The Blade

.

.

.

Halo semuanya!, ini adalah fic pertama saya di fandom Boboiboy!

Saya sangat memohon bantuan dari semuanya untuk memperbaiki tulisan curut dan memberi saran!

Pertama : Saya tidak yakin ini bagus, secara curut masih bocah /woy/

Sudahlah, jangan banyak omong kau curut...

Onegaishimas (^o^)/

.

.

.


Boboiboy adalah milik Animonsta studio. Saya hanyalah seorang penggemar Boboiboy yang meminjam karakter mereka untuk sementara.

Cerita ini adalah milik Manusia Curut.

Warn : Typo(s) adalah sahabat karib saya dalam menulis jadi mohon maklumi. Penyakit gila saya juga dapat kambuh tiba-tiba saat menulis dan membuat cerita ini jadi tidak nyaman di baca

So, READY?!

.

.

.

GO!


.

.

.

...Membunuh sebelum dibunuh...

.

.

.


PROLOGUE : BLOOD


Namaku Boboiboy.

Ya terserah jika kalian ingin tertawa atau melakukan hal konyol apapun untuk meledek namaku yang cukup aneh itu, tetapi itu terserah kalian, intinya namaku adalah Boboiboy.

Umurku 15 tahun dan aku adalah seorang remaja laki-laki yang menurutku sederhana saja, tetapi beberapa orang saat ini akan merinding ketakutan ketika mendengar namaku jika disebut.

Hohoho..., sekarang namaku terkesan aneh dan menyeramkan di saat yang bersamaan, eh?

Cukup menggelikan rasanya.

Aku tidak punya apapun kecuali topi berbentuk dinosaurus dan sebuah belati kecil dengan beberapa motif ukiran di bagian gagangnya. Sampai saat ini, satu-satunya hal yang kupercayai hanyalah belatiku. Aku tidak tahu siapa orang tuaku, saudaraku atau apapun yang sejenisnya. Yang ku ketahui tentang asal mula diriku cukup terbilang singkat. Aku-remaja-aneh-mengerikan-sendirian.

Yang kulakukan sampai saat ini adalah melaksanakan prinsip hidupku.

Membunuh sebelum dibunuh.


Bumi rusak, itulah yang terjadi. Banyak orang menceritakan versi yang berbeda padaku, ada yang bilang bahwa makhluk asing menyerang bumi dan menghancurkannya, dan yang masih hidup sampai sekarang hanyalah seorang survivor, Ada juga yang bilang bahwa kehidupan kakek moyang kami dulu dipenuhi oleh rasa serakah dan tamak yang menyebabkan mereka menghancurkan satu sama lain untuk bertahan hidup.

Yang kutahu pasti adalah, dunia ini sudah hancur. Daratan bumi ini hanyalah tanah gersang dengan beberapa bercak noda darah bekas pertarungan yang terjadi sebelumnya. Beberapa rangka tulang dan bangkai-entah itu hewan atau manusia- dapat ditemukan dengan sangat mudah.

Beberapa bagian bumi juga dipenuhi oleh bangunan-bangunan setengah hancur yang dulunya merupakan pemungkiman manusia. Beberapa bangunan tinggi dan bertingkat juga tampak tersebar begitu banyak.

Dengan kehancuran bumi ini, para ilmuwan beberapa tahun lalu membuat sebuah penemuan yang dapat membuat manusia memiliki kuasa-kuasa hebat yang berbeda pada setiap orang yang mendapatkannya, dengan penelitian ini diharapkan manusia dapat bertahan di tengah-tengah kehancuran ibu alam.

Tetapi semuanya berjalan secara kebalikannya, para manusia menghancurkan satu sama dengan kuasa hebat mereka untuk mencari siapakah yang paling kuat. Manusia memanglah makhluk paling bodoh di jagat raya. Salah satu contohnya adalah cerita masa lalu konyol yang pernah kudengar, pada masa lalu, manusia menebang pohon sangat banyak untuk membuat kertas, lalu manusia akan menulis tulisan 'Selamatkan Pohon!' di atas kertas yang sudah jelas terbuat dari kertas. Jenius sekali.

Manusia yang masih dapat bertahan hingga sekarang disebut seorang survivor. Survivor adalah manusia yang masih dapat hidup dan diharapkan dapat kembali meningkatkan jumlah spesies manusia agar tidak punah karena hancurnya alam, tetapi dengan bodohnya mereka mlah membunuh satu sama lain.

Sayangnya, aku terlalu naif-dan masuk kedalam dunia mereka. Aku juga hidup untuk bertarung. Aku telah membunuh banyak manusia, spesies sejenisku hanya untuk membuktikan bahwa akulah yang terkuat.

Kukira semua itu keren, tetapi saat aku mengetahui kenyataannya, aku mearsa bahwa diriku adalah Survivor paling bodoh yang pernah ada.


Nafasku terengah-engah dan menyebabkan suara deru nafas yang cukup keras menggema karena adanya dinding-dinding besar bekas pemungkiman yang berada di sisi kanan dan kiriku. Cukup melelahkan untuk melawan orang ini, tetapi seperti biasanya. Aku selalu menang.

Yang menang hidup, dan yang kalah harus rela meregang nyawa.

Sesosok lelaki dengan usia sekitar 37 tahun dengan rambut bergaya aneh terbaring di tanah dengan belati menancap di dada sebelah kirinya dan darah mengalir turun melalu mulutnya. Aku baru saja membunuh satu orang lagi.

Tak satupun ekspresi bangga atau senang aku pancarkan melalui wajahku. Dulu, aku menganggap ini merupakan kegiatan yang menyenangkan. Dulu, setiap kali aku berhasil membunuh satu orang dengan tanganku sendiri, aku akan tercengir bahagia dan berteriak kegirangan, tetapi yang kulakukan sekarang hanyalah-menampakan wajah datar tanpa rasa bersalah dan terdiam.

Aku sudah bosan. Aku bosan dengan kekerasan ini.

Perlahan, aku menarik kasar belatiku yang masih tertancap di dada pria malang yang terbunuh di tangan remaja kriminal – yang sedihnya itu adalah diriku. Perlahan aku mengelap peluh yang mengalir deras dari dahiku dengan lengan bajuku yang terkena beberapa percikan darah merah berbau logam kental.

"Darah kotormu mengotori belatiku, kautahu?"

Aneh, sekarang aku malah berbicara dengan mayat manusia yang sudah jelas bahwa sudah mati.

Perlahan, aku mengelap darah pria yang terciprat di belatiku dengan menggunakan sedikit bagian pakaianku yang tersembunyi di dalam jaket tanpa tangan berwarna merah terang yang kukenakan.

"Maaf. Aku tidak peduli berapa usiamu, siapa dirimu atau bahkan sekedar siapa namamu, tetapi bangkaimu akan menyebarkan bau amis yang teramat sangat mengganggu"

Dari tanganku, keluar keris petir dengan warna kuning yang menyala dengan terang. "Jadi terpaksa aku harus menghilangkan tubuhmu dengan cara mengubahnya menjadi abu"

Dengan segenap tenaga, aku melempar keris petirku ke arah mayat itu.

CTTTAAAR!

Seketika, mayat laki-laki itu hangus terkena keris petir dan berubah wujud menjadi tumpukan abu berbau gosong.

"Sampai jumpa abu, kita bertemu lagi nanti di kehidupan setelah kematian, tetapi akan kupastikan bahwa aku akan menjadi manusia terakhir di muka bumi dan menjadi yang terkuat"

.

.

.

Aku berjalah ke arah semburat cahaya oranye lembut dari sisi kananku dan...

CREET!

Aku merasakan rasa perih berbentuk garis tipis di lengan kiriku. Seketika aku langsung memasang kuda-kuda dasar untuk mempertahankan diriku. Dengan sigap, aku menarik belati kecilku dan mengalirinya dengan listrik.

Ada yang menyerangku secara mendadak dengan pisau kecil berwarna merah... muda?

"AAAAH!"

.

.

.


TUBERCULOSIS

...

Ada yang merasa agak aneh di bagian akhir chapter ini?, saya sendiri merasa aneh #plaaak

Keep waiting for next chapter.

CHAPTER 2 : You're a doctor?

Oh ya, saya ngeselin ya?, bukannya nerusin yang home work malah publish fic baru?, tau aaah

satu lagi, fic ini bakal update laaaaambaaaaaat :3

Cengiran yang kelebaran, Manusia Curut