CHAPTER 1
YOU'RE MY IDOL AND I'M YOUR PARTNER
Pairing : Levi x Eren
Rate : T (Mungkin akan menjadi M)
Warning : AU, OOC, OOT, GaJe hahaha :P, Alur ga beraturan [lompat-lompat], Typo & Typo(s) bertebaran dimana-mana
Disclaimer : Shingeki no Kyojin © Hajime Isyama
Wings of Freedom adalah sebuah boy band terkenal dari Tokyo yang terdiri dari Levi Ackerman (Leader), Armin Arlet, Jean Kirstein, Berthold Hoover. Selain memiliki suara emas, mereka juga memiliki IQ yang tinggi *minus Jean*. Terlebih lagi dengan Levi yang memiliki IQ diatas rata-rata semua nilai dalam mata pelajarannya mendapat nilai sempurna.
Eren Jeager seorang pemuda bersurai eboni yang merupakan seorang yatim piatu. Tinggal di Tokyo seorang diri tidak mempunyai orang tua dan hanya anak tunggal. Dengan bekerja sampingan di cafe, dia dapat menghidupi dirinya juga membeli keperluan sendiri, seperti sekarang dia sudah bisa membeli sebuah motor Y*ma*a R1 hasil tabungannya dari SMP. Dan dia juga fans berat dari Freedom Wings. Eren memiliki suara yang bagus. Namun tak ada yang tahu hanya dia dan Tuhan yang tahu tentang ini semua.
Sesampainya di sekolah barunya, Eren melihat ada keributan di lapangan parkir. Saat Eren hendak memarkirkan motornya, Eren melihat ada Levi dan anggota Freedom of Wings yang lainnya sedang berjalan masuk ke gedung kampus. Eren membatu melihat Armin tersenyum kepadanya. Eren kembali kedalam kesadarannya saat ada seorang lelaki bernama Marco Bott memanggilnya.
Eren dan Marco berjalan menuju ruang kepala sekolah. Eren mengetuk pintu dan masuk kedalam saat ada suara yang menyuruhnya masuk. Dia melihat pria dengan badan tegap berambut kuning sedang duduk.
"Selamat pagi, Sir. Saya Eren Jeager."
"Ah.. Jadi kau yang bernama Eren? Selamat datang di SMA Shinganshina. Saya Erwin Smith Kepala Sekolah di sekolah ini." Eren hanya mengangguk dan Erwin tersenyum dengan sikap sopan santunnya Eren. "Dan untuk kelasmu, Aku sudah menentukannya. Kau akan masuk ke kelas 2-1. Dan wali kelasmu bernama Hanji Zoe." Dan sekali lagi Eren hanya mengangguk.
"Baiklah, Si-" Kalimat Eren terpotong dengan datangnya seorang perempuan (?) berambut coklat dengan kacamata.
"Erwin mana murid manis baruku..." Teriak wanita itu.
"Apa yang kukatakan tentang mengetuk pintu sebelum masuk, Hanji." Protes Erwin yang hanya dijawab dengan senyuman. Hanji yang melihat Eren langsung memeluknya dari belakang.
"Jadi.. Apa kau yang bernama Eren?" Tanya Hanji. Eren hanya mengangguk. "Kalau begitu aku akan menjadi wali kelasmu. Ayo segera ke kelasmu." Hanji menarik tangan Eren dan meninggalkan ruangan Erwin.
.
.
.
YOU'RE MY IDOL AND I'M YOUR PARTNER
.
.
.
"Ayo semuanya duduk yang rapi." Perintah Hanji. "Kita kedatangan murid baru." Jelas Hanji dan memberi kode pada Eren untuk memasuki kelas. Eren berjalan masuk dan betapa kagetnya disana ada seluruh anggota Wings of Freedom. "Ayo perkenalkan dirimu."
"Na-nama saya E-Eren Jeager. Salam kenal s-semuanya."
"Baiklah Eren. Kau duduk di-" Hanji memotong kata-katanya. "Sudah berapa kali kukatakan padamu untuk tidak meletakan kakimu dikursi milik orang lain, Kirstein." Ingat Hanji yang dihadiahi dengan ketawa satu kelas *minus Levi*. "Kau duduk di depannya Levi. Levi angkat tanganmu."
Baru Eren akan menoleh terdengar suara cempreng Jean yang mengintrupsi.
"Untuk apa Miss.. Levi sudah terkenal buat apa menyuruhnya angkat tangan. Anak itu juga pasti tahu siapa kami." Mendengarnya Hanji dan Eren hanya membuang hapas.
'Bisakah aku menghajarnya' Batin Eren.
"Baiklah Eren duduk dikursimu. Dan buka buku kimia kalian." Eren pun berjalan ketempat duduknya. Dan memulai pelajarannya dengan tenang. Hari ini merupakan hari yang berat. Ya, pelajaran hari ini adalah Matematika, Kimia, Seni Musik, dan Sastra Jepang.
Sakarang Eren tahu Miss Hanji yang merupakan wali kelasnya adalah guru Kimianya. Dan Sir Erwin adalah guru Matematika Eren. Sejarah Jepang diajarkan oleh Sir Mike.
Marco yang satu kelas dengan Eren langsung mengajak Eren untuk keruang musik. Dan betapa terkejutnya Eren saat mengetahui yang mengajarkan seni musik adalah seorang wanita berusia 22 tahun yang sudah dianggap kakak oleh Eren.
"Mikasa-nee" Panggil Eren sambil memeluk kakaknya itu.
"Eren.." Mikasa langsung mendekap Eren. "Aku tidak percaya kau ada disini. Bagaimana caranya kau bisa pergi dari Jerman?"
"Hehehe.. Aku punya caraku sendiri nee-san." Jawab Eren sambil tertawa kepada gadis yang sudah dianggap kakaknya itu. Mikasa hanya tersenyum melihat adik angkatnya itu tersenyum lagi.
Seluruh murid hanya terdiam melihat Eren memeluk guru paling ditakuti di SMA Shinganshina ini, terutama Jean yang menahan amarahnya saat mengetahui kekasihnya dipeluk oleh lelaki lain. Ya, Mikasa Ackerman adalah guru musik dan juga orang yang mengajarkan Eren bernyanyi sampai suara Eren sebagus ini.
"Sepertinya Jean mendapat saingan baru." Goda Berthold. Seluruh kelas tertawa *minus Levi yang tetap dengan wajah datarnya*.
"Baiklah semua sekarang kita akan latihan bernyanyi dan memainkan alat musik. Kalian bisa memakai Gitar, atau Piano." Jelas Mikasa. Eren hanya bisa terdiam. Dia tidak mau bernyanyi didepan banyak orang seperti ini.
"Nee-san, aku tidak mau jika bernyanyi." Bisik Eren yang tidak disengaja terdengar oleh Levi.
"Tapi suaramu bagus Eren. Dan tolong panggil aku Sensei atau Miss, Eren. Tenang saja tidak akan ada yang berani menertawakanmu." Kalimat Mikasa sukses membuat Eren bungkam dan kembali ke tempatnya disebelah Marco. Marco melihat ada kecemasan diwajah Eren. Marco bertanya ada apa tetapi Eren hanya menggeleng.
"Baik yang pertama dari Levi."
Levi maju kedepan dan memilih Piano. Levi menarik napas panjang dan mulai memainkan Pianonya dan bernyanyi.
Ima sugu aitai motto koe ga kikitai
Konna nimo kimi dake omotteru noni
Fuan de shikatanai nando mo kikitai
Nee hontou ni suki na no?
I'm just crying because of you
(Hey let's go!)
Motto ai no kotoba o
Kikasete yo watashi dake ni
Aimai na SERIFU ja mou tarinai kara
Motto kimi no kokoro no naka ni itai yo
Donna toki demo hanasanaide
oh dare to iru no? doko ni iru no?
Henjinai mama ja nemurenai yo
MAIL mo denwa mo "aitai" mo
Itsumo zenbu watashi kara de
Just call me back again
Hontou wa tada onaji kimochi de itai dake na no ni
Demo hitorikiri karamawari shitete BAKA mitai
Sonna ki ga shite
Motto ai no kotoba o
Kikasete yo watashi dake ni
Aimai na SERIFU ja mou tarinai kara
Motto kimi no kokoro no naka ni itai yo
Donna toki demo hanasanaide
Hon no sukoshi dake de ii kara
Tashikametai Feelings
Moshi kidzukanai furi nara Give me a sign
Shiranasugiru yo My heart
Motto hoshii yo Your love
Ima sugu ni ai ni kite
oh kyou mo aenai no? itsu aeru no?
Itsumo tomodachi bakkari de
Emoji hitotsu mo nai
Sokkenai henji shika todokanakute
Just call me back again
Doushite kimi wa watashi nashi de heiki de irareru no?
Nee kono mama ja SAYONARA shita hou ga MASHI janai?
Sonna ki ga shite
Ima sugu aitai motto koe ga kikitai
Konna nimo kimi dake omotteru noni
Kono mama Say good bye nante dekiru wakenai
Hontou kuyashii kedo
I just wanna say "love you"
(Hey let's go!)
Motto ai no kotoba o
Kikasete yo watashi dake ni
Aimai na SERIFU ja mou tarinai kara
Motto kimi no kokoro no naka ni itai yo
Donna toki demo hanasanaide
Motto chikaku ni kanjitai
Tsunagatte itai Feeling
Moshi hitotsu dake negai ga kanau nara
Hanasanaide yo My heart
Motto motto hoshii Your love
Ima sugu ni dakishimete
Motto ai no kotoba o
Kikasete yo watashi dake ni
Aimai na SERIFU ja mou tarinai kara
Motto kimi no kokoro no naka ni itai yo
Donna toki demo hanasanaide
Eren yang melihatnya langsung terkisap. Siapa sangka Levi orang yang sangat diidolakan dan dikaguminya berada disekolah yang sama dan sedang bernyanyi. Lamunannya pecah saat Marco menyikut Eren.
"Eren kau selanjutnya." Eren hanya mengangguk dan memilih Piano. Mikasa menyarankan bermain Gitar. Tapi Eren menolak dengan alasan sangat sulit bernyanyi dengan Gitar. Armin dan Berthold yang duduk di barisan depan mengangguk setuju dengan perkataan Eren. Eren mulai memainkan Intro di pianonya dan Mikasa terpaku melihat keahlian Eren. Bukan hanya Mikasa saja yang terpaku, melainkan seluruh murid dalam ruang musik tersebut. Bahkan Levi yang tergolong acuh pun terkejut akan permainan Eren.
daitan-futeki ni HAIKARA kakumei
rairai-rakuraku hansen kokka
hinomaru-jirushi no nirinsha korogashi
akuryou-taisan AI-SHII-BII-EMU
kanjousen o hashirinukete touhon-seisou nan no sono
shounen shoujo sengoku-musou ukiyo no manima ni
SENBONZAKURA YORU NI MAGIRE KIMI NO KOE MO TODOKANAI YO
koko wa utage hagane no ori sono dantoudai de mioroshite
SANZEN-SEKAI TOKOYO NO YAMI NAGEKU UTA MO KIKOENAI YO
seiran no sora haruka kanata sono kousenjuu de uchinuite
hyakusen-renma no mitame wa shoukou
ittari-kitari no oiran douchuu
AITSU mo KOITSU mo minna de atsumare
seija no koushin wan tsuu san shi
zenjoumon o kugurinukete anraku-joudo yakubarai
kitto saigo wa daidan'en hakushu no aima ni
SENBONZAKURA YORU NI MAGIRE KIMI NO KOE MO TODOKANAI YO
koko wa utage hagane no ori sono dantoudai de mioroshite
SANZEN-SEKAI TOKOYO NO YAMI NAGEKU UTA MO KIKOENAI YO
kibou no uta haruka kanata sono senkoudan o uchiagero
kanjousen o hashirinukete touhon-seisou nan no sono
shounen shoujo sengoku-musou ukiyo no manima ni
SENBONZAKURA YORU NI MAGIRE KIMI NO KOE MO TODOKANAI YO
koko wa utage hagane no ori sono dantoudai o tobiorite
SENBONZAKURA YORU NI MAGIRE kimi ga utai boku wa odoru
koko wa utage hagane no ori saa kousenjuu o uchimakure
Eren menyelesaikan permainannya. Semua anak didalam ruang musik terdiam. Bukan karena penampilan Eren yang jelek. Tapi mereka kagum akan suara dan permainan piano Eren yang menyaingi Levi. Eren menoleh ke teman-temannya dan dia melihat Armin tersenyum dan bertepuk tangan dan dia melihat Mikasa sedang terbengong melihat Eren. Sekali lagi Levi terpaku mendengar suara dan melihat permainan Eren tadi.
'Bagaimana dia bisa tahu lagu itu?' Batin Levi.
"Bukannya itu lagu solomu yang belum diliris itu?" Tanya Berthold ke Levi. Levi hanya mengangguk dan memperhatikan Eren lagi.
"Akhirnya aku menemukannya." Gumam Levi.
"Eren.. Kau belajar darimana?" Tanya Mikasa. Eren hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Etto.. Saat di Jerman aku bekerja paruh waktu di toko musik dekat rumah. Jadi terkadang pemilik toko itu sering mengajariku bermain piano dan-" Jawaban Eren terputus.
Levi bangkit dari tempat duduknya dan meraih tangan Eren. Ruang musik menjadi hening dengan kejadian ini. "Kau ikut aku sepulang sekolah nanti."
"A-Apa? Mau kemana?" Pertanyaan Eren tidak dijawab. Levi langsung meninggalkan ruang musik diikuti oleh Berthold dan Jean. Hanya tinggal Armin didalam ruang musik tersebut.
"Selamat ya Eren. Kau berhasil meluluhkan Levi. Bahkan kau berhasil mengalahkan permainan Levi." Armin berbisik ditelinga Eren. Selesainya, Armin memberi hormat pada Mikasa dan pergi menyusul kelompoknya itu.
Eren hanya bisa membatu untuk kedua kalinya. Marco yang melihatnya hanya bisa tersenyum. Mikasa menepuk pundak Eren memberi semangat.
'Apa maksudnya mengalahkan?' Batin Eren sambil menggaruk tengkuknya.
Diluar kelas Levi berjalan lebih dahulu. Jean dan Berthlod berada dibelakangnya sedangkan Armin sedang berlari mengejar mereka bertiga.
"Hei Levi. Apa maksudnya tadi?" Tanya Jean yang terus mengikuti Levi sampai di kelasnya.
"Berisik! Kau juga akan tahu nanti." Berthold dan Armin hanya saling pandang melihat Levi yang terlihat sedang berfikir.
'Kau milikku Jeager!' Batin Levi.
.
.
.
YOU'RE MY IDOL AND I'M YOUR PARTNER
.
.
.
Pelajaran Seni Musik sudah selesai. Seluruh murid yang berada di ruang musik langsung keluar dan kembali kekelas ada juga yang langsung ke kantin. Marco mengajak Eren untuk ke kantin tapi dia menolaknya. Ya, Eren harus berhemat untuk keperluannya jadi setiap pagi Eren selalu membuat bentonya sendiri.
Eren pergi menuju atap sekolah. Disekolahnya yang lama dia juga sering makan siang diatap sekolahnya. Saat Eren duduk dan membuka makanannya, terlihat ada bayangan yang terdiri dari 4 orang. Eren mendongak untuk melihat siapa keempat orang tersebut. Eren tidak percaya siapa yang dia lihat.
"Err... Maaf kalian sedang apa? Kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Eren yang agak risih dipandangi seperti itu.
Armin dan Berthold hanya tersenyum melihat Eren yang panik seperti itu. Sedangkan Levi mengambil tempat duduk di sebelah Eren dan memakan makanannya. Berbeda dengan Jean yang sepertinya masih marah dengan Eren karena memeluk Mikasa.
"Hai Eren. Kau sudah tahu siapa kami bukan?" Sapa Berthold. Eren hanya mengangguk sambil memasukkan makanannya secara perlahan.
"Wah.. Apa kau yang membuatnya?" Tanya Armin. Sekali lagi Eren hanya mengangguk. "Boleh aku mencicipinya? Kelihatannya enak." Eren tersenyum dan menyodorkan makanannya kepada Armin.
"Silahkan. Maaf jika tidak sesuai seleramu hmm.. Arlert-san." Jawab Eren. Armin menggeleng
"Panggil aku Armin saja kita juga teman sekelas." Jawab Armin sambil tersenyum. "Enak."
"Benarkah? Jika kau mau besok aku bisa membuatkannya untukmu." Jawab Eren tidak percaya ada yang memuji masakannya.
"Kau mau menyogok kami agar bisa menjadi temanmu, Huh Baby Face?" Sindir Jean yang dihadiahi dengan tatapan tajam Eren.
"Apa kau bilang, MUKA KUDA? Aku tidak pernah membuat masalah denganmu." Eren segera menutup makanannya dan beranjak dari tempatnya.
"Ya.. Kau telah memeluk kekasihku. Dasar anak yatim piatu saja kau belagu. Kemana orang tuamu? Meninggalkanmu karena kau bodoh dan menyusahkan?" Teriak Jean.
"JEAN!" Teriak Berthold dan Armin. Eren berbalik dan memberikan tatapan tajam kepada Jean. Dan semua orang terpaku melihat Eren yang menampar Jean. Jean yang merasa tidak terima dengan perlakukan Eren membalas Eren dan terjadilah adu jotos antara Eren VS Jean. Berthold dan Armin berusaha melerai mereka berdua.
"Kau boleh mengolokku karena aku miskin. Tapi jika kau berani mengatai keluargaku. Ku bunuh kau! Kau Artis seharusnya jafga imej tapi apa kau? Baru jadi penyanyi aja bangga! Nanti karirmu jatuh juga kau pasti lebih miskin dariku!" Levi terkejut walau dengan wajah datarnya. Dan pikiran mereka semua hanya satu. Siapa sangka Eren yang tergolong anak mudah bergaul dan kalem ini bisa galak seperti itu. Bahkan bila dia tidak bisa menguasai emosinya, mungkin bisa lebih sadis dari Levi.
"Apa ya-" Kalimat Jean terpotong oleh levi.
"Kirstein. Kau tau apa yang akan terjadi jika kau kulaporkan kepada Erwin?" Tanya Levi sambil memberikan death glare mematikannya.
"I-iya. Maaf Levi."
Eren yang melihatnya langsung acuh dan beranjak dari tempatnya. Eren sudah muak berada ditempat ini. Walaupun disatu sisi dia senang sekali dapat dekat dengan orang yang diidolakannya.
"Huh.. Aku pergi! Aku sudah muak disini!"
Baru saja Eren berjalan menjauh tangannya sudah ditahan oleh Armin. Dan Armin menyuruhnya untuk duduk kembali dan meminta Eren untuk bersamanya. Eren diam dan tidak bergeming sama sekali dia menepis tangan Armin dan turun segera menuju kelasnya. Sesampainya Eren dikelas, Marco terkejut melihat Eren yang babak belur seperti itu. Marco mendekati Eren yang sudah duduk ditempatnya.
"Eren apa yang terjadi padamu?" Tanya Marco.
Eren hanya menggeleng dan mengatakan dia tidak apa-apa. Tak lama, Anggota Wings of Freedom datang. Levi yang duduk dibelakang Eren melewati Eren dan Marco dan hanya melirik Eren yang sepertinya masih marah.
"Kau yakin? Sebaiknya kau ke UKS untuk memar diwajahmu itu, Eren." Ajak Marco. Eren sekali lagi menggeleng dan meletakkan kepalanya diatas meja. Armin mendekati Eren dan meminta maaf. Eren hanya tediam dan berlaku seperti tidak ada orang yang mengajaknya bicara. Erwin datang dan memulai pelajarannya. Dan sekarang Eren tahu. Erwin adalah kekasih dari Armin. Erwin memulai pelajarannya dan semua siswa memperhatikan dengan baik. Dan sekali lagi Eren mengetahui suatu fakta. Sir Erwin sangat tidak menyukai siswa yang melamun dikelasnya.
Bel tanda pergantian pelajaran telah berbunyi. Sir Erwin membereskan bukunya dan beranjak pergi. Lalu datanglah Sir Mike yang akan mengajar Sejarah Jepang. Pelajaran sejarah dilalui dengan tenang. Dan bel pun berbunyi tanda pelajaran hari ini sudah selesai. Marco mengajak Eren untuk pulang bersama dan Eren bangkit dari tempat duduknya dan segera menyusul Marco.
Baru saja melewati pintu gedung, Levi menarik tangan Eren untuk mengikutinya. Eren yang teringat akan perkataan Levi langsung meminta maaf karena tidak bisa pulang bersama Marco. Marco hanya memandangi Eren yang berjalan menjauh sambil ditarik- *maap diseret* -oleh Levi yang entah akan kemana.
"Apaan sih! Bisa berhenti menarikku? Itu sakit!" Protes Eren yang sedikit membentak. Levi yang mendengarnya hanya mendecih.
Eren ditarik- *diseret* -oleh Levi menuju tempat Erwin berada. Dan siapa sangka ternyata ada seluruh dari anggota Wings of Freedom disana. Armin tersenyum melihat Eren dan segera menarik Eren untuk duduk disebelahnya.
"Baik semuanya sudah berkumpul sekarang." Pernyataan Erwin dijawab dengan anggukan seluruh anggota Wings of Freedom kecuali Eren.
"Hmm.. Ano.. Maaf kenapa saya dibawa kesini?" Tanya Eren polos. Armin menahan ketawanya bersama Berthold. Jean hanya mendecak melihat Eren. Ya semenjak kejadian saat istirahat tadi Eren sudah menganggap Jean adalah rivalnya dan begitu juga sebaliknya.
"Apa kalian belum memberitahukannya?" Tanya Erwin kepada semuanya. Armin, Berthold, dan Jean hanya menggeleng dan menatap Levi. "Bukankah kau bilang akan memberitahukannya Levi?"
"Ya. Tapi setelah kupikir mengapa tidak kau saja yang memberitahukannya."
"Eren Jeager-" Panggil Erwin. Eren hanya memandang bingung maksud dari perkataan tadi. "Jadi aku sudah dengar bahwa suaramu dan keahlianmu dalam bermain musik sangat bagus bahkan menyaingi permainan piano Levi."
"Hah!?"
"Oi.. Bisa kau ke point utamanya? Kau membuang waktuku." Protes Levi.
"Eren Jeager. Kau mau menjadi anggota kelima dari Freedom Of Wings?" Tanya Erwin dengan wajah seriusnya. Armin yang dapat dikatakan sudah mulai dekat dengan Eren menatapnya seakan-akan berkata 'Ayo Eren terimalah'.
"Jika kau masuk kedalam Wings of Fredom, semua kehidupanmu akan ditanggung olehku." Lanjut Erwin.
"Dan kau tidak perlu bekerja di cafe Braus itu lagi, bocah." Tambah Levi.
"A.. Boleh aku minta waktu?" Tanya Eren memastikan. "Aku masih tidak yakin dengan semuanya. M-maksudku-" Kata-kata Eren terpotong oleh Levi yang sudah mendecak kesal.
"Tch, Jika kau tidak mau katakan saja, bocah."
"B-bukan begitu maksudku. Dan bagaimana kau bisa tahu aku bekerja di cafe Braus?" Levi tidak menjawab dan hanya memalingkan wajahnya.
'DASAR PENGUNTIT' Batin Eren setengah gondok.
"Baiklah aku beri kau waktu maksimal satu minggu. Bagaimana?" Jelas Erwin. Eren mengangguk dan meminta ijin untuk pulang terlebih dahulu. Hari ini dia mendapat shift untuk bekerja di cafe. Dengan cepat di keluar kampus dan segera pergi menggunakan motornya.
Levi yang melihat kepergian Eren tersenyum tipis. Armin yang melihatnya ikut tersenyum juga dan berbisik kepada Berthold.
"Sepertinya Levi menyukai Eren. Lihat saja dia memperhatikan Eren daritadi." Berthold yang mendengarnya tersenyum dan meminta ijin untuk pulang. Berhubung sekarang mereka belum mendapatkan anggota kelima untuk Wings of Freedom, maka mereka belum ada kegiatan lagi.
.
.
.
YOU'RE MY IDOL AND I'M YOUR PARTNER
.
.
.
Selama di cafe, Eren tidak bisa fokus dalam bekerja. Eren lebih banyak melamun akhir-akhir ini. Marco yang melihatnya khawatir akan tingkah temannya itu.
"Eren"
"..."
"Eren"
"..."
"EREN!" teriak Marco.
"A-hh? Apa? Siapa? Dimana?" Eren yang kaget langsung ngawur. Marco hanya diam dan menepuk pundak temannya itu.
"Ada apa kau ada masalah? Daritadi melamun terus." Tanya Marco khawatir.
"Tidak apa, Marco. Aku baik-baik saja. Mungkin hanya kecapean." Jawab Eren setengah tertaw.
"Jika kau lelah istirahat saja. Shiftmu biar aku ambil alih." Jawab gadis berambut coklat berkuncir kuda.
"Apa boleh Sasha? Tapi aku takut ayahmu marah." Tanya Eren.
"Tenang saja." Gadis yang bernama Sasha itu mengangguk dan tersenyum. Sasha Braus adalah anak dari pemilik toko Braus ini. Eren tersenyum dan pamit ijin pulang lebih dahulu. Baru saja Eren ingin memasuki Ruang Karyawan, Eren mendengar ada yang memanggilnya. Eren menoleh ke sumber suara dan mendapati Levi, Armin, dan Berthold sedang berdiri didean meja kasir.
"Wahh ternyata benar aku bisa menemukanmu disini Eren." Kata Armin sambil menggandeng tangan Eren. Sudah terdengar bisik-bisik dari para pengunjung. Ada yang berbicara tentang Freedom Wings itu ada juga yang membicarakan anggotanya. Dan para fansnya itu langsung mengerubungi Levi dan yang lainnya.
"A-ano.. Levi-san boleh kami minta tanda tanganmu." Pinta salah satu fans wanita yang menyukai Levi. Levi hanya diam dan langsung memberikan tanda tangannya.
"Uwahh Armin-kun sangat imut dengan pakaian formal. Boleh kami minta foto?" Tanya Fans dari Armin. Armin tersenyum dan mengiyakan ajakan para fansnya. Barthold pun juga sama seperti mereka berdua. Dan berakhirlah cafe penuh dengan fans dari Freedom Of Wings.
"Are? Eren kemana?" Tanya Armin yang tidak menemukan Eren disebelahnya. Levi yang mendengarnya langsung pergi ke Marco dan bertanya. Marco menggeleng karena dia juga tidak melihat Eren setelah ditarik oleh Armin.
'Tch.. Mau kabur dia?' Batin Levi. Dan memberi kode pada kedua anggotanya untuk pergi dari cafe tersebut.
Eren yang sedang memikirkan untuk memilih menerima penawaran dari Erwin atau menolaknya memilih untuk tidak langsung pulang ke apartemennya. Ya, setelah kejadian di café, Eren keluar melalui pintu belakang tanpa diketahui oleh siapapun. Eren menelusuri jalan dan tiba di sebuah taman sepi. Eren merenung seorang diri.
"Hahhh... Hari ini benar-benar melelahkan." Keluh Eren sambil berjalan mendekati ayunan kosong yang tak jauh dari pintu masuk taman.
Levi yang pergi sendiri menggunakan mobilnya mencari Eren. Dan betapa terkejutnya Levi saat melihat Eren duduk diayunan sendirian sambil menunduk. Levi langsung parkir dan pergi ke Eren. Levi mendekati Eren secara perlahan takut jika Eren mengetahui bahwa disana ada Levi, Eren akan kabur.
"Kyaaaaa itu Levi kan!" Teriak salah satu fans Levi. Eren yang tersadar langsung menoleh dan melihat ada Levi tidak jauh dari tempat dia duduk. Dan benar saja pikiran Levi, Eren akan kabur saat mengetahui disana ada Levi.
'Tch.. Wanita menyusahkan!'
"Eren!" Panggil Levi. Dan tak lama itu datang Armin dan yang lainnya. Jean yang melihatnya hanya diam tidak melakukan apapun.
Eren terus berlari dan tanpa disadari, Levi mengikutinya dari belakang. Eren sampai di sebuah pemakaman umum yang letaknya tak auh dari taman itu. Levi terus mengikutinya sampai Eren berhenti di dua batu nisan. Levi tidak bisa melihat siapa nama di batu tersebut. Setelah cukup lama Eren berdiri, terdengar suara isak tangis. Dan Eren jatuh berlutut didepan nisan tersebut.
"Ayah.. Hiks ..Ibu.. Hiks ..Aku sudah tidak kuat lagi.. Kenapa waktu itu.. Hiks ..kalian meninggalkanku sendirian?" Terdengar jelas sekali kata-kata Eren disana. "Aku rindu pada kalian.. Hiks .. A-aku ingat kalian pernah bilang.. Hiks ..Tetaplah tersenyum walau semua itu menyakitkan. Tapi aku sudah tidak kuat dengan celotehan semua orang."
'Eren menangis?' Batin Levi. Armin, Berthold dan Jean yang menemukan Levi langsung mendekati Levi. Dan mereka semua terkejut saat mendengar Eren berteriak dan menangis sejadi-jadinya.
"K-kalian tahu... Hiks ..Salah satu a-anggota.. Hiks ..Freedom Wings yang a-aku idolakan itu dia.. hiks ..dia bilang a-aku hanya menyusahkan k-kalian d-dan... Hiks ..kalian membuangku. I-itu.. Hiks ...tidak benarkan?" Eren tetap berlutut dan mulai membuka tasnya. Terlihat ada bunga mawar putih dan bunga lily putih yang dikeluaran dari tasnya.
"Ini aku membawakan bunga kesukaan kalian." Kata Eren yang menghapus air matanya. "Tenang saja aku bekerja dan uangnya aku tabung. Karena aku sudah bisa membeli motor jadi sisanya aku tabung untuk membeli kalian bunga kesukaan kalian." Kata Eren sambil tersenyum sendu. "Baiklah Ayah.. Ibu.. Aku pamit dulu ya.. Besok aku akan datang lagi." Pamit Eren sambil meletakkan bunga tersebut.
Levi yang melihatnya hanya tercengang. Armin langsung menyikut pinggang Jean. Berthold yang ada disebelah Levi hanya berdiam diri tidak percaya apa yang didengarnya itu. Levi melihat Eren ingin berbalik tetapi tidak jadi.
"Oiya Ayah.. Ibu.. Disekolahku yang baru ini aku bertemu dengan nee-san loh. Ternyata dia kekasih orang yang mengolokku. Mikasa-nee pikir aku ada di Jerman selama ini. Tapi sebenarnya aku sudah ada disini 2 tahun yang lalu. Hahaha" Kata Eren sambil tertawa garing. "Dia sangat suka permainan pianoku. Ternyata belajar selama 1 tahun itu membuahkan hasil ya." Eren mulai beranjak dari tempatnya dan berniat pulang ke apartemennya.
Setelah dikira Eren agak jauh dari tempatnya, Levi dan yang lainnya mendekati kedua nisan itu dan betapa terkejutnya mereka. Di nisan tersebut bertuliskan nama "Grisha Jeager dan Carla Jeager". Berthold dan Armin memandangi Jean yang terpaku saat melihat kedua nama di nisan tersebut.
'Jadi itu sebabnya dia marah saat diatap itu.' Batin Levi. Levi akhirnya beranjak dari tempatnya dan berniat untuk mengejar Eren lagi. Saat berbalik dilihatnya Eren sedang berdiri seperti terkejut. Eren pun berlari lagi meninggalkan mereka semua. Levi dan Jean mengejar Eren sampai disebuah apartemen minimalis.
Para petugas apartemen menyapa Eren dan dia menunggu lift terbuka untuk sampai ke kamarnya dilantai 8. Sesampai didepan kamarnya, Eren berhenti dan melihat kebelakangnya. Eren sudah tahu dia diikuti daritadi tapi dia tidak tahu siapa yang mengikutinya. Eren membuka pintu apartemen itu dan masuk kedalam. Baru saja Eren merebahkan diri disofa empuknya, terdengar bel berbunyi.
'Jika mereka lagi awas saja!' Batin Eren sambil berjalan menuju pintu. "Iya sia-" Eren terdiam melihat Levi dkk ada di depan pintu tersebut. "Kalian benar-benar mengikutiku? Dasar penguntit. Dan asal kalian tahu aku tidak akan menjadi anggota kelima kalian jadi menjauhlah dariku!"
"Setidaknya jika ada tamu biarkanlah dia masuk terlebih dahulu." Protes Jean.
"Diam MUKA KUDA!" Bentak Eren. Jean langsung diam. Eren berbalik dan berjalan menjauhi pintu. Eren menoleh dan melihat keempat orang tersebut masih tidak beranjak dari tempatnya. "Apa lagi? Katanya mau masuk."
Setelah mereka masuk, Eren memberi saran *lebih tepatnya perintah* untuk duduk disofa. "Aku akan membuatkan minum untuk kalian semua." Tanpa menoleh, Eren langsung berkutat dengan gelas dan piring didapur.
"Ahh.. Eren biar aku bantu." Pinta Armin.
"Terima kasih Armin." Balas Eren dengan senyum. Ya, bagi Eren hanya Arminlah yang baik terhadapnya.
Setelah cukup lama, Eren membawa lima gelas lemon tea dan Armin membawa sepiring strawberry shortcakes yang sebenarnya sudah Eren buat sendiri kemarin. Eren dan Armin menyediakan semuanya di meja yang sudah disediakan. Setelah rapi, Eren duduk disalah satu sofa kosong.
"Eren. Ini benar kue buatanmu?" Tanya Armin. Eren hanya mengangguk. "Aku tidak percaya. Ini enak sekali."
"Jadi apa mau kalian sampai mengikuti kesini? Masih mau menghinaku?" Tanya Eren sinis sambil melirik Jean dari sudut matanya.
"Dengar dulu, bocah! Kami tidak ada niatan menghina. Kami ha-" Kalimat Levi terpotong oleh Eren.
"Bisa langsung keintinya. Hari ini aku lelah." Levi yang tidak suka kata-katanya terpotong langsung berdiri dan berniat untuk meninggalkan tempat tinggal Eren. Melihatnya Berthold menahan tangan Levi. Levi menurut dan duduk kembali ditempatnya.
"Jadi begini Eren." Kali ini mulai Armin turun tangan untuk berbicara. "Kami tahu kami salah telah berkata seperti itu walau yang sebenarnya yang salah itu Jean." Perkataan Armin hanya dijawab dengan anggukan kepala Eren.
"Kami sangat berharap kau bisa menjadi anggota kelima kami Eren." Berthold menambahkan.
"Dengar bocah. Kau diberi waktu satu minggu oleh Erwin kan? Pergunakan waktu itu untuk berfikir. Dan ada orang yang ingin berbicara denganmu." Levi langsung menendang kaki Jean agar dia berbicara.
"Err.. Maaf aku kelepasan tadi. Aku hanya emosi dan tidak menyangka Mikasa bisa lembut dengan pria lain." Jelas Jean.
"Makanya kalau posesif liat-liat orang! Mikasa tuh sudah ku anggap kakak sendiri kalau bukan karena dia mungkin aku ga akan ada disini." Jawab Eren sinis.
Semua orang beradu pandang dengan kata-kata Eren barusan kecuali Levi yang sedang mencicipi kue buatan tangan Eren. Armin tersenyum melihat Eren yang sudah mulai memudar rasa amarahnya. Armin mulai bercerita apa saja yang akan dilakukan jika Eren masuk menjadi anggota Wings of Freedom. Dan tidak jarang juga Tuan Muda Jeager dan Kirstein itu berkelahi satu sama lain. Entah itu masalah kecil atau besar.
'Hoo.. Tidak buruk.' Batin Levi yang mengambil kue buatan Eren untuk kedua kalinya. Eren yang melihat Levi menyukai kue buatannya hanya tersenyum.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 12 tengah malam. Sang tamu tak diundang pun ijin pulang. Eren menarik lengan Levi untuk menunggu sebentar. Setelah menunggu sekitar 3 menit, Eren kembali dengan sekotak Cappuccino Brownies buatannya dan memberikannya kepada Levi. Armin dan yang lainnya tidak menyadari Levi tertinggal langsung turun. Levi pamit pulang dan Eren terkejut saat keningnya dicium oleh Levi. Dan malam itu Eren berharap dia akan mimpi indah.
'Sial. Apa aku mulai memendam rasa pada bocah itu.' Umpat Levi dalam hati sambil terus berjalan meninggalkan Eren yang mematung memegangi keningnya sambil tersenyum.
.
.
.
.
.
Continued~~~
Haaahhhhhhhh...
Kayaknya yang OUR STORIES mau di publish ulang deh..
Ceritanya ga beda kok ^,^
Ok deh.. Minna.. Bertemu lagi dengan saya~~
Maap klo ceritanya ga nyambung sama judulnya ^3^
