Title : You or him?

Genre : Romance, Drama.

Disclaimer : This story is mine. But the chara isn't mine T.T

Warning : This is boys love! Suho as uke. School dormitory inside. Awas ada typo…

.

.

Kim Junmyeon namanya. Dia adalah murid baru di Star Highschool. Sekolah asrama khusus laki-laki. Dia pindah ke sekolah ini karena ayahnya yang pindah tugas ke Seoul.

"Jaga dirimu baik-baik. Semoga kamu suka sekolah disini." pesan Ibunya saat mengantarnya ke sekolah barunya.

"Iya, ma."

Ia menggeret koper yang berisi baju dan perlengkapan lainnya. Ia tidak tahu harus pergi kemana. Dan lagi, sekolah ini sangat luas. Ia bahkan tidak tahu letak asrama berada.

"Hey, anak baru?"

Junmyeon terkesiap saat ada seseorang menepuk bahunya. Ia berbalik dan-wow! Orang ini tinggi sekali!

"I-iya. Tapi aku tidak tahu harus kemana."

Lelaki itu tersenyum lebar. Terkesan idiot di pikiran Junmyeon.

"Baiklah. Akan ku antar ke ruang kepala sekolah untuk mengurus surat kepindahanmu-"

"Sebenarnya masalah surat kepindahan sudah diurus sejak kemarin."

Lelaki tadi mengangguk kikuk.

"Kalau begitu, aku akan menunjukkan kamarmu. Kita sekamar loh"

Junmyeon hanya mengangguk dan mengekor dibelakang pemuda tinggi itu.

"Oh iya, namamu siapa?"tanya Junmyeon sembari menyamakan langkah lebar pemuda itu.

"Aku Park Chanyeol. Lalu namamu siapa?"

"Kim Junmyeon."

Junmyeon berjalan dibelakang pemuda tiang ini dengan berjuta pikiran.

"Um, Chanyeol-ssi, apakah hari ini tidak ada kegiatan pembelajaran?"

"Tidak ada. Ini hari Kamis. Setiap hari Kamis dan Minggu, kegiatan belajar dan mengajar diliburkan." jelas Chanyeol. Junmyeon hanya ber-oh ria.

"Lalu, satu kamar berapa orang?"

"Ada tiga orang."

Junmyeon mengangguk paham.

"Apakah masih jauh? Maaf, aku terlalu banyak bertanya ya?"

Pemuda itu hanya terkekeh, "Tidak apa-apa. Bertanyalah sepuasmu. Sebentar lagi kita sampai kok. Kau lelah? Mau kugendong?"canda Chanyeol.

"Ti-tidak perlu! Maksudku, tidak usah digendong. Aku masih bisa berjalan sendiri."

Junmyeon merutuk dalam hatinya. Chanyeol didepannya lagi-lagi terkikik geli.

"Nah, kita sudah sampai. Jja, lepas sepatu mu lebih dulu."

Junmyeon melepas sepatunya lalu menyusunnya di rak yang telah tersedia.

"Chanyeol-ssi, kemana roomate kita?"

"Dia pasti berada di lapangan indoor. Biasanya bermain basket. Oh iya, panggil aku Chanyeol saja. Kalau perlu, panggil aku Chanyeol tampan."

"Ih, narsis banget!"seru Junmyeon.

"Haha.. Kau lihat lemari yang ada di pojok itu? Kau bisa menyusun baju-bajumu disana."

Junmyeon mengangguk seraya menarik kopernya.

"Junmyeon-ah, kau lapar?"

"Emm..tidak juga sih. Tapi aku mau ramyun."

"Akan kubuatkan untukmu."

Chanyeol melenggang menuju dapur. Setelah selesai menata bajunya, ia mengamati ke sekeliling asrama ini. Ternyata, cukup luas untuk ditempati tiga orang. Sejauh ini, ia hanya melihat dua kasur. Lalu, bagaimana dengannya? Junmyeon pun mendatangi Chanyeol ke dapur.

"Yeol?"

"Ah, ini ramyunmu."

"Wow, cepat sekali."

Chanyeol hanya tersenyum.

"Oh iya, aku lihat, disini hanya ada dua kasur. Lalu, aku tidur dimana?"

"Kasur ketiga itu rusak, dan kemarin baru diganti. Mungkin, dua hari lagi kau akan tidur dikasur baru. Kau bisa tidur denganku, atau dengan Yifan."

"Yifan? Roommate kita?"

Chanyeol mengangguk. Junmyeon pun melanjutkan makannya.

.

.

Bulan kini telah menggantikan tugas matahari untuk menyinari bumi dengan sinarnya yang redup. Junmyeon sedang tiduran disalah satu kasur. Ia tak tahu kasur yang sedang direbahinya ini milik siapa. Yang pasti, kasur ini sangat nyaman. Ia menyukai bau citrus yang menguar dari kasur ini. Hingga Junmyeon jatuh tertidur disitu.

"Hey, bangun."

"Hng?"

Junmyeon memaksakan untuk membuka matanya. Lalu ia duduk dan mengucek matanya.

"Kenapa dibangunkan? Kasihan dia kelelahan."ujar Chanyeol.

"Tidak apa-apa."

Junmyeon pun dengan berat hati turun dari kasur yang ternyata milik Yifan itu. Kasurnya benar-benar nyaman.

Junmyeon melirik jam yang tergantung diatas lemari. Ternyata sudah pukul 09.00. Ia memegangi perutnya yang kelaparan. Ia pun berjalan menuju dapur.

Ternyata, di dapur ada Chanyeol.

"Hei, sedang membuat apa?" tanya Junmyeon sekedar basa-basi.

"Aku mau membuat susu. Kau mau?"tawar Chanyeol

"Aku lapar. Tapi kalau kau tidak keberatan, aku juga mau susu." jawab Junmyeon sambil nyengir lucu.

"Aku tidak keberatan kok. Di meja ada beberapa lauk."

Junmyeon mengangguk lalu berjalan menuju meja makan.

"Siapa yang memasak ini? Kau?" Tanya Junmyeon.

"Ya, aku yang memasaknya. Sebenarnya, itu sisa lauk pagi tadi. Tidak apa, kan?"

"Ooh, begitu. Tidak apa-apa."

Chanyeol mendekat ke meja makan dan meletakkan segelas susu hangat yang baru dibuatnya. Junmyeon menatapnya dan tersenyum kecil,"Gomawo, Chanyeol-ah. Maaf, aku merepotkanmu sedari tadi."

"Ah, tidak apa-apa. Aku ke kamar duluan, ne?"

Junmyeon hanya mengangguk dan melanjutkan makannya.

.

.

Chanyeol serta Yifan sudah tidur mendahului dirinya. Ia juga sudah mengantuk. Tapi, ia sangat ingin tidur di tempat Yifan. Ia pun berjongkok disamping kasur Yifan. Ia bisa mendengar deru nafas Yifan yang teratur.

Ia menghembuskan nafasnya. Tanpa ia tahu, Yifan ternyata belum benar-benar tidur.

"Apa yang kau lakukan?"

Junmyeon berkedip. Suara itu berasal dari Yifan.

"Kau belum tidur?" tanya Junmyeon heran. Bukankah dengkuran halus tadi berasal dari Yifan?

"Aku hanya merasa sedang diawasi. Apa yang kau mau?"

Junmyeon menatap Yifan ragu, "Emm, bolehkah aku tidur denganmu? M-maksudku tidur di tempatmu."

Tanpa Junmyeon duga, Yifan menggeser tubuhnya.

"Apa yang kau tunggu? Cepat tidur!"

Junmyeon tersenyum pelan,"Terima kasih!"

Junmyeon pun merebahkan dirinya.

"Jaljayo" kemudian ia menguap lebar. Ia benar-benar mengantuk. Tak lama kemudian, Junmyeon telah terlelap. Meninggalkan Yifan yang masih terjaga.

Yifan mengusap pipi Junmyeon. Dia benar-benar menggemaskan saat tidur, inner Yifan. Senyum tipis menghampiri bibir Yifan.

"Ne, Jaljayo, Junmyeon-ah."

.

.

Pagi sudah datang. Matahari mulai muncul sedikit demi sedikit. Namun, kamar asrama bernomor 205 ini belum menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Seluruh penghuninya masih menyelami alam mimpi masing-masing. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul enam tepat.

Junmyeon mengerutkan dahi-matanya masih terpejam. Tak lama kemudian, matanya terbuka. Dia belum benar-benar sadar. Ia merasa hangat dan nyaman, membuatnya enggan untuk beranjak mandi.

Tetapi, ia merasakan sesuatu yang aneh. Ia memaksakan untuk membuka sepasang matanya yang terasa sangat berat. Ia melihat sesuatu didepannya. Warna putih? Pandangannya naik keatas dan-

"Uwa!"

Bruk

Pekikan kecil dan gedebuk(?) pelan itu berhasil membangunkan dua orang lainnya.

"Kenapa berteriak?"tanya Chanyeol dengan wajah mengantuk.

"Ti-tidak apa-apa. Ayo kalian, cepat bangun!"

Junmyeon segera kabur menuju kamar mandi. Yifan dan Chanyeol hanya bergumam malas.

Di kamar mandi..

Junmyeon membasuh wajahnya berkali-kali. Wajahnya memerah.

"Kenapa aku dan dia tidur berpelukan seperti itu? Memalukan!"

.

.

Berkat Junmyeon yang terlalu 'pintar' ia pergi ke gedung sekolah sendirian. Dan sekarang, ia tersesat karena tidak tahu letak kelasnya.

"Maaf, aku mau bertanya, kelas 2-1 dimana?"

Ia bertanya pada namja bermata kecil berlapiskan eyeliner berwarna hitam.

"Kau murid baru itu ya? Ayo ikut aku! Aku sekelas denganmu."

Junmyeon benar-benar bersyukur karena namja yang tingginya kurang lebih sama dengannya ini sekelas dengan dirinya.

"Namamu siapa? Aku Baekhyun."

"Aku Junmyeon."

Mereka berjalan menuju kelas diselingi dengan obrolan kecil.

Sesampainya di kelas, masih banyak kursi yang kosong. Padahal jam telah menunjukkan pukul 06.45.

"Junmyeon, duduk denganku ya?"

Junmyeon mengangguk.

"Hey, kau sekamar dengan Chanyeol dan Yifan, kan?"

Junmyeon mengangguk, "Ya, kenapa?"

Baekhyun tersenyum misterius, "Haha, tidak apa-apa."

Junmyeon tidak ambil pusing mengenai tingkah Baekhyun ini.

"Baek, jam masuk masih lama, ya?"

"15 menit lagi bel masuk akan berbunyi."

Junmyeon mengangguk paham, "Oh, begitu.."

.

.

Sekarang sudah jam istirahat. Dan Baekhyun mengajak Junmyeon untuk pergi ke cafetaria.

"Baek, aku lupa bawa uang saku ku."keluh Junmyeon.

"Hari ini aku traktir."

"Serius?"

Baekhyun mengangguk, "Duarius malah"

Junmyeon tertawa,"Susu cokelat aja."

"Kamu nggak lapar?" tanya Baekhyun.

Junmyeon menggeleng.

"Tunggu sebentar ya."

Junmyeon mengedarkan pandangannya ke sekeliling cafetaria. Cukup ramai dengan beragam suara memenuhi ruangan ini. Apalagi, semua penghuni sekolah ini laki-laki. Suaranya bermacam-macam, bukan?

Tak berselang lama kemudian, Baekhyun datang dengan nampan ditangannya.

Baekhyun meletakkan segelas susu cokelat dingin beserta sepiring makanan lain yang tidak Junmyeon pesan kehadapannya.

"Ini untukmu. Aku belikan kentang goreng juga ya?"

"Tidak apa-apa, kan Baek? Maaf merepotkan."

"Sama sekali tidak merepotkan."

"Gomawo."

Mereka makan dengan tenang, sampai sebuah suara mengejutkan mereka.

"Hey, ByunBaek!"

"Uhuk! Uhuk!"

Dengan tidak elitnya, Baekhyun tersedak saat seseorang menepuk bahunya kencang.

"Yak! Untuk apa kesini?! Dasar idiot."

Seenak jidatnya, namja tadi-ternyata Chanyeol-mencomot nugget milik Baekhyun.

"Ish, kau!"

"Jangan marah, Byun"

Junmyeon hanya bisa sweatdrop. Ternyata Chanyeol itu-sangat-jahil.

"Hai Junmyeon"sapa Chanyeol.

"Yaa"Junmyeon menyahut seadanya.

Kriiiing

"Baek, ayo kembali ke kelas."

"Iya iya..kau duluan. Aku harus mengurus tiang ini sebentar."

"Baiklah."

Junmyeon beranjak dari sana. Di koridor, ia melihat Yifan bersama teman-teman sekelasnya bermain basket dilapangan.

"Ternyata Yifan juga tinggi. Sepertinya melebihi Chanyeol."

Tanpa sengaja, mata mereka bertemu. Junmyeon hanya tersenyum kecil. Dan Yifan membalas dengan sebuah senyum tipis. Benar-benar tipis, sehingga senyum itu tidak terlihat oleh Junmyeon. Dan ia mengira bahwa Yifan tidak menyukainya. Ia menunduk tanpa mau melihat ke arah lapangan lagi.

.

.

Jam pelajaran kosong, karena Kun-saenim tidak dapat hadir karena sakit. Dan kelas Junmyeon benar-benar ribut.

Junmyeon yang bosan hanya menggambar tidak jelas di notebook-nya.

"Baek-ah,"

"Hm?"

"Aku pikir, Yifan tidak suka padaku."

Baekhyun menegakkan posisi duduknya dan mencondongkan tubuhnya kearah Junmyeon,"Kamu suka sama Yifan?!"

Junmyeon membulatkan matanya,"Bukannya begitu! Ish,"

Baekhyun mengerutkan dahinya,"Lalu?"

Junmyeon menggembungkan pipinya,"Tadi, saat hendak ke kelas, aku melihat Yifan main basket dilapangan. Lalu, tanpa sengaja ia melihatku, begitupun sebaliknya. Aku tersenyum saat ia melihat kearahku. Tapi, ia tidak membalas senyumku,"

Baekhyun ber-oh ria sambil mengangguk paham.

"Ooh, begitu. Ya, kau mungkin bisa menebak dari wajahnya. Dia begitu dingin, jarang tersenyum. Padahal, kan dia itu ganteng, tinggi, jago main basket, main gitar juga lumayan. Dia pernah mengisi acara pensi tahun lalu. Dia bermain gitar." Oceh Baekhyun.

Junmyeon hanya bergumam pelan sembari melanjutkan kegiatan corat-coretnya tadi.

"Apakah, Yifan itu murid popular disini?" Tanya Junmyeon

"Ya, dia cukup populer. Dia ketua Osis lho,"

"Oh, jinjja?"

"Ne. Kenapa kau sepertinya sangat penasaran dengan seluk beluk Yifan? Apa kau benar-benar menyukainya?"

"T-tidak! Sungguh. Aku hanya penasaran." Elak Junmyeon.

"Baiklah..aku pikir kau menyukai Yifan" ucap Baekhyun bermaksud untuk menggoda Junmyeon.

"Baekhyuun!"

.

.

Sudah satu minggu Junmyeon menuntut ilmu disini. Dan banyak kejadian yang mengisi kesehariannya. Ia menjadi pengganti wakil ketua Osis yang mengundurkan diri karena suatu alasan.

"Hey, minggu depan akan ada pameran seni!" teriak Jongdae heboh.

Semuanya asyik pada kegiatan masing-masing, menghiraukan eksistensi Jongdae didepan sana.

"Sudahlah, yang penting aku sudah mengumumkan hal ini." Kata Jongdae acuh dan kembali ke tempat duduknya.

"PENGUMUMAN UNTUK SELURUH PENGURUS DAN ANGGOTA OSIS,BERKUMPUL DI AULA SEKARANG JUGA!"

Terdengar pengumuman yang pasti terdengar ke seluruh penjuru sekolah.

"Baek, aku ke aula dulu ya."

"Ye."

Junmyeon berjalan keluar kelasnya menuju aula. 'Pasti mengenai pameran seni', pikir Junmyeon.

Junmyeon telah tiba di aula. Disana pengurus dan anggota Osis telah berkumpul. Disana juga ada Sam-saenim.

"Baiklah, semua sudah berkumpul?"

"Ne!"

"Kalian sudah tahu, 'kan, kalau minggu depan sekolah kita akan mengadakan pameran seni?"

"Ne!" koor seluruh anggota.

"Saya akan membagikan tugas. Untuk ketua dan wakil, kalian akan memperbanyak undangan yang telah kalian buat. Sekretaris mencatat hal-hal yang perlu dibeli. Bendahara cukup menjaga uang yang akan digunakan nanti. Dan anggota yang akan menyebar luaskan undangan. Arrachi?"

"Ne, saenim!"

"Baiklah, kerjakan tugas masing-masing. Kalian boleh bubar."

Junmyeon dan Yifan berjalan berdampingan.

"Yifan, bukankah printer sekolah rusak?"

"Ah, kau benar. Kita memprint keluar sekolah?"

Junmyeon mengangguk,"Kita kan sudah membuat contoh undangannya dan sudah disetujui Sam-saemnim. Jadi, kita tinggal memprintnya."

Junmyeon baru satu minggu sekolah disini. Namun, ia seperti sudah satu tahun sekolah disini.

Dua namja dengan tinggi yang kontras ini berjalan menuju asrama. Hanya Junmyeon yang masuk ke dalam kamar untuk mengambill flashdisk. Setelahnya ia keluar dan mereka berjalan menuju gerbang utama.

Junmyeon meminta izin terlebih dahulu pada satpam sekolah,"Annyeong Ahjussi, izin keluar ya. Kami mau memprint brosur."

"Ne, jangan terlalu lama."

"Arrasseo."

Mereka berjalan ke tempat percetakan yang berada cukup jauh dari sekolah. Sepanjang perjalanan, tiada satupun dari mereka yang membuka pembicaraan.

Kira-kira, tujuh menit mereka sampai di percetakan tersebut.

Tok tok tok

"Permisi,"

Cklek

Seorang wanita paruh baya membukakan pintu,"Mau memprint?"

Junmyeon dan Yifan mengangguk.

"Silahkan masuk. Kalian tunggu sebentar, ya."

Lagi-lagi, keheningan melanda mereka berdua. Sesekali Junmyeon mencuri pandang pada Yifan, lalu memngalihkan pandangannya saat Yifan menyadari hal tersebut.

Wanita itu kembali,"Kalian bisa memprint sendiri? Maaf anak saya sedang tidak ada dirumah."

Mereka hanya mengangguk dan mendekati komputer beserta alat lainnya.

Skip

Undangan sudah selesai dicetak. Dan mereka sudah berjalan menuju sekolah. Yifan berjalan lebih dulu didepan. Sedangkan Junmyeon dibelakangnya, sedang mengecek undangan tersebut.

Namun, Junmyeon kurang memerhatikan jalan. Dan yang terjadi selanjutnya adalah-

"Uwa!"

Bruk

Junmyeon terjatuh. Dan Undangan tadi berhamburan didekatnya.

"Junmyeon!"

Yifan berlari ke arah Junmyeon,"Junmyeon-ah gwaenchanayo?"

"Kakiku sakit," tunjuk Junmyeon pada kaki kirinya.

Yifan membuka sepatu beserta kaus kaki Junmyeon yang sebelah kiri. Lalu menekan pelan pergelangan kakinya.

"Akh!" pekik Junmyeon kesakitan.

"Kakimu terkilir."

Junmyeon memasang kembali kaus kaki dan sepatunya. Lalu memunguti undangan yang berserakkan.

"Bisa berdiri tidak?" tanya Yifan.

Junmyeon mencoba untuk berdiri. Namun hasilnya-

Bruk

"Aduh.."

-Junmyeon kembali terduduk. Yifan berjongkok membelakangi Junmyeon.

"Ayo naik,"

Junmyeon berkedip,"T-tapi,"

"Cepat, kalau satpam itu mengunci gerbang bagaimana?"

"Ah, i-iya iya"

Dengan susah payah, Junmyeon naik ke punggung lebar Yifan. Yifan pun berdiri dan membenarkan posisi Junmyeon. Sedangkan Junmyeon mengalungkan tangannya ke leher Yifan dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Yifan.

"Yifan, apa aku berat?" tanya Junmyeon pelan.

"Tidak. Kau ringan sekali."

Junmyeon berdengung pelan dibalik leher Yifan.

Mereka telah sampai didepan gerbang sekolah.

"Apa yang terjadi?"Tanya pak satpam heran melihat Junmyeon berada dalam gendongan Yifan.

"Dia terjatuh, dan kakinya terkilir."jelas Yifan.

"Cepat bawa ke Uks! Nanti bisa bengkak."

Yifan mengangguk lalu tersenyum kecil dan mempercepat langkahnya menuju UKS.

.

.

Junmyeon sedang duduk diatas ranjang ruang kesehatan. Dia menunggu Yifan yang sedang memanggilkan dokter sekolah. Ia mengamati kakinya yang terkilir. Ia jadi teringat dengan Yifan yang langsung berlari menghampirinya saat ia terjatuh.

Caranya berbicara dan caranya menatap Junmyeon tadi penuh dengan kekhawatiran. Baru kali ini ia melihat ekspresi lain dari Yifan. Entah kenapa hatinya menghangat, karena ia bisa melihat ekspresi lain yang jarang dikeluarkannya. Mukanya selalu datar sedatar tembok. Junmyeon benar-benar heran dengan manusia satu itu.

Cklek

Dokter Jung masuk diiringi Yifan dibelakangnya.

"Kakinya terkilir ya?"tanya dokter muda itu sembari mengamati pergelangan kaki Junmyeon.

"Engh, ya,"

Dokter Jung pun mengambil salep pijat dari kotak obat. Dan mengoleskannya di tempat yang sakit.

"Tahan sebentar ya,"

"Aduh!" seru Junmyeon saat dokter itu memijat kakinya. Dan saat dokter itu memijat dengan kuat di bagian yang terkilir-

"Ya! Akh! Sakit uisanim! Yifan tolong!"

Sang dokter hanya memandang Junmyeon datar. Lalu Yifan? Ia mendekati Junmyeon lalu mengusap pelan pundaknya.

"Tahan sebentar, nanti kalau tidak dipijat, kakimu bengkak. Pasti akan sakit kalau berjalan. Aku kan tidak bisa selalu menggendongmu,"

Junmyeon meng-glare Yifan karena berbicara seperti itu didepan seseorang yang sedang mengobatinya.

"Ish, kau bicara apa sih?"

"Ayo uisanim, pijat kakinya agar bisa berjalan dengan normal."

Dokter Jung menggelengkan kepalanya heran sembari menahan tawanya. Ia kemudian melanjutkan kegiatan mengobati Junmyeon yang sempat tertunda.

.

.

Junmyeon kini sedang tiduran diatas kasurnya-Yifan. Ia tadi digendong Yifan menuju ke kamar asrama karena Yifan yang memaksanya. Yifan khawatir kakinya bertambah sakit kalau ia berjalan menuju kamar asrama yang cukup jauh ini. Dan saat itu, Junmyeon mengulum senyum dengan semburat tipis menghiasi pipinya.

"Hey, kenapa senyum-senyum sendiri dari tadi?"

Junmyeon bangkit dari lamunannya saat Chanyeol menyapanya-apakah itu bisa disebut sapaan?

"Em, tidak apa-apa."

Chanyeol duduk dipinggir ranjang yang diduduki Junmyeon.

"Kau terkilir?"

"Ah, iya. Tahu dari mana?"

"Murid-murid heboh saat melihat Yifan menggendongmu ke asrama. Dan kebetulan aku mendengar teriakanmu saat melewati ruang kesehatan."

"Oh, hehehe…" Junmyeon hanya terkekeh pelan.

"Kenapa kau terkilir? Jatuh ya?"

"Ya, aku jatuh saat memprint brosur edaran pameran seni minggu depan. Yaa, kau tahu sendiri, kan? Aku ini sedikit ceroboh."

"Bukannya sedikit, tapi sangat."

Junmyeon memajukan bibirnya,"Yah!"

Chanyeol membuat tanda 'peace' dengan jari telunjuk dan tengahnya, "Haha, aku bercanda."

Junmyeon hanya menghiraukannya.

Cklek

Pintu terbuka. Yifan muncul dibalik pintu itu. Tangannya memegang bungkusan.

"Hey, sudah baikan?"

"Ya, lumayan."

"Sini kulihat kakimu."

Junmyeon menyelonjorkan kakinya. Dan Yifan memeriksanya dengan seksama.

"Masih agak bengkak ya? Ini, pakai salep ini."

Junmyeon menyambut salep itu. Kemudian tersenyum manis, "Gomawo."

"Ah, iya.."

Yifan kemudian berlalu menuju dapur.

'Aneh. Kenapa sikap Yifan terlihat berbeda?'

To Be Continued

.

.

A/N:

Annyeong! Lama gak bawa ff :D gak punya ide sih.. T.T. Lagi-lagi aku bawa ff Krisho. Dan AlternativeUniverse-nya school life-lagi. Maaf ya, kalo reader bosen dengan genre seperti itu. Kan, fanfic lain dengan AU! Seperti itu udah banyak… gomen ne minna san.. T.T *bow

Sumpah deh, gak pernah bisa move on dari Krisho… oh iya, scene Suho terkilir itu, berdasarkan pengalaman aku XD. Tapi aku gak digendong kek gitu :3. Untuk chapter 2, aku gak tau kapan publishnya. Tapi kan, bentar lagi liburan semester. Mungkin, saat ada kesempatan bakalan ku publish chap selanjutnya.

Ya sudah…maaf kalau masih terasa pendek. Saya gak jago nulis ff panjang. Sekali lagi, maaf atas kekurangan fanfic saya ini. Kalau readers sekalian melihat ada kesalahan, jangan sungkan-sungkan untuk memberi kritik dan sarannya. Asal jangan mem-bash chara atau mem-flame karya saya aja, oKAI?

Aduh, malu banget deh / fanfic ini belum selesai di edit, tapi udah main publish aja maaf banget..maaf...banget sebeya...mohon maaf bagi yg udah baca plus review..aku baru sadar setelah fanfic ini dipublish..tapi tenang, fanficnya udah aku perbaiki. Sekali lagi, mohon maaf. Kalau ada kesalahan lainnya, tolong di kasih tau ya, biar bisa diperbaiki.

Gamsahamnidaaa

RNR pleaseeeeee... :3