil memeluk sebuah nisan bernama Kim Nana, eomma ku, eomma kami, eomma yang selama tujuh tahun ini melimpahkan banyak kasih sayang yang belum pernah kurasakan.

Eomma yang selalu menemani ku tidur saat mimpi burukku datang. Eomma yang slalu menyiapkan makanan di rumah. Eomma yang sangat pengertian dan memanjakanku. Eomma yang mengajarkan arti kehidupan padaku. Eomma yang akan khawatir dan menangis terisak jika melihatku sakit. Eomma yang degan sabara akan menjadi penengah jika aku mulai bertengar dengan hyukie hyung, juga akan tersenyum manis melihat semua kejahilanku.

Eomma, eomma, aku tidak bisa menyebutkan satu persatu. Rasanya sesak sekali. Beginikah rasanya kehilangan? Beginikah rasanya ditinggalkan? Saat dulu aku di tinggalkan oleh appa kandungku, rasanya tidak sesakit ini.

Ku tolehkan kepalaku ke kanan, kulihat appa Lee hanya duduk bersimpuh, aku tidak dapat melihat air matanya karena guyuran air hujan yang deras ini. Tapi aku tahu appa pasti menangis. Karena appa hanya menyebut nama istrinya berulang kali tanpa suara. Ini tragedi yang mengerikan. Karena eomma menjadi salah satu korban pembunuhan, ya pembunuhan yang sadis oleh salah satu perampok saat eomma sedang berkunjung ke Bank untuk menabung. Eomma menjadi korban penembakan, karena para perampok tuh menjadikan eomma sandera utama, sungguh malang nasib eommaku. Dia berdiri di posisi yang salah saat perampok itu mulai masuk ke dalam Bank.

Aku bergerak maju untuk memeluk hyung kesayangan ku dari belakang, untuk meyakinkan dia kalo dia tidak sendiri. Kalo dia bisa berbagi dengan ku. Karena mereka sudah ku anggap seperti keluargaku. Mereka adalah orang-orang yang kusayangi, melebihi hidupku sendiri. Dan aku berani bersumpah akan melakukan apapun untuk membahagiakan mereka. Bahkan jika hidupku yang harus ku pertaruhkan untuk membuat mereka tersenyum lagi.

"Kyuhyun-ah, mulai sekarang jika kamu bermimpi buruk panggil hyung ne? hyung yang sekarang akan menjagamu dan menemanimu tidur. Hyung juga yang akan membangunkanmu di pagi hari. Jadi kyuhyunie gak akan sendirian ne. hyung akan selalu ada di samping kyuhyunie."

Tidak, ini salah, seharusnya akulah yang mengatakan itu hyung, bukan hyukie hyung. Aku hanya terdiam sambil menangis, dan hyukie hyung juga terdiam dengan air mata yang tidak berhenti mengalir. Appa mendekati kami dan memeluk kami berdua sangat erat.

"Appa lah yang akan menjaga dan melindungi kalian mulai sekarang, jadi kalian tidak perlu khawatir. Kalian cukup belajar yang rajin dan menggapai smua impian kalian, seperti keinginan terakhir eomma, arraseo?"

Kami berdua terdiam dan merenungkan kata-kata appa barusan. Tiba-tiba hujan deras berganti gerimis dan berhenti sama sekali. Menyisakan tanah yang basah juga tetesan air hujan pada daun pepohonan. Aku slalu suka hujan, karena setelah hujan aku bisa melihat pelangi. Yang menjadi motivasi dalam hidupku. Aku mulai mendongakan kepala dan kulihat pelangi mulai terbentuk, dengan warna yang cantik. Entah mengapa aku bisa melihat eomma tersenyum disana. Apa eomma senang? karena di hari pemakamannya eomma ku di temani oleh pelangi yang cantik.

"Hyung, pelangi" gumamku. "Eomma di temani oleh pelangi hyung, eomma tidak akan kesepian disana."

Hyukie hyung dan appa mulai melihat ke langit dan mulai tersenyum, sepertinya mereka juga memiliki pemikiran yang sama denganku.

.

.

.

Lima bulan telah berlalu sejak kematian eomma, awalnya sungguh sulit. Selama sebulan kami terus berkabung dan tidak tahu harus bersikap bagaimana. Tapi mulai saat itu kami bangkit dan berubah. Kami kembali ke kehidupan kami yang dulu meski tak sama. Aku berjalan kaki sepulang sekolah untuk pulang ke rumah. Aku sedang malas menaiki bis. Aku hanya ingin menikmati perjalananku juga lagipula aku yakin rumah masih sepi. Hyukie hyung masih di kampus dan appa masih di kantor.

Tiba-tiba langkah kaki ku terganggu karena badan ku tak sengaja di tabrak oleh seorang ahjussi. Aku terkaget dan membantunya berdiri sedangkan dia meminta maaf pada ku. Aku terkesiap sungguh saat ku lihat wajahnya. Wajah yang telah lama tidak kujumpai. Wajah yang samar mungkin telah kulupakan. Wajah yang dulu begitu ku benci. Dia mulai membalikkan tubuhnya menjauh dariku. Aku terdiam tidak tahu harus berbuat apa.

.

.

.

To Be Continued

Akhirnya selesai juga, FF ini cuma two shoot, dan sebenarnya FF ini sudah saya selesaikan. Karena saya masih baru di FFN ini, jadai saya cum mau lihat seberapa banyak respon para readers, jika banyak yang baca, mungkin akan saya update secepatnya. Tolong kritik dan saran buat newbie ini, terima kasih.