Fandom:Versailles –PQ-

Pairing:KamiZaki, hint of YukiJasmine

Warning:gender bending (gak bisa bikin Hiza jadi laki =w=), kissing, het sex, torture, BDSM, S/M for future chapter, DON'T LIKE DON'T READ!

Disclaimer:we dont have them~ they own themselves~ XD

Comments:fic collab antara Darky dan Tan Mei Ling... sms yang melahirkan kemaksiatan ini mah #plakk maafkan kerja otak kami yang agak korslet ini m(_ _)m warning di atas serius lho...

Okay... tanpa banyak kata lagi, selamat menikmati~

Rose Passion

Chapitel1:Tainted Princess

Sepasang mata biru mengintai dari sudut ruangan. Ia terus mengikuti kemana saja si gadis manis bergaun merah beranjak. Mula-mula gadis itu datang bersama keluarganya mengendarai kereta kuda mewah berhias mawar-mawar merah. Kemudian ia memisahkan diri untuk berbincang-bincang bersama putri-putri bangsawan lainnya. Selang beberapa waktu ia turun ke lantai dansa, menari bersama sang ayah tercinta sambil tertawa bahagia. Sebelum kembali lagi menuju kumpulan gadis-gadis remaja di sofa. Ya, sepasang mata itu melihat semua. Bahkan setitik gerakan gaun si gadis tak luput dari pandangannya.

Gadis itu... menarik. Dari ujung rambut hingga ujung gaun. Ia bagai magnet, yang menarik berpasang-pasang mata pria untuk memandang ke arahnya. Sosok itu, layaknya lambang kemurnian yang sempurna. Cantik nan bercahaya.

Lord Kamijo melangkah maju. Menyeberangi lautan manusia dengan berbagai rupa. Gaun-gaun beraneka warna berayun seirama. Berputar, menyapu lantai di bawahnya. Semua tampak berbeda. Meski mereka sama-sama menyembunyikan emosi yang sama. Keangkuhan di balik topeng senyum dan tawa. Dan ia tak peduli. Karena ia hanya punya satu tujuan disini. Yaitu si gadis manis bergaun merah yang tak pernah lelah menebar pesona.

"Selamat malam, Nona," sapa Lord Kamijo sopan sembari membungkuk agak rendah. Merasa dialah yang Lord Kamijo maksudkan, maka gadis itupun segera berdiri. Ia mengangkat sedikit gaunnya sambil merendahkan tubuh.

"Selamat malam..." balas si gadis lembut. Gadis-gadis lain di sekeliling mereka tertawa tertahan. Tak menyangka sang tuan rumah akan mendekati salah satu di antara mereka. Gadis itu tersipu malu, tampak semburat merah muda menghiasi pipi putih susu miliknya. "Awww..." koor para gadis membuatnya bertambah malu saja.

"Nona manis, sejak tadi saya terus memperhatikan Anda. Anda tampak sangat cantik dari kejauhan sana." Lord Kamijo menunjuk sudut ruangan tempat meja minuman berada. "Sehingga saya merasa penasaran untuk melihat sosok Anda dari dekat. Ternyata, bila bertatap muka langsung seperti ini, Nona tampak jauh lebih cantik –saya yakin Dewi Kecantikan pun akan menangis iri. Anda lah sosok bidadari sejati. Maka perkenankan lah saya yang buruk rupa ini untuk mengetahui nama Anda, Nona," rayu Lord Kamijo tak tanggung-tanggung. Wajah si gadis bertambah merah layaknya tomat ranum. Ah, baru kali ini ia merasa tak karuan di hadapan lelaki. Selama 16 tahun ia hidup di dunia, baru kali ini ia tak berdaya mendapat rayuan pria.

"Sa-saya Hizaki... terimakasih atas pujiannya. Saya sungguh tersanjung" ujar gadis yang diketahui bernama Hizaki itu malu-malu. "Awwwww~~~" sekali lagi terdengar suara para gadis sebagai latar belakang.

"Anda terlihat cantik dengan gaun itu, Nona" kata Lord Kamijo memuji untuk yang kesekian kalinya. Hizaki hanya bisa menunduk dengan pipi yang dia yakin pasti sangat merah dan siap meledak kapan saja. Malam ini ia mengenakan gaun merah berhias pita serta renda-renda hitam yang sangat indah dan berkilauan. Rambut pirangnya yang bergelombang dibiarkan tergerai tanpa lupa memberi sentuhan hiasan bunga-bunga di atasnya. Manis pun anggun.

"T-terima kasih..." kata Hizaki tergagap. 'Ah, laki-laki ini tampan sekali.' batin Hizaki. Ia melirik sosok pria di hadapannya ini masih dalam posisi menunduk. Tak berani mengangkat wajah untuk menatap matanya. Lord Kamijo memakai baju kehormatan berwarna hitam dengan mawar merah di dada, berambut cokelat, dan berpandangan tajam serta berwibawa. Sangat tampan, gagah, dan rupawan. Hizaki seolah terhipnotis bahkan tanpa perlu bertemu pandang dengannya.

"Maukah Anda berdansa dengan saya?" Lord Kamijo berlutut di hadapan Hizaki, sambil mengulurkan tangannya yang dibalut dengan kaus tangan putih. Tanpa ragu Hizaki pun menerima uluran tangannya, kemudian mereka mulai berdansa, menari dalam gerakan berputar di tengah-tengah ballroom. Semua tamu pesta terkagum-kagum akan dansa mereka yang sangat memukau. Ruang pesta itu sangat luas dan megah, diselubungi warna putih dan karpet merah serta ornamen-ornamen berwarna emas. Di tengah-tengah ruangan sepasang muda-mudi bergerak beriringan. Orang-orang membukakan jalan untuk mereka. Sehingga kini hanya ada mereka berdua di atas lantai dansa sedangkan para tamu lain merapat ke tepi. Alunan biola dan piano menjadi lagu tema akan romantisme yang tercipta di antara mereka. Dunia serasa milik berdua. Mereka lah raja dan ratu malam ini. Para tamu bertepuk tangan ketika mereka usai berdansa. Gerakan itu mereka akhiri begitu Lord Kamijo berlutut di hadapan Hizaki, meraih tangannya kemudian mencium punggung tangannya penuh rasa kagum. Dibalas senyuman malu-malu dari sang nona manis.

Lord Kamijo menuntun Hizaki ke pojok ruangan untuk mengambil segelas champagne. Tetapi tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil nama Hizaki. "Hizaki?" ujarnya seraya mendekat. Hizaki menoleh ke sumber suara. Dan didapatinya sang ayah telah berdiri di sebelahya. "Hizaki, ayo kita pulang... Malam sudah larut. Adikmu juga tampaknya sangat lelah" jelas papa Hizaki -Lord Yuki- sambil mengarahkan pandangannya ke sofa merah panjang, dimana seorang anak laki-laki berambut perak tampak tidur bergelung di atas pangkuan seorang wanita bergaun ungu. Mereka Teru dan Lady Jasmine, adik dan ibu Hizaki.

Raut wajah Hizaki mendadak murung. Ia tidak mau pulang sekarang. Baru sebentar ia mengenal Lord Kamijo. Ia masih butuh lebih banyak waktu untuk mengenalnya lebih jauh. Lord Kamijo adalah pria yang lembut dan menawan, membuat ia ingin terus berada di sisinya. Andai mereka melupakan keberadaan Hizaki disini dan pergi saja tanpa mencarinya, mungkin dengan begitu ia akan berada di dekat Lord Kamijo lebih lama. "Tapi papa... Aku masih ingin disini lebih lama."

Mata Lord Yuki menyipit. Biasanya Hizaki akan langsung menurut jika diajak pulang. Sekalipun ia sedang berkumpul bersama teman-temannya membicarakan hal-hal menarik. Namun malam ini gadis kecilnya tampak berbeda.

Lord Yuki menarik tangan Hizaki, menjauhkan mereka dari jangkauan dengar Lord Kamijo. "Dan papa tak mungkin meninggalkanmu disini begitu saja, bukan? Kalau kami pulang duluan Hizaki mau pulang dengan siapa?" Hizaki cemberut mendengar balasan dari sang ayah. Kalau ia bilang ia masih ingin disini itu berarti ia akan tetap berada disini sampai kapanpun ia ingin pulang. Tak peduli siapa yang meminta, kalau itu memang keinginannya maka tak ada yang bisa mengubahnya.

Dari kejauhan Lord Kamijo memperhatikan mereka. Hizaki yang keras kepala kelihatan terus menolak ajakan pulang sang ayah. Ia sampai berpikir, sebegitu besar kah pengaruhnya terhadap Hizaki. Sampai gadis manis itu berani melawan ayahnya?

Seringai kecil menghiasi sudut bibir Lord Kamijo. Andai memang perasaan Hizaki kepadanya terlanjur dalam, sungguh sayang bila gadis itu ia lepaskan. Lebih baik ia simpan untuk dirinya sendiri. Lalu ia bisa melakukan apa saja yang ia mau.

Benar-benar apa saja.

"Hizaki tunggu!" teriak Lord Yuki khawatir. Tak jauh dari situ, tampak seorang gadis remaja mengangkat gaun merahnya hingga sebetis. Ia berlari di antara kerumunan bangsawan dari berbagai tingkatan. Menuju satu arah yaitu pria pujaan hatinya. Tentu dengan hadiah kejaran dari sang ayah.

Lord Kamijo bersembunyi di balik pilar. Berusaha sebisa mungkin agar tak kelihatan oleh pasangan ayah dan anak tersebut. Hizaki berlari mendekat, ketika telah mencapai jangkauan Lord Kamijo, secepat kilat ia menarik tubuh Hizaki ke balik tembok. Tanpa lupa menutup mulutnya -untuk berjaga-jaga. "Hmmphf!" pekik Hizaki tertahan.

"Ssst..." desis Lord Kamijo menenangkan. Tak lama kemudian Lord Yuki berlari melewati mereka. Menarik perhatian beberapa tamu undangan. Beruntung ia tak dapat menemukan Lord Kamijo dan Hizaki. "Kau tak mau ayahmu menemukanku, 'kan?" bisik Lord Kamijo pada Hizaki dalam pelukannya.

"Lord..." Semburat merah muda kembali muncul di kedua pipi Hizaki. Ia pun bingung mengapa ia bisa selalu mudah merasa malu-malu di dekat pria ini. Apakah ini yang orang bilng cinta?

Lord Kamijo menoleh ke kiri dan ke kanan. Setelah merasa cukup aman, ia memberi isyarat kepada Hizaki untuk mengikutinya. "Ayo..." Lalu mereka berjalan hati-hati di antara para tamu undangan agar tak terlihat oleh Lord Yuki.

~~ooO0O00~~

"Mengapa kau kabur dari ayahmu?" tanya Lord Kamijo pada Hizaki. Kini mereka tengah berada di balkon yang menghadap langsung ke kebun mawar. Suasana berubah sunyi begitu pintu menuju ballroom ditutup. Hanya ada mereka berdua disana. Di bawah temaram cahaya bulan purnama. Berdiri bersebelahan tanpa sedikitpun bersentuhan.

"A-aku... masih ingin berada disini, Lord," jawab Hizaki agak gemetar. Masih tak menyangka ia berani melawan ayahnya.

Lord Kamijo tersenyum tipis kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Hizaki. Hingga mereka dapat saling merasakan deru nafas masing-masing. Lord Kamijo menyisir untaian benang emas yaitu rambut Hizaki menggunakan jari telunjuknya seraya berkata, "Apakah itu karena aku?" Pertanyaan tak terduga dari Lord Kamijo sontak membuat Hizaki semakin gemetar.

'Ia tahu...' batin Hizaki. 'Bodoh! Tentu saja ia tahu! Bukankah itu sudah jelas!'

"Kalau aku bisa katakan alasanku menyembunyikanmu, membawamu lari, itu juga karena kau," kata Kamijo sambil tidak mengubah posisinya sama sekali.

Perasaan tidak terdeskripsi langsung memenuhi relung hati Hizaki. Perasaan yang seperti membentengi dirinya untuk diceritakan, tapi meminta lebih untuk dirasakan, "B-benarkah? Karenaku?" jawabnya dengan keberaniannya yang tersisa.

Lord Kamijo menarik jarinya menuju dagu Hizaki. Mengangkatnya agar mata mereka saling bertemu. "Ya," jawab Lord Kamijo singkat. Matanya berkilat penuh arti. Dan sepersekian detik kemudian, tanpa Hizaki sadari, bibir mereka telah bertemu.

Ini merupakan ciuman pertama bagi Hizaki. Maka ia tak tahu harus berbuat apa kecuali menahan nafas. Ia membiarkan Lord Kamijo mendominasi. Menunjukkan jalan dan langkah-langkah permainan terlarang ini. Ketika dua kulit bersentuhan, ada suatu getaran tak tergambarkan yang menjalar. Sensasi bagai tersengat aliran listrik, membuat tubuh merinding nikmat. Lidah dengan lidah bergumul dalam pertarungan bernama nafsu.

Ingin mereka begini lebih lama. Namun kebutuhan akan oksigen memaksa mereka untuk mengakhiri aktifitas mereka. Sejenak mereka berpandangan, seolah berusaha memutuskan apa yang ada di dalam pikiran yang lain. Mata mereka sama-sama menunjukkan kegelapan. Mencerminkan nafsu yang tengah menyelubungi diri mereka. Perasaan itu terus membuncah, tak terhankan. Ingin lepas! Mereka membutuhkannya!

"Lord~ kumohon, bawa aku pergi," bisik Hizaki lembut di telinga Lord Kamijo. Tampaknya ia tak tahu apa yang sebenarnya ia inginkan dari pria ini. Cinta atau hanya kenikmatan semata? Namun toh, yang mana saja tetap akan membawa mereka pada sebuah kepuasan. Terutama di pihak Lord Kamijo.

Mata berbinar penuh kelicikan, sudut bibir terangkat membentuk seringaian. Akhirnya sebentar lagi ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Si anak anjing yang tersesat di antara dosa dan kebenaran. Layaknya seorang pria bangsawan sejati, ia membungkuk meminta tangan Hizaki. Menuntun ia ke dalam sebuah ruang dimana kepolosan tak lagi dibutuhkan. Dibuang seperti onggokan sampah yang tak berarti.

TO BE CONTINUED

Comments:yang udah baca wajib review!XD *ngancem mode* tapi kalo kasih review Cuma buat ngeflame... berarti mata Anda udah rabun kaga liat warning #slap Kasihan dong sama Kiky & Mei yang udah membuat TAT yayayaya...

With love,

Kiky & Mei