Seorang pria bersurai hitam terlihat berdiri di atas menara tertinggi Kastil Serdin, mengamati pemandangan yang terbentang luas di hadapannya. Sebilah pedang ditopangkan pada pundak kanannya, tangan kiri menggenggam pinggangnya. Semilir angin berhembus lembut, mengibaskan rambutnya mengikuti irama gelombang. Seulas senyum mengembang di wajah tampannya, sepasang manik hitamnya penuh oleh semangat hidup.
Ia menengadah, mendapati seekor burung Phoenix kecil terbang merendah, mendarat tak jauh darinya. Kemudian, Phoenix kecil itu berubah menjadi seorang gadis berambut coklat tua, mengenakan gaun tea-line diselimuti bulu-bulu Phoenix kuning-kemerahan.
"Saudara Sieghart," ia berjalan mendekati si pemilik nama 'Sieghart'. "Para goblin dan orc sudah hampir sampai di tembok luar Serdin."
Sieghart mengangguk. "Baiklah… Ada baiknya kita bantu mereka sebentar sebelum berangkat ke benua selanjutnya."
Sieghart berdiri di ujung balkon menara, menunduk mengamati ketinggian.
"…Kau perlu bantuan?" tanya si gadis Phoenix setelah beberapa saat keheningan.
"…Tidak. Kau berangkat saja dulu. Aku bisa mengatasinya sendiri."
"Kau yakin?"
"…Kau meragukan si Legenda ini?"
Gadis Phoenix tertawa pelan sebelum berubah menjadi Phoenix kecil dan terbang menuju destinasi, meninggalkan Sieghart yang hanya bisa menggerutu iri dalam hatinya.
"…Seadainya aku tidak takut terhadap ketinggian dan bisa terbang seperti bocah itu…"
Kaien-Aerknard presents
A Grand Chase Fanfiction
[The Immortals]
Keduanya adalah mahluk abadi, berkenala mengelilingi seluruh Aernas, untuk menjaga perdamaian serta menegakkan keadilan.
Warning: OC insertion, mungkin ada sedikit comedy berhubung inilah SIEGHART, typo, ooc dst dsb dll.
"Saudara Sieghart? Kau yakin tidak apa-apa? Wajahmu pucat sekali!" tanya si gadis Phoenix sembari menebas seekor goblin di dekatnya.
"Kau tidak perlu… ugh… mengkhawatirkanku, bocah!" Sieghart mengayunkan gladiusnya, menembakkan sebuah gelombang ungu-kehitaman ke arah sekelompok goblin dan orc yang maju mendekatinya. Rasa mual dan pusing pasca melompat turun dari ketinggian seratus meter masih menghantuinya, hampir membuat Sieghart kehilangan fokusnya dalam pertarungan. Seandainya ia bertarung solo, entah sudah berapa pukulan dari batu yang dilemparkan serta hantaman dari batang kayu para goblin diterima oleh tubuh abadinya
"Tch! Goblin-goblin sial. Selalu saja mengganggu manusia. Kalian tidak pernah belajar dari kejadian 600 tahun yang lalu, hah?" Sieghart melemparkan pedangnya ke arah musuh. Pedang itu kembali kepadanya seperti boomerang. "Tetapi, terima kasih karena kalian, aku bisa mendapatkan nama yang begitu harum! Hahaha! Iron Crusher!"
Gadis Phoenix hanya bisa mendesah, tersenyum canggung menanggapi Sieghart yang mulai asyik mengikuti arus pertarungan. Api kuning-kemerahan dan ungu-kehitaman menari-nari dalam medan peperangan, satu per satu goblin dan orc tumbang oleh tebasan dari kedua petarung.
"Grinding Punisher!" Sieghart berlari, menyeret pedang yang ditancapnya ke tanah, melompat tinggi sembari menebaskan pedangnya ke udara, menciptakan lidah api ungu-kehitaman dan mengulanginya sekali lagi sebelum terjun kembali ke tanah, meledakkan aura kegelapannya.
"Jurus itu?!"
Kedua petarung menghentikan aksi pembantaian, menengok secara bersamaan, menemukan tiga orang gadis tak jauh dari mereka.
"Bala bantuan?" si Phoenix tersenyum. "Syukurlah…"
"Siapa kau?!" gadis ksatria berambut merah itu mengacungkan pedang yang semerah rambutnya kepada mereka. "Bagaimana kau bisa menggunakan teknik keluargaku?!"
"Keluargamu?" Sieghart mengangkat sebelah alis. "Ah! Rupanya kau adalah keturunanku, hah?" ia tertawa. "Rasanya kurang sopan bila aku langsung pergi tanpa meninggalkan kartu nama terlebih dahulu, terutama untuk cucu buyutku tersayang," ia menendang jauh seekor goblin sebelum melanjutkan, "Namaku Sieghart, Gladiator legendaris dari Kanavan. Aku yakin kalian tidak pernah mendengar namaku karena orang tua kalian tidak pernah membawa ceritaku menjadi cerita pengantar tidur kalian, hahaha!"
Phoenix sekali lagi terkekeh canggung mendengar jawaban Sieghart.
"Aku kemari untuk mencari 'Grand Chase'. Kalian tahu ada dimana mereka?"
"Tutup mulutmu! Beraninya kau menyalahgunakan nama leluhurku!" bentak balik si ksatria merah.
"Woah, woah, tenangkan dirimu, bocah merah," Sieghart mengibas-ngibaskan tangan kanannya. "Memang, aku merasakan bahwa kita memiliki hubungan keluarga tetapi, aku tidak punya waktu untuk bocah-bocah tengil seperti kalian."
"Bocah tengil?!"
"Hahaha! Baiklah, bala bantuan sudah datang dan ada baiknya kami segera kembali ke panggung belakang," Sieghart berbalik. "Jika kalian bertemu dengan 'Grand Chase', katakan pada mereka aku dan bocah di sampingku menunggu kalian di Xenia! Sampai jumpa!" ucapnya sebelum berlari meninggalkan medan pertempuran.
"Maaf atas kekasarannya," Phoenix itu membungkuk sebelum berubah kembali menjadi Phoenix kecil dan terbang menyusul Sieghart.
"Hei! Tunggu! Kami adalah 'Grand Chase' yang kalian cari! Heeeiii~! Nampaknya mereka terburu-buru sekali…" ucap si gadis elf berambut pirang, menggeleng lelah.
"…Saudara Sieghart," Phoenix yang bernama asli Kao Eun itu terbang merendah sejajar kepala si Gladiator legendaris. "Kurasa mereka meneriakkan 'Grand Chase' tadi…"
"Ah… Sudahlah! Kita tunggu saja mereka di Xenia, bocah!"
Eun menoleh ke belakang. Ya, mereka baru tiga kilometer jauhnya dari tembok luar Serdin dan rekan petualangnya tak bersedia untuk kembali. Ia hanya bisa menghela napas atas kemalasan si manusia abadi yang tengah berjalan santai.
To Be Continued…
Author's note: Halo! Jumpa lagi dengan saya, Kaien-Aerknard, di fanfict terbaru saya untuk Grand Chase, [The Immortals]. Fict ini terinspirasi setelah saya officially memasukkan Sieghart sebagai salah satu tokoh di fanfict Sengoku Basara saya, [Tales of Onmyouji]. Kao Eun adalah bahasa korea dari Cao Yin, which is nama dari OC saya yang dalam fanfict SB itu, adalah sohibnya Sieg bc of some circumstances seperti mereka adalah mahluk abadi dan harus menjalani berkah yang somehow menjadi kutukan. Cao Yin yang di cerita SB itu adalah mahluk mistis penjelmaan dari Phoenix (karena asal dia dari Wei – fandom Dynasty Warriors yang lambang kerajaannya adalah Phoenix).
Anyways, cerita ini ga bakal panjang-panjang amat per chapternya (saya tidak terbiasa untuk menulis multichapter tbh). Updatenya juga bakal lama banget mengingat saya nekat mempublish cerita ini saat sedang sibuk-sibuknya di dunia nyata...
Stay tuned! Terima kasih untuk reviews dan faves-nya!
Hope you do enjoy the story! Stay tuned!
