Pairing : NaruSaku And SasuHina
Rate : M
Warning : AU, Typo, OOC, Lime, Lemon.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Don't Like Don't Read!
Sakura Pov
Di musim dingin ini aku memutuskan untuk ke New York untuk beradu nasib di sana. Ah… Tidak lebih tepatnya melupakan kekasihku Naruto. Kami putus sebulan yang lalu karena Naruto di kirim kerja oleh ayahnya ke Los Angels, sebenarnya penyebab utama kami putus adalah komunikasi yang kurang, Naruto selalu sibuk bekerja di sana, hingga tidak sempat mengirim email atau meneleponku.
Akhirnya aku memutuskan untuk berpisah dengannya melalui percakapan di telepon, saat itu ia sangat terkejut mendengarnya, saat hendak menanyakan alasan aku langsung menutup teleponnya dan menangis di kamar. Hubungan yang kurajut bersamanya selama 5 tahun berakhir begitu saja.
Semenjak berpisah ia terus mengirim email untukku mengatakan ia sangat mencintaiku dan ingin menjalin hubungan kembali, namun aku tetap bersikeras untuk tidak mendengarnya menutup rapat-rapat hatiku dan akhirnya ia berhenti mengirim email untukku.
Aku menggosok-gosokkan tanganku yang dingin lalu menghela nafas, sekarang aku sudah berada di bandara New York menunggu koperku. Aku mengeratkan syal rajutan merah hadiah dari ibuku sebelum berangkat pergi, ia begitu sedih ketika aku memutuskan pergi ke New York namun akhirnya ibuku mengerti karena aku sudah dewasa dan bisa menjaga diri sendiri lagipula ada saudariku Ino disana.
'Padahal masih pagi tapi dingin sekali sepertinya aku harus beradaptasi di kota yang dijuluki tidak pernah tidur ini.' Gerutuku dalam hati.
"Silahkan ini koper anda." Lamunanku buyar ketika mendengar petugas bandara yang menodorkan koper besar berwarna biru ke arahku.
"Thank you."
Aku berujar terima kasih dan menyeret koperku yang berisi semua kebutuhan untuk tinggal di sini.
Brukk.
Aku menabrak bahu seorang wanita berambut indigo sehingga kami terjatuh duduk di lantai bandara.
Aku bangun dan mengambil beberapa perlengkapan kosmetik milik gadis itu yang berserakan di kakiku, diapun ikut membantu berjongkok di depanku, "Thank you miss," Ujarnya membungkuk hormat begitu perlengkapan itu masuk di tas kecil berbentuk kotak berwarna biru tua.
Aku mengganguk dan ikut membungkuk sebagai jawaban lalu menyeret koper biruku keluar.
Aku berhenti di luar bandara lalu melambaikan tangan pada taksi yang menuju kemari, "Taxi!"
Taksi itu berhenti tepat di depanku aku tersenyum hendak masuk ke dalam tiba-tiba seseorang menarik jaketku membuat aku mundur beberapa langkah, aku menoleh kebelakang ternyata ada wanita berambut merah menatap tajam ke arahku.
"Aku sudah memesannya bodoh! Jangan seenaknya menyerobot."
Mata emeraldku terbelalak dengan mulut menganga, aku merasakan panas di pipi kiriku. Siapa yang menyangka wanita itu menamparku. Ya, menamparku!
Sebelum aku protes taksi itu sudah pergi, aku hendak mengejar wanita sialan itu hingga…
Tin! Tin!
Tubuhku membeku dan bergetar dengan mata terbelalak. Beberapa senti di depanku ada sebuah mobil limosin hampir menabrakku. Aku tidak tahu apa-apalagi karena semua pandangan menggelap seketika.
Brukk.
_New York Nights_
Samar-samar kudengar suara dua orang laki-laki sedang berbicara.
"Tuan Gaara anda ingin membuang gadis itu di mana?"
"Hn. Turunkan disini saja." Sahut pria berambut merah darah itu datar.
Brukk.
Aku merasakan diriku terhempas di trotoar yang dingin dan kotor, tak lama kemudian mobil limosin itu berjalan meninggalkanku sendirian disini.
"Sakura astaga! Kau disini rupanya." Teriak seseorang di depanku.
Aku memegang kepalaku dan mendongak tampak seorang wanita berambut pirang ikat ekor kuda menatapku kaget, aku tersenyum, "Ino?"
"Hei, kau tadi satu mobil dengan Sabaku Gaara! Dia actor terpopular di Hollywood!" Mata Ino berbinar-binar layaknya melihat uang 1 juta dolar.
"Sudahlah, antar aku ke apartemen." Aku bangkit berdiri di bantu Ino dan berjalan pelan mengikutinya.
Di sepanjang jalan Ino terus mengoceh tentang pria yang bernama Gaara itu, membuat aku bosan.
"Ini, apartemen kita." Ino menunjuk rumah bergaya modern berwarna putih dan cukup mewah.
Aku menaikan sebelah alis, "Ini apartemen atau rumah, Ino?"
Ino membuka pintu berwarna coklat itu dan masuk, "Tentu apartemen."
Saat aku hendak masuk, tak sengaja aku melirik ke samping kiri. Ada seorang gadis berambut indigo bermata lavendernya menyiratkan ketakutan. Gadis yang ku tabrak di bandara tadi. Aku berjalan ke arahnya penasaran mungkin dia dalam masalah.
"Hei kenapa kau disini nona?" Tanyaku begitu di depan gadis itu.
Kulihat dia terkejut karena melihat aku lagi, "Ak-aku sedang mencari rumah saudaraku, tapi malah tersesat di sini," Ujarnya dengan bibir merah bergetar.
Aku mengangguk mengerti, seingatku jika tinggal di New York harus ekstra hati-hati banyak gangster dan preman di sini. Bahkan banyak kejadian pemerkosaan yang berakhir pembunuhan sadis, sering ditayangkan di televisi.
"Nona di luar sangat berbahaya bagi seorang perempuan, kau boleh tinggal bersamaku kalau mau." Usulku dengan senyum semanis mungkin.
Gadis itu agak lama menjawab, hingga balik tersenyum manis, "ba-baiklah sepertinya kau orang baik."
"Ayo!" Aku membuka pintu untuknya dan mengambil beberapa tas yang gadis itu bawa.
"Te-terima ka-kasih."
Blam.
_New York Nights_
Aku mengerjapkan mataku lalu menguap lebar. Aku berdiri dan membuka tirai berwarna putih itu, lalu tersenyum ketika di sambut oleh sang surya memancarkan sinarnya di musim dingin ini.
"Jidat! Tutup tirainya, silau tahu!" Omel Ino menggeliat bergerak miring memunggungiku.
"Hoam… Selamat pagi Sakura, Ino." Sapa Hinata mengucek-ucek mata lavenderya.
"Hnn." Ino menggerutu sebagai jawaban.
"Selamat pagi Hinata! apa kau lapar?" Tanyaku berjalan kearah dapur yang sedikit mewah itu.
"Iya, tapi biar aku yang memasak ya? Ini sebagai ucapan terima kasihku diizinkan tinggal disini." Ujarnya sedikit merona. Manis sekali.
"Baiklah, lagipula kurang bisa memasak," Aku menjulurkan lidah sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.
Sewaktu masih di Jepang aku pernah mencoba memasak tapi berakhir dengan kegagalan dan omelan ibuku karena membuat kotor dapur kesayangannya.
Hinata tersenyum dan mengambil penggorengan sedangkan aku berjalan ke kamar mandi di luar kamar sambil bersenandung ria.
_New York Nights_
"Hei, jidat kau ingin bekerja di sinikan?" Tanya Ino memakan telur mata sapinya.
"Iya, aku inginnya bekerja sebagai produser." Sahutku mengangguk.
"Hahaha… Kau gila! Kalau di New York kau harus kerja dari bawah dulu. Jangan samakan dengan Jepang." Ino tersenyum mengejek.
"Baiklah, akum kerja di mana?" Tanyaku sedikit kesal mengunyah telur itu kasar.
"Kau harus kerja sebagai bartender." Ino menunjukku dengan garpunya.
"Tidak mau!" Tolakku kesal, berdiri dari kursi menyudahi sarapanku yang belum habis.
Ino menggerakkan garpunya ke kiri dan ke kanan, "Tidak bisa Sakura, kalau ingin sukses di kota ini kau harus bekerja mulai dari nol lagi."
"Kalian ber-berdua hentikan," Lerai Hinata tampaknya ia sangat tidak suka pertengkaran kami.
"Baiklah! Aku akan kerja disana!" Ujarku sedikit keras.
"Dari sini tinggal mengikuti jalan saja, saat ada persimpangan belok kiri aka nada bioskop di sebelahnya ada klub malam." Ino menghela nafas, "Kau jangan masuk dulu bicaralah dengan Chouji petugas klub. Aku akan meneleponnya untuk membiarkan kau kerja disana."
"Hm," Aku menarik resleting jaket putihku dan memakai hak tinggiku lalu membuka pintu.
Blam.
"Hihihi… Memangnya enak di kerjai." Ino tertawa penuh kemenangan begitu Sakura pergi.
"Hah? Maksudmu apa Ino?" Tanya Hinata mengunyah apelnya.
Ino mengambil beberapa beberapa piring bekas sarapan dan berjalan menuju tempat cuci piring, "Yah, kau tahu kalau tadi aku bilang dia harus bekerja sebagai bartenderkan?"
"I-iya, lalu apa yang di maksud di kerjai?" Hinata bingung dengan ucapan Ino yang berbelit-belit.
"Dia tidak akan kerja sebagai bartender melainkan bekerja sebagai penari striptis. hahaha…" Ino tertawa penuh kemenangan.
Hinata hanya menghela nafas, "Aku tidak bisa membayangkan, jika Sakura pulang nanti." gumamnya pelan lalu berjalan menuju kamar untuk mandi.
_New York Nights_
Hinata Pov
Aku berjalan menelusuri kota New York untuk mencari rumah sepupuku Neji-nii, seingatku setelah melewati China Town lurus terus setelah sampai persimpangan belok kanan dan di sana rumah Neji-nii, sepertinya aku tersesat lagi karena yang kulihat hanya gedung-gedung tua di sekelilingku. Sebenarnya aku di beri alamat rumahnya tapi sepertinya tadi terjatuh saat aku menubruk Sakura di bandara.
Aku mendongak ke atas melihat warna langit yang sudah mulai gelap, aku menelan ludah dan mempercepat jalanku menuju jalan besar di ujung sana karena saat ini aku sedang berada di gang sempit yang kotor dan becek.
Aku merasakan ada orang yang mengikutiku dari belakang, aku menengok di sana ada dua orang pria berpakaian preman berjalan santai ke arahku dengan seringai mesum terpampang diwajahnya.
Aku mempercepat langkahku, aku tidak bodoh, aku mengerti seringai itu pasti mereka akan berbuat jahat padaku. Seharusnya tadi aku menerima pertolongan Ino dan kekasihnya Shikamaru untuk mengantarku.
Aku berhenti melangkah ketika melihat di ujung sana ada seorang pria yang tadi di belakangku! Sontak aku menoleh kebelakang dan benar di sana hanya ada seorang pria berandal tersenyum penuh kemenangan ke arahku. Mungkin karean berhasil memojokkan diriku layaknya kelinci yang terpojok dari mangsanya.
Aku menelan ludah dan memegang tas kecilku berwarna biru tua, kalau memang dia ingin uang akan kuberikan dengan senang hati, asal jangan tubuhku.
"Hei, Nona sendiri saja? bagaimana kau ikut kami saja, ayo kita bersenang-senang." Ujar pria berambut orange kepadaku sambil memegang daguku.
Aku menepis tangan kotor itu dari wajahku, "Ti-tidak mau!"
"Hahaha… Nona kami ini orang baik, kami hanya ingin mengajakmu bersenang-senang." Ujar pria berambut merah sambil memegang bahuku.
"Ku mohon jika kalian ingin uang akan ku berikan, tapi tolong lepaskan aku," Aku mencoba tidak menangis sementara tubuku bergetar hebat ketika tangan pria berambut merah itu turun menuju dadaku.
'Ayolah Hinata berteriak saja! itu tidak sulit atau menendangnya.'
Tapi aku tidak bisa apa-apa karena terkunci sempurna di tubuh pria berambut merah itu. Aku menitikan air mata saat pria itu mulai meremas dadaku.
Brumm. Ckiit!
Sontak ketiga pria serta Hinata terkejut ketika melihat mobil Ferrari melaju kencang ke arah mereka. Pria berambut merah itu terserempet hingga jatuh tengkurap di samping mobil yang menabraknya hingga tangannya tergores mengalirkan darah.
Cklek.
Seorang pria tampan berambut biru dongker bermata onyx keluar mobil Ferrari itu, ia menginjak pria berambut merah yang tengkurap di bawahnya, "Akh, sakit bodoh!"
"Hn. Kalian semua pria bejat yang seenaknya melakukan hal kotor kepada gadis polos itu." Katanya datar sambil menekan dan memutar kakinya di punggung pria itu.
"AKH! Bantu aku Pain." Ujarnya kesakitan.
Seketika pria berambut orange itu berjalan kearah pria bermata onyx itu yang memandangnya datar.
Aku hanya terbelalak dan menutupi mulutku yang menganga ketika melihat perkelahian ketiga pria itu. Ini untuk pertama kalinya aku melihat perkelahian orang New York, ini lebih kejam di banding orang Jepang.
"Cih, sampah masyarakat yang tidak berguna," Pria bermata onyx itu membuang ludah tepat di kedua punggung pria berambut orange dan merah yang terkapar tidak berdaya di tanah kotor dan becek ketika berhasil di kalahkannya.
Aku menengok ke arahnya dengan tatapan tidak percaya. Kedua pria bertubuh besar darinya di kalahkan dengan mudah hanya dengan tangan kosong. Oh, Tuhan semoga dia pria baik juga.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanyanya sedikit sebal
Aku mengerjapkan mataku dan menunduk saat aku merasakan panas di kedua pipiku. Aku memang wanita yang gampang merona saat berhadapan dengan pria. "Maaf aku tidak bermaksud seperti itu."
"Hn. Ayo, ku antar kau pulang ke rumah," Aku mendongak dan terkejut ketika dia ada di hadapanku.
"Ti-tidak pe-perlu ak-aku bis-bisa pulang sen-sendiri." Aku menggeleng kuat dengan pipi merona merah lalu tertunduk, "Terima kasih,sudah menolongku."
Aku merasakan diriku melayang di udara, aku membuka mata lavenderku yang sedari tadi terpejam. Aku terkejut saat pria berambut biru dongker itu menggendongku, memanggul tubuhku di bahu kanannya berjalan menuju mobil Ferrari miliknya, "Apa yang kau la-lakukan tu-turunkan aku," aku meronta-ronta di gendongannya tapi dia tidak bergeming sama sekali dengan santainya dia membuka mobil Ferrari berwarna hitam itu dan menurunkanku di kursi jok.
"Kau itu gadis polos, malam-malam di kota berbahaya seperti ini," Ia menatap tajam ke arahku membuat aku menurunkan pandangan ke bibir merahnya, "Mesum."
"E-eh?" Aku tersadar dari lamunanku dan menatap bingung kearahnya.
"Kau terus melihat bibirku, bukankah itu mesum?" Ujarnya dengan seringai seksi di mataku.
Sontak pipiku merona padam dan menggeleng-geleng, "Ti-tidak, aku ti-tidak me-mesum."
Ia menarik sudut bibirnya dan berbalik berjalan menuju kursi kemudi di samping kiriku.
Blam.
"Yaah, sebagai seorang wanita kau cukup menarik." Ia mengenakan sabuk pengamannya lalu menengok kearahku yang sedang menggigiti bibir bawah, "Jadi, di mana rumahmu ee…"
"Hinata, Hinata Hyuuga, apartemenku di jalan NY nomor 7 di samping strawberry kafe." Potongku cepat meremas rok hitamku.
"Nama yang bagus," Ia memutar kuci mobil lalu menginjak pedal gas membuat mobil Ferrari hitam yang kami tumpangi berjalan perlahan keluar dari gang sempit dan kotor itu meninggalkan kedua pria yang terkapar tidak berdaya di tanah, "Uchiha Sasuke."
TBC
Aku capek nulisnya, sampe sini aja dulu…
Jangan tanya kamar mandi, mereka mempunyai dua yang satu di luar yang satu di kamar mereka.
saya akaan mencoba untuk menyeimbangkan romance mereka berdua
Maaf, ya Gaara agak kejam di sini nanti juga dia akan kena batunya*?*
Capter depan akan ada chara baru#aku udah kangen banget sama Naru-hime :D
Kalian boleh flame fic saya tapi jangan masalah pairing.
-See you bebe-
