Chapter 1
Because of you
.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Romance, Drama, Family
Pair : Uzumaki Naruto X Uchiha Sasuke
Rating : T/M
Warning : YAOI, Typo(s), M-preg(?), Supranatural, Don't like Don't read.
.
.
"Cepat!" teriak seorang pria dewasa berbaju khas kepolisian seraya mendorong pemuda raven didepannya secara kasar.
Pemuda bersurai raven didepannya hanya mendengus dan mempercepat langkahnya. Kedua tangannya dibelenggu dengan borgol besi. Ia hanya menurut, berharap dirinya tak lagi diperlakukan secara kasar oleh pria dewasa berbaju hitam itu.
Setelah sampai didepan sebuah pintu yang terbuat dari besi padat, pria dewasa itu membuka gembok pintu itu dengan kunci yang berada dalam satunya celananya.
Setelahnya, ia membuka borgol yang membelenggu pemuda raven, lalu mendorongnya masuk ke sebuah ruangan dibalik pintu besi secara kasar_lagi, hingga sang pemuda raven jatuh terjerembab pada lantai putih bersih nan dingin.
"Dasar lemah!" suara berat yang keluar dari pria itu penuh dengan tekanan mengejek.
Pria itu kembali menutup pintu dan menguncinya lagi, kemudian pergi berlalu dengan sebuah serigai yang membuat wajah sangarnya terlihat menyeramkan.
Pemuda raven itu masih dalam posisinya. Ia mengepalkan kedua tangannya dan mengertakkan giginya. Ia benci ini. Ia benci pada dirinya sendiri yang lemah.
Ia mendongakkan wajahnya, memperhatikan ruangan bersih berukuran cukup luas dengan cahaya minim yang akan ia tempati. Saat menoleh kesamping kiri, ia mendapati sebuah pintu kayu yang terlihat mengkilat akibat cahaya remang, yang ia yakini mungkin kamar mandi. Ia menoleh ke samping kanan, menemukan sebuah ranjang king size lengkap dengan bantal dan guling, tak lupa sebuah selimut yang berwarna senada dengan ranjang, yaitu merah maroon. Tak jauh dari ranjang itu, terdapat sebuah lemari coklat dengan ukuran sedang, serta sebuah meja kecil dengan tiga laci. Ketika pandangannya kedepan, sebuah sofa panjang berwarna merah maroon_lagi, tertangkap oleh kedua manik onix malamnya.
Ia menyernyit bingung. Ruangan yang ia tempati sama sekali bukan seperti sel penjara, akan tetapi lebih tertuju pada sebuah kamar.
Suara derit pintu mengalihkan pikirannya. Ia menoleh kearah samping kiri, mendapati seorang pemuda bersurai pirang yang basah akibat air memunggunginya. Ia tak mengenakan pakaian, hanya selembar handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Tetesan air yang mengalir dari bahu dan punggung yang kekar milik pemuda itu, sang raven berasumsi bahwa pemuda pirang tersebut barusaja selesai mandi.
Sang pemuda bersurai raven terbelalak lebar sebelum mengalihkan pandangannya kearah lain.
Ia tak menyangka akan ada orang lain yang berada dalam ruangan yang ia tempati. Setahunya, system penjara yang ia tempati adalah satu sel untuk satu orang. Dan setahunya pula, sebuah penjara tidak mungkin ada fasilitas layaknya sebuah kamar dalam hotel. Ini ada yang aneh!
"Hey, kau .." suara baritone merdu pemuda pirang terdengar oleh indera sang raven. Ia menoleh ke sumber suara, mendapati pemuda pirang yang tengah duduk di pinggir ranjang, lengkap dengan pakaian kasualnya. Sebuah kaos polo lengan pendek warna hitam, serta celana kain berwarna hitam yang hanya sebatas lutut. Kedua manik shapphire jernih milik pemuda pirang menatapnya tajam. Membuatnya seakan lupa bernafas akibat keindahan shapphire itu.
"Apa?" jawab sang raven datar. Berusaha mati-matian menahan kegugupannya. ia tak menyangka jika pemuda pirang yang ia lihat beberapa detik yang lalu belum mengenakan pakaian, kini telah berpakaian secara lengkap. Sejak kapan pemuda itu berjalan melewatinya ? apakah terlalu banayak berfikir, sehingga ia tak menyadari pemuda pirang yang beberapa detik lalu berjalan melewatinya menuju lemari ?
Ia beranjak dari posisinya dilantai, lalu berjalan perlahan menuju sofa panjang berwarna merah maroon yang hanya bejarak beberapa langkah dari tempatnya. Sesampainya, ia menghempaskan tubuh rampingnya pada sofa. Jauh berbeda bila dibandingkan dengan tubuh pemuda pirang yang kekar dan atletis. Ia menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa, lalu memejamkan kedua kelopak matanya. Menyembunyikan manik malamnya dibalik kelopak mata yang seputih salju. Sungguh! Ia sudah sangat lelah saat ini. Tubuhnya yang masih belia dan pada dasarnya memang lemah, bertambah dua kali lipat lebih lemah akibat perjalanan panjang, yang membutuhkan waktu setengah hari dari kota asalnya menuju tempat yang terpencil ini.
"Siapa namamu?" tanya baritone merdu itu, membuat sekujur tubuh sang raven meremang.
"Apa itu penting?" sang raven bertanya balik, tanpa menatap mata biru itu. Sejujurnya, ia takut. Dari segi luar, pemuda pirang itu memang tampan dan menawan. Akan tetapi, ia tak tahu sisi dari dalam pemuda pirang tersebut. Siapa tahu, pemuda pirang itu adalah seorang kriminal kelas berat, perampok, pemerkosa, atu lebih buruknya lagi, ia seorang phsyco_mengingat adanya fasilitas yang tidak biasa diruangan ini untuk sebuah sel tahanan.
The Hell! Ia masih ingin keluar dari sini hidup-hidup. Ia tak mau pulang ke kota asalnya hanya tinggal nama.
Pemuda pirang itu berdecak seraya memutar kedua manik shapphirenya. "Jawab sajalah,"
"Sasuke, Uchiha Sasuke." Jawab sang raven pada akhirnya_tak mau berdebat dengan orang yang bahkan baru beberapa menit ia temui.
"Well-namaku Naruto. Salam kenal, Sasuke .." ujar pemuda pirang.
'Kenapa ia tak memberi tahu nama marganya ? Dan-hey, sejak kapan Sasuke mengijinkannya memanggil dirinya dengan nama kecil?' berbagai macam pertanyaan muncul dibenak Sasuke. Namun, ia hanya bisa menghela nafas pasrah. Tak ingin memikirkannya lebih jauh lagi.
"Hn," sahut sang raven, singkat, padat, dan tidak jelas.
Pemuda pirang bernama Naruto itu menyerigai. Ia beranjak dari ranjang dan berjalan menuju tempat yang ditempati Sasuke. Ketika telah berada tepat ditujuan, tanpa berkata Naruto menghempaskan tubuh kekarnya di samping Sasuke.
Sasuke tentu saja dapat merasakannya, namun ia tak ambil peduli. Ia berusaha mengabaikan kehadiran pemuda pirang itu didekatnya. Kelopak matanya perlahan mulai memberat. Seiring dengan detik demi detik waktu berlalu, kelopak mata seputih salju itupun tertutup sempurna, tanda bahwa pemuda belia bersurai raven itu telah terlelap. Bersiap mengarungi dunia mimpi yang hanya akan diketahuinya.
Naruto yang duduk disamping Sasuke hanya diam memperhatikan wajah seputih salju tanpa cela. Bulu mata yang panjang dan lentik, hidung bangir yang sedikit berwarna merah diujungnya_mungkin karena kedinginan, dan jangan lupakan bibir mungil sewarna cherry yang nampak menggoda di mata Naruto. Hanya satu kata yang terlintas di pikiran Naruto waktu itu. Cantik.
Ia mengangkat tangannya dan bergerak untuk mengelus kulit wajah yang terasa begitu lembut. Seperti kulit bayi. Lalu turun menuju belahan bibir menggoda milik Sasuke. Darahnya terasa berdesir kala ia benar-benar menyentuhnya. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan, menggelitik daerah perutnya. Dadanya berdegup kencang, seakan ingin meledak. Bibirnya membentuk sebuah senyuman, bukan serigaian yang biasa ia lakukan.
Naruto menarik tangannya dari bibir menggoda si raven, lalu merendahkan tubuhnya. Ia mengecup lama bibir cherry milik Sasuke. Hanya sebuah kecupan ringan, bukan lumatan yang menuntut. Setelahnya Naruto membopong Sasuke ala Bridal style menuju ranjang king size tak jauh darinya berada. Ia menidurkan Sasuke dengan perlahan_takut jika sang raven akan terbangun. Ia menyelimuti Sasuke sebatas dada. Dan iapun masih sempat mengecup kedua kelopak mataseputih salju milik Sasuke yang tertutup erat.
"Selamat tidur. Mimpi indah, baby .." salamnya.
Kemudian ia berjalan menuju sofa, lalu tanpa pikir panjang ia menghempaskan tubuh kekarnya pada sofa.
.
.
.
Kelopak matanya seputih salju itu mengerjab beberapa kali sebelum terbuka sempurna. Ia bangun dari posisi berbaringnya menjad duduk. Kedua alisnya bertaut_pertanda bingung. Ia mendapati dirinya berada di atas ranjang king size merah maroon. Bukannya tadi ia berada di atas sofa ? lalu kenapa ia berada di atas ranjang ? Tunggu-kemana pemuda pirang yang bernama Naruto tadi?
Ia mengedarkan pandangannya, dan ia hampir terlonjak kaget keita manik onix miliknya bertemu pandang dengan Shapphire milik Naruto yang menatapnya datar. Ia tengah duduk statis di sofa. Mata itu seolah menghipnotisnya, membawanya pada keindahan tanpa dasar. Ia menahan nafas. Entah mengapa tiba-tiba wajahnya memanas. Ia segera mengalihkan pandangannya. Enggan bertemu pandang dengan manik biru jernih yang membuat debaran jantungnya tak beraturan.
Sedangkan pemuda pirang itu tersenyum kecil akan reaksi Sasuke. Sayangnya, Sasuke tak sempat melihat senyum menawan milik pemuda bersurai pirang.
"Tidurmu nyenyak, Suke ?" tanya baritone datar milik Naruto.
Sasuke menoleh dan menatap kedua manik biru jernih milik Naruto secara intens.
Naruto yang menyadari tatapan intens Sasuke hanya memandang datar. Ia mati-matian menahan tawanya ketika manik birunya mendapati tautan dikedua alis Sasuke. Baginya, itu menambahkan kesan lucu pada Sasuke. Sangat lucu malahan.
"Hn," sahut Sasuke pada akhirnya. Ia kembali berbaring dan menatap langit-langit ruangan yang berwarna putih dengan pandangan kosong. Hingga ia tak menyadari pemuda pirang yang tengah melangkah ke ranjang, lalu ikut berbaring disamping Sasuke.
"Sasuke ?" panggil Naruto dengan baritone merdu miliknya.
Sasuke agak terkejut ketika mengetahui Naruto telah ikut berbaring disampingnya. Ia menoleh kesamping menghadap Naruto. Manik onix miliknya meneliti wajah si pirang. Kedua manik shapphire yang jernih, hidung bangirnya yang terpahat sempurna, rahang yang kokoh, dan juga tiga buah garis halus di masing masing pipi berkulit tan itu.
Awesome!
Seketika Sasuke merasakan wajahnya memanas, bahkan sampai telinga. Ia segera mengalihkan pandangannya kembali menuju langit-langit berwarna putih. 'Si-sial!' rutuk Sasuke dalam hati. Demi Tuhan! Sasuke tak pernah memuji orang sebelumnya. Dan apa yang baru saja ia pikirkan ? Pemuda pirang yang tak lain adalah Naruto itu Awesome ? Oh, God! Sasuke mengira bahwa otaknya sedang konslet karena kelelahan. 'Ya, itu mungkin saja'. Sasuke membatin dalam hati.
Naruto yang melihat tingkah Sasuke hanya mendengus geli. Ia tak pernah menyangka bahwa ekspresi yang Sasuke tunjukkan_sekecil apapun, itu menurutnya sangatlah menarik. Mungin ini akan menjadi kebiasaannya mulai sekarang.
"Sasuke ..?" panggil Naruto untuk kedua kalinya. Mencoba menyadarkan Sasuke dengan pemikirannya.
"Hn..?" Sasuke menyahut pelan, tanpa menatap Naruto.
"Kenapa kau bisa ada di tempat seperti ini?" tanya Naruto.
Hening melanda kedua orang itu.
Sasuke hanya diam. Sedangkan Naruto hanya memandang langit langit putih dengan tatapan datar, walaupun berbeda dengan perasaanya yang dipenuhi tanda tanya. Naruto mendengar helaan nafas berat dari Sasuke. Ia menunggu Sasuke menjawab pertanyaannya.
"Uh-sepertinya aku tak bisa berbohong." Suara Sasuke terdengar pasrah. "Singkat saja. Aku mengendarai motor dan menabrak sebuah toko minuman. Karena tak punya uang untuk ganti rugi, Yaah … kau pasti tahu kelanjutannya." Ujar Sasuke.
Naruto menoleh menatap wajah Sasuke yang terlihat dari samping. Kedu alisnya bertaut tanda bahwa ia kurang mengerti jalan cerita paling singkat yang pernah ia dengar.
"Huh?"
Sasuke berdecak kesal dan menoleh memandang Naruto.
"Ck-ck-dasar Dobe!" Sasuke berkata sinis.
"Kau-apa?! Dasar Teme!" ujar Naruto kesal. Entah kemana hilangnya wajah datar miliknya. Ia merenggut sebal.
"Kau berkata terlalu cepat dan singkat, dasar Teme! Makanya aku tak paham, 'kay ?"
"Kau saja yang terlalu lelet, Dobe." Ujar Sasuke seraya menyerigai seram kearah Naruto.
Naruto yang melihat serigaian Sasuke_yang baginya tak ada seram-seramnya_malahan membuat wajah Sasuke terlihat lebih manis, membuat Naruto tertawa keras. Bahkan hingga ia setengah duduk di ranjang dan memegangi perutnya yang terasa sakit.
Sasuke yang melihat Naruto tertawa keras, ikut setengah terduduk di atas ranjang. ia memiringkan kepala sedikit, lalu mengerjabkan kedua matanya innocent.
"Ada yang lucu ?" suara polos milik Sasuke membuat Naruto menghentikan tawanya. Ia menatap sasuke yang berwajah innocent.
Glup.
Naruto menelan ludahnya dengan susah payah, seperti ada sebuah bongkahan batu besar yang menyangkut di kerongkongannya.
God! Sasuke terlihat sangat manis dengan pose innocent-nya.
Dan sekarang, Naruto merasakan adik kecil kebanggaannya mulai bangun hanya dengan melihat wajah polos Sasuke.
Grep!
Dengan cepat, Naruto menindih tubuh mungil Sasuke di bawah kukungannya. Mencengkram kedua tangan Sasuke di sisi kepalanya. Manik shapphire Naruto berkilat penuh nafsu.
"Na-naruto ?" panggil Sasuke takut. Ia tak menyangka akan diserang secepat ini. Apakah ia telah berbuat kesalahan sehingga Naruto menyerangnya ? Tapia apa ? Atau, apa mungkin panggilan Dobe dari Sasuke yang membuat Naruto marah ? kalau itu memang benar … 'Matilah aku!' pikir Sasuke.
Sementara Sasuke masih sibuk dengan pikirannya sendiri, yang mengira akan dibunuh oleh Naruto dalam beberapa nmenit kedepan, Naruto menundukkan wajahnya, menghirup aroma mint yang menguar dari tubuh mungil Sasuke.
"Sasuke .." nada yang mengalun merdu itu menyapa tepat pada indera Sasuke sebelah kanan.
"Ngh~" desahan pertama lolos dari celah bibir Sasuke disaat Naruto sengaja menghembuskan nafasnya tepat pada cuping telinga Sasuke. Manik onix milik Sasukepun terpejam, ketika sebuah sengatan listrik menjalari tubuh kecilnya.
"Apa kau tahu .. ?" tanya Naruto. Setelah mendengar desahan pertama lolos dari celah bibir merah plum Sasuke, Naruto makin bersemangat. Ia menjilat cuping telinga sang raven, dan membalutinya dengan saliva miliknya.
"Mmh-ap-hh-apa-ngh..?" Sasuke berujar kepayahan ketika danging lunak bertekstur lembut itu meraup cuping telinganya. Wajahnyapun telah memerah sempurna hingga telinga. Tubuhnya terasa sangat panas!
"Kau sudah membangunkan hewan buas, Suke .. " setelah merasa cuping telinga itu telah basah oleh salivanya, bibir dinginnya turun menjelajah leher jenjang milik Sasuke. Ia berhenti pada perpotongan leher Sasuke.
Seketika, Shapphire jernih milik Naruto lenyap. Tergantikan oleh sepasang warna merah terang yang berkilat penuh nafsu. Diikuti oleh dua taring giginya yang memanjang.
"Na-naru-hh-to, Jangan bunuh aku-" lirih Sasuke. Kedua matanya terpejam erat. Takut, walau hanya sekedar melihat pemuda pirang diatasnya.
Suara lirih milik Sasuke membuat taring panjang milik Naruto kembali seperti gigi taring milik kebanyakan orang. Naruto mendongak, memandang wajah penuh ekspresi milik Sasuke. Wajahnya memerah hingga telinga, keningnya yang berkeringat terlihat mengkilap oleh cahaya remang di ruangan itu. Kedua matanya terpejam erat_dipaksakan. Dan nafasnya tak beraturan.
"-aku tid-hh-ak-bermaksut-memanggilmu-Dob-hh-be," ujar Sasuke dalam posisi yang masih sama. Mulutnya terbuka, berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya.
Naruto yang melihat wajah Sasuke yang, err .. erotis_menyerigai. Sedikit menggelikan, bahwa Sasuke menganggap ia akan membunuhnya. Padahal itu adalah hal yang sangat jauh dengan pikirannya. Membunuh Sasuke?! The Hell! itu sama saja dengan membunuh dirinya sendiri!
Entah sejak kapan, Naruto merasa hidupnya lebih berwarna setelah bertemu pandang dengan Sasuke. Ia merasa lebih hidup dari kehidupan sebelumnya_ sebelum bertemu dengan Sasuke. Ia merasakan gejolak aneh pada dirinya yang berseru untuk segera menjadikan Sasuke bagian dari kehidupannya.
Sunnguh. Sebelum ini, ia belum pernah merasakan ini sebelumnya. Perasaan ingin memiliki yang semakin lama semakin besar. Ini pertamakali baginya.
Ia merendahkan wajahnya tepat pada cuping telinga si raven yang telah basah oleh saliva miliknya. Ia menghembuskan nafasnya, membuat si raven menggeliat kegelian akibat ulahnya.
"Membunuh, hn?" lidah basahnya turun merasakan leher jenjang sewarna salju milik sasuke. Ia bisa merasakan aliran darah yang ada dibalik kulit itu. Membuat kedua mata merahnya berkilat. Ia menjilat sepanjang leher mulus itu. Ia berhenti perpotongan leher itu.
"AKH!"
.
.
.
TBC
.
.
.
Gimana ? Gaje ngak ?
Mau dilanjut tidak ?
Menerima kritik dan saran ...
Review pleaseeeee ...
