Author: Xiunini

Pair: Chanyeol x GS!Kyungsoo, Luhan x GS!Kyungsoo (Untuk chapter ini) yang lain menyusul~

Warning: OOC, AU, Typos, dll.

Author's Note: Halo! Kami author baru di ffn. Xiunini itu dua orang ya hahaha.. Jadi maaf kalau semisal cerita ini masih banyak kekurangan.. ):

.

DON'T LIKE DON'T READ

.

.

ENJOY~

BRAKK

BRUKK

Seperti biasa. Selama dua bulan ini kericuhan selalu terjadi dalam apartmen itu. Entah barang yang dilempar atau sesuatu yang pecah. Penghuni apartmen disebelah sudah mulai terbiasa dan hanya bisa menghela nafas jika kericuhan terjadi. Dan jangan lupakan teriakan seorang pria dan wanita yang merupakan tokoh utama kericuhan yang dikabarkan tinggal bersama dan sudah menikah.

"Chanyeol! Kubilang hentikan! Hentikan melempar barang-barangmu seperti itu. Aku bisa membantu mencari barangmu." Ucap Kyungsoo malas sambil mengambil barang-barang yang terlempar.

"Kau bisa apa, huh? Lebih baik kau membuatkanku makanan. Ingat, aku ini suamimu. Kau harus memperlakukanku dengan baik." Ucap Chanyeol tanpa menoleh melihat Kyungsoo yang tampak lelah. Kyungsoo pun bangkit dari duduknya dan menuju dapur.

Chanyeol masih terus mencari barangnya yang-entah-apa dan tidak memperhatikan jam yang sudah menunjukkan pukul 7. Harusnya dia sudah berangkat pukul setengah 7 tadi, karena sekretarisnya bilang ada meeting pagi, tapi mungkin dia terlalu asyik mencari sampai melupakan kerjanya. Kyungsoo pun hanya diam karena memang dia tidak tahu dan tidak mau tahu urusan Chanyeol. Tugasnya hanyalah membersihkan rumah, memasak, dan menyelesaikan novel nya yang mendekati deadline.

Drrt..
Drrt..

Chanyeol meraih ponselnya. Ia masih frustasi karena belum menemukan barangnya.

"Halo.."

"Pak, Anda ada dimana? Meeting akan segera dimulai."

"Hah? Meeting apa?" Ia mulai berpikir.

"Pak, saya sudah memberitahu Anda kemarin kalau hari ini ada meeting pagi."

Shit! F*ck! Bagaimana aku bisa lupa hal sepenting itu? Bodoh sekali kau Park Chanyeol!

"Tunggu aku 15 menit lagi."

Setelah itu sambungan telepon terputus dan dia langsung merapikan kemeja dan celananya, kemudian mengambil jas di dalam lemari. Dengan terburu-buru ia mengambil sandwich yang disiapkan Kyungsoo. Melahapnya dengan tiga kali gigit dan meminum kopinya sekali tenggak. Tanpa mempedulikan Kyungsoo yang sedang sibuk dengan masakannya, ia langsung keluar tanpa pamit. Kyungsoo hanya menatap kepergian Chanyeol acuh. Untuk apa ia peduli pada pria itu sedangkan dirinya saja hanya dianggap pembantu untuknya.

Jujur saja, ia tidak menginginkan pernikahan ini. Ia yakin pernikahan ini tidak berdasarkan cinta. Karena memang mereka tidak saling mencintai. Mereka hanyalah dua orang asing yang harus menikah karena wasiat kakek Chanyeol. Kakek Chanyeol bilang mereka harus menikah karena sesuatu yang tidak mereka pahami. Orang tuanya pun setuju saja karena demi apapun.. siapa yang tidak ingin punya menantu seperti Park Chanyeol? Seorang pria yang kaya, pintar, menawan dan pewaris tunggal perusahaan keluarganya. Karena pernikahan ini Kyungsoo harus rela kehilangan beberapa temannya. Mereka iri, tentu saja.

Kyungsoo menatap masakannya lelah. Sampai kapan ia bisa bertahan? Bisa saja nanti ia menyukai Chanyeol. Itu hal mudah untuk seorang gadis. Cukup sering bertemu bisa membuat jatuh cinta. Tapi apa Chanyeol bisa begitu? Ia pikir tidak. Chanyeol orang yang keras, kasar dan angkuh. Tidak selaras dengan penampilannya yang menawan dan otaknya yang jenius. Kyungsoo menghela nafas.

"Lebih baik aku melanjutkan novelku saja daripada memikirkan hal lain."

"Bisa-bisa nya aku lupa dengan meetinghari ini? Ini semua gara2 barang itu!" Chanyeol pun langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam, tak selang beberapa menit ia sudah ada di depan kantor nya.

"Selamat pagi Pak Direktur" Sapa sekretarisnya yang sudah menunggu kedatangannya dengan ramah.

"Ini" Chanyeol memberikan kunci mobilnya pada supir untuk di parkirkan. Mengabaikan semua sapaan karyawan dan bisik-bisik para wanita yang ada disana. Yang mengangumi ketampanannya. Chanyeol berjalan ke arah lift, sesampainya di lantai 54 Chanyeol langsung bergegas ke ruang meeting. Asistennya sudah siap di meja dengan berkas-berkas yang akan dibahas.

"Selamat pagi Pak Direktur" Sapa asisten chanyeol ramah sambil membungkuk 90°.

"Ya, pagi. Apa kau sudah menyiapkan berkas untuk meeting?" Tanya Chanyeol

"Sudah, pak, sudah saya siapkan semuanya" Jawab asistennya sambil memberikan berkas yang Chanyeol maksud. "Berapa banyak wktu yg tersisa?" Tanya chanyeol lagi. "Tinggal 15 menit lagi, pak" jawab assisten khawatir

"Pak, hari ini Anda terlihat sedikit kacau. Apa Anda baik-baik saja?" Tanya asistennya dan Chanyeol hanya menoleh padanya dan menjawab, "Ya, aku baik-baik saja, Yoojung"

Yoojung terdiam melihat atasannya yang berulang kali menghela nafas. Pasti ia punya masalah, batin Yoojung.

"Ngomong-ngomong kemana utusan dari Kim Corp?" Tanya Chanyeol yang melihat ruangan meeting kosong. "Ah, tadi sedang break, Pak." Jawab Yoojung. "Dan sambil menunggu Bapak datang. Mungkin dia sedang ada obrolan dengan Direktur Kim. Kulihat tadi dia sedang mengangkat telpon."

"Benarkah? Baiklah kalau begitu." Chanyeol sudah siap duduk di tempatnya. Kemudian Jongdae–utusan dari Kim Corp– masuk ke ruang meeting. Ia tersenyum pada Chanyeol dan Chanyeol membalasnya.

"Sebelumnya, izinkan Saya meminta maaf karena keterlambatan Saya. Sekarang mari kita lanjutkan rapat yang tertunda ini" Ucap Chanyeol dan langsung diangguki semua yang ada di ruangan itu. Jongdae menatap Chanyeol maklum.

Tentu saja itu hanya pencitraannya dihadapan kolega-koleganya. Ia tidak mau dicap sebagai direktur yang tidak tau sopan santun. Demi perusahaannya ia rela melakukan apapun.

Kyungsoo POV

Aku menatap laptop didepanku bingung. Kubaca lagi novel yang kubuat berulang kali. Tapi hasilnya sama saja. Aku tidak bisa melanjutkannya. Sial! Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Kenapa aku menjadi orang linglung seperti in?

"Lebih baik aku mengajak Luhan keluar saja. Aku stress dirumah."

Luhan adalah teman SMA ku dan mungkin sahabatku. Sampai sekarang kami masih sering bermain. Ia seorang pria keturunan Cina. Dia tampan.. ya mungkin itu yang dikatakan semua orang. Tapi, menurutku dia cantik.. Aku tidak tahu kenapa.. Hanya saja kadang aku merasa dia yang notabene nya seorang pria bisa lebih cantik dari seorang wanita.

Baiklah aku akan menghubunginya sekarang. Dirumah saja membuatku buntu.

"Halo.."

"Oh, hei, Lu, apa kabar?"

"Kyungsoo? Ah.. Lama sekali kau tidak menelponku"

"Aku ada sedikit masalah akhir2 ini" Aku mengatakannya lirih.

Luhan terdiam di ujung telponnya. Aku mendengarnya berbicara dengan orang lain. Mungkinkah pacarnya?

"Oh maaf, Kyungsoo. Btw, aku tidak dengar apa yang kau katakan tadi. Ada apa?"

"Ah tidak ada, Lu. Ayo bertemu. Aku menunggumu di taman dekat rumahmu dulu. Aku mau menghirup udara segar."

"Hahaha... Untuk apa kau ke taman kalau ingin menghirup udara segar? Kau bisa keluar rumah. Tapi baiklah aku akan kesana 5 menit lagi."

"Oke 5 menit."

"Oke. Sampai jumpa."

"Samp-" Tutt.. Tutt..

Sangat Luhan sekali. Dari dulu selalu seperti itu. Bahkan aku belum mengucapkan "sampai jumpa" dengan lengkap dan dia sudah menutup telponnya. Aku mengambil tas kecil, memasukkan dompet, dan barang kecil lainnya yang kukira akan berguna. Ya.. Aku hanya akan ke taman. Tidak usah membawa banyak barang.

Setelah selesai mengunci pintu aku mengeluarkan vespaku dan menuju taman.

.

.

Setelah sampai ditaman dan memakirkan vespaku, aku mencari Luhan. Dan kemudian aku melihatnya sedang bersama seorang wanita. Siapa dia? Pacarnya kah? Ah, tidak mungkin!

"Luhan!" Teriakku. Kemudian dia menoleh dan melambaikan tangannya padaku. Ia berbicara sebentar pada wanita tadi sebelum berlari kearahku.

"Hei Yo~ Kemana saja kau Kyungsoo? Bersenang-senang dengan keluarga kecilmu, huh? Sampai-sampai kau melupakanku. Oh tentu saja kau tidak menelponku! Itu akan membuat suamimu cemburu, iya kan? Ah~ Kyungsoo kecilku sudah besar ternyata."

Luhan tersenyum padaku. Aku mendecih melihatnya. "Apa yang sebenarnya kau bicarakan?"

Keluarga? Kecil? Hah! Apa-apaan itu. Aku masih hidup sendiri, hanya saja ada orang lain yang hidup bersamaku. Orang aneh yang tidak tahu cara memperlakukan seorang wanita dengan baik. Ah aku lupa.. Dia kan bukan siapa-siapa. Hanya hubungan dengan status dan tidak dilandasi hati. Sama saja, mau dirumah, ditaman aku juga akan tetap kepikiran masalahku.

"...soo"

Aku mengedipkan mataku sekali, "Ya, apa, Lu?"

"Kau melamun."

"Tidak."

"Ya. Aku melihatnya."

"Tidak, Lu."

"Ya"

"Tidak."

"YA!"

Aku terkesiap. Luhan masih bisa membentak ternyata. Padahal biasanya ia yang kalah jika berdebat. Atau lebih tepatnya mengalah. Ya aku tidak tahu kenapa ia suka sekali mengalah jika denganku. Karena aku wanita? Tentu saja tidak mungkin!

"M-Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu. Aku hanya gemas saja melihatmu yang tidak mau mengaku."

Lihatlah! Dia meminta maaf padaku. Aku melihat raut penyesalan di wajahnya. Astaga, dia ini..

"Tidak apa, Lu." Kataku. "Aku hanya sedikit shock karena kau membentak."

Ia menganggukkan kepalanya mengerti. Kemudian kembali menatapku yang entah kenapa membuat jantungku berdegup. Serius, rasanya seperti dia mengintimidasiku. Dan oh! Aku baru sadar kalau dia tampan sekali.

"Ceritakan semua masalahmu padaku." Ucapnya tenang tanpa penekanan, matanya menatap langsung mataku. Aku membatu. Aku tidak bisa melakukan apapun.

Apa ini? Apa ini semacam hipnotis? Aku bisa melihat wajahku di matanya. Jantungku tidak berhenti berdegup. Luhan mendekatkan kepalanya. Tangannya menangkup kedua pipiku. Apa dia akan menciumku?

Siapapun tolong jelaskan apa yang terjadi pada Luhan!

TBC/END?

Halo!

Ini ada yang baca gak ya? Aduh pesimis lagi kan T-T

Makasih banyak buat yang baca.. Kalau bisa sih review juga hehe..

Kalau cuma jadi siders juga nggak papa^^

So… TBC/END?