Genre : Drama, Komedi, dan kisah-kisah kehidupan setiap hari (?)
Disclaimer : ● Profesor Heine Wittgenstein terhormat dan tersayang milik para Pangeran Granzreich.
● Pangeran kedua Granzreich, Kai sang pangeran tatapan melotot yang suka squishy (?)
● Pangeran Ketiga Granzreich, Bruno sang pangeran jenius yang sangat tergila-gila kepada Tuannya, Profesor Heine dan berusaha mengukir diri menjadi muridnya yang ichiban
● Pangeran Keempat Granzreich, Leonhard tercinta yang benci belajar tetapi berusaha melakukannya karena dia Tsundere~ :3
● Pangeran Kelima, Licht yang playboy kelas bangsawan yang ternyata...ciyee~ kerjanya di cafe, ciyee~ pakai baju pelayan...(?)
● Para staff kerajaan istana dan para masyarakat Granzreich yang sejahtera dan makmur. Serta tokoh-tokoh lainnya yang ada di Oushitsu Kyoushi Haine ( The Royal Tutor) milik Sensei Higasa Akai.
● Tokoh-tokoh OC (Original Character) milik saya yang numpang muncul tiba-tiba, Cilukbaa~ :3
Warning : Terdapat kata-kata yang GaJe atau tidak bermakna (?), abal-abalan, kalimat yang membuat salah fokus atau gagal paham (?), beberapa/banyak TYPO yang akan terbaca, OOC (Out of Character) ALERT, dan kemungkinan nggak lucu (?)..
OKE! ENJOY READING YO~
Chapter-Pelajaran 1 : Menghilangnya Buku Leonhard~
Pagi cerah untuk memulai hari yang indah. Suasana istana yang hening mulai sibuk untuk para staff nya bekerja. Para Pangeran yang telah terbangun, bersiap-siap untuk pelajaran Profesor Heine di aula nantinya.
Di ruang kamar Leonhard.
"Hwaahh! Mana buku harianku!?" Teriakan Leonhard mengetarkan dinding-dinding kamarnya. Cicak yang bersembunyi pun langsung keluar dan kabur #What?
"TIDAK! QAQ" Anak yang pasrah itu segera menghambur lemari, laci-laci meja, membalik sofa, membalik ranjang, dan merobohkan rak bukunya. Serta tak lupa meruntuhkan atap-atap yang dikamarnya #Enggak.
"HUWAAA! TIDAKKKKKK! HUWA!" Leonhard mengacak-acak rambutnya dengan perasaan kecewa dan tak bisa bangkit lagi (?) Dirinya yang dalam posisi sujud sedih, menangisi kehilangan buku harian penuh aib dan luka-luka tak berdarahnya itu dengan air mata gunung Everest yang disinari matahari tenggelam yang indah (?),
"Oh Tuhan, ku benci buku itu, tapi aku membutuhkannya, tapi bukannya aku menyanyanginya atau apa.. Aku ingin dia kembali, ahh! Maksudku.. Bukannya dia spesial atau apa! Huwaa! Tapi aku sangat sedih dan frustasi.. Aku ingin—Tidak! BUKU BODOH AKU—TIDAK! HAA AKUU..."
Pangeran secantik Bunga Lily itu pun pingsan di atas karpet merah kamarnya. Meninggalkan kamarnya yang penuh sisa hamukan manusia buruk rupa (?)
OOO
Sementara itu di aula, Pangeran Kai, Bruno, dan Licht terlihat santai duduk di sofa menunggu guru mereka datang.
"Hoammmh~" Pangeran Licht yang terlihat agak mengantuk menguap dengan lebar-lebarnya. Tangannya yang usil mengulung-gulung rambutnya karna bosan.
Pangeran Bruno sedang membaca bukunya dengan serius, ia kelihatan sangat antusias membacanya. Judul buku itu adalah "Sensei, notice me!". Menceritakan seorang murid yang memendam kasih dan duka lara kepada senseinya yang kelihatan lebih muda (?) Murid itu menjadikannya idola semua idola, dan membuat 1.000 lukisan penuh pose indah tentang senseinya #Ngeri.
Pangeran Kai sedang asyik mencubit-cubit squish nya yang limitid edision dengan perasaan bersyukur. Ayahanda tercinta memberikan mainan mungil itu sepulang kepergiannya dari negara tetangga. Pangeran Kai sangat menyanyangi, sampai tidur pun dia akan selalu mencubit-cubitnya..
Ceklek
Profesor Heine memasuki aula belajar, kepada guru pembimbing kerajaan, HORMAAAAAAAAAAAT GERAK! #?
"Selamat Pagi, yang Mulia sekalian, sebelum memulai pelajaran. Saya ingin mengabsen kalian terlebih dahulu.."
"Kai Von Granzreich"
"Hadir Sensei.." Kai menyahutnya dengan nada polos :3
"Bruno Von Granzreich"
"Hadir Tuan! Muridmu hadir!" Bruno menyahutnya dengan semangat juang dan melambai-lambaikan tangannya agar terlihat oleh Profesor Heine. Padahal guru bertubuh mungil iu ada tepat di hadapannya.
"Leonhard Von Granzreich"
Krikh,krikh,krikh
"Leonhard tidak ada? Oke lanjut..."#WAT?
"Licht Von Granzreich"
"Hadir sensei!" Licht mengangkat tangannya dengan ceria.
Mereka semua mengabaikan Leonhard yang tidak hadir. Setelah mengabsen muridnya, Prof. Heine pun memulai pelajaran. Sekian, cerita telah selesai..
Bruno : Author! Kenapa ceritanya sampai disini QAQ) Bagaimana nasib adik saya!?
Author : Maaf nak, saya telah berusaha semaksimal mungkin menyelamatkannya, tetapi sayangnya...
Heine : Author-san, tidak bagus menghentikan cerita di tengah perjalanan, saya minta tolong lanjutkan...
Licht : Itu benar, Author-chan tolong lanjutkan ceritanya! Aku tidak sempat sebar pesona QAQ) Para wanita telah menungguku (WO)/
Kai : Tolong lanjutkan #matamelotot
Author : Haa! Huwaa! Baiklah-baiklah, aku akan melanjutkannya..
OOO
"Tuan, apakah tidak apa-apa kita memulai pelajaran tanpa Leonhard?" Bruno bertanya.
"Hmm.. Aku kira dia hanya terlambat... Ternyata telah berlalu beberapa menit, dia belum datang-datang ya.." Prof. Heine dengan wajah poker face nya melihat ke arah pintu sebentar.
"Hmm O3O) Mungkin dia ketiduran, tapi hmm... tak mungkinlah~ Para pelayan kan pasti membangunkannya.. Hmm mungkin kebanyakan makan sacher torte,.. Kakakku itu memang suka sekali kue coklat itu.. Huh~ =3=) pada akhirnya dia diare juga ya~ Syukurlah.." Licht tersenyum usil mengejek kakaknya yang tiada (?).
"Baru kali ini aku mendengar kue coklat bisa membuat diare.." Prof. Heine basa-basi nggak perlu(?)
"Sensei.. Apakah, sebaiknya.. Kita melihat keadaannya?" Kai bertanya dengan raut wajah khawatir, walaupun tak terbaca dari wajahnya yang seram.
Prof. Heine mengangguk, "Baiklah, mari kita ke kamarnya.."
Sesampainya di kamar...
Dari balik pintu itu, Leonhard terbaring lemah di atas ranjang size king bed nya. (?) Keringat dingin mengalir deras di pelipisnya. Air mata yang keluar dari mata birunya terjun deras menuju pipinya. Nafasnya sekarang kelihatan tidak teratur seperti ingin pergi (?)
Ngomong-ngomong, sejak kapan dia pindah ke kasur?
Bruno sang kaka yang sangat peduli padanya segera mendekati adiknya yang kelihatan sekarat (?).
"Leonhard! Apa yang telah terjadi?"
"Hah! uhuk-uhuk, Bruno nii-san aku tidak kuat lagi (?)"
"Tidak! Bertahanlah! Tolong panggilkan dokter!"
Leonhard memegangi tangan Bruno dengan lemah.
"Tidak nii-san, aku sudah tidak kuat lagi (?)"
Bruno dengan mata berkaca-kaca. "Tidak kau akan baik-baik saja, Leonhard.."
Pangeran yang sekarat itu (?) menggelengkan kepalanya.
"Tidak.. Aku akan pergi.."
"Leonhaaaaaaaaaaaard! Tidak!"
Licht nengok Kai sama Prof. Heine. "Nggak ada yang mehubungi dokter? OWO)"
Leonhard memandangi sekelilingnya dengan wajah pucatnya.
"Minna, maafkan aku kalau banyak salah, kalau banyak merengeknya, kalau banyak Tsunderenya (?) ataupun kebanyakan makan sacher torte, hiks.. Aku bahagia bersama kalian.."
Prof. Heine memandangi Leonhard yang pasrah.
"Kamu nggak ada minta maaf karna nilai kamu jelek?"
JLEBH! Tepat sasaran di hati.
"Hiks, sensei~ mengapa anda harus jahat sekali dalam waktu seperti ini!~ Huwaaaaa!~ Aku benci sensei! Bodoh hah! TTATT) Uhuk,uhuk!"
Kai berjalan mendatangi Leonhard sambil memegangi sesuatu.
"Leonhard... Apa ini bukumu?" Ia memperlihatkan sebuah buku coklat di tangannya. Langsung seketika kedua mata Leonhard bersinar.
"BUKUKU!" Ia langsung mengambil dan memeluk bukunya, setelah sekian lama menunggu untuk dipertemukan.
Licht, Bruno, dan Prof. Heine bersweatdrop kompak melihat Leonhard yang tiba-tiba sehat.
"Ternyata..." Licht tepok jidat.
"Hanya.." Bruno memandang Leonhard yang bahagia memeluk bukunya.
"Buku.." Kai terlihat datar.
"Sudah kuduga.."Prof. Heine tetap kukuh dengan wajah poker face nya.
To be continued...
Chapter-Pelajaran 2 : Sebuah Puisi Untukmu~
Author : Minna~ Terima kasih telah membaca story saya (A) Arigatou! Kesalahan dan kekurangan mohon dimaafkan QAQ)
