Di dunia ini, ada suatu bangsa yang bernama titan

Titan adalah Raksasa berakal rendah pengunyah manusia,

Mereka pengunyah. Bukan pemakan. setelah mereka mengunyahmu, mereka akan memuntahkanmu lagi.

Jadi sama saja kau mati sia sia.

berabad abad manusia menjadi bulan bulanan bangsa titans. Manusia terus menerus diperlakukan seperti itu. Dikunyah, dan dimuntahkan lagi. hingga umat manusia berada di ambang kepunahan.

Jadi kau punya dua pilihan. Mau tubuhmu dikunyah hidup hidup?

...atau mau melawan?

Perlawanan akhirnya dilakukan oleh umat manusia. Manusia membuat dinding yang sangat tinggi untuk melindungi mereka dari para raksasa itu.

Dinding ini bernama Hogwarts. cukup luas untuk manusia manusia yang masih bertahan hidup.

Dinding Hogwarts memiliki dinding utama di tengah dan juga 4 distrik. Yaitu distrik Gryffindor, Ravenclaw, Hufflepuff, dan distrik Slytherin.

Selama 1 abad, seisi dinding Hogwarts hidup dengan tentram. Hingga hari penyerangan itu akhirnya tiba...

.

.

Attack on Hogwarts

Alternative Universe. No magic. Typos, ooc, gaje

Harry Potter (c) J.K. Rowling

Shingeki no Kyojin (c) Hajime Isayama

.

.

Chapter 1

Enjoy!

.

.

Distrik Slytherin, 1986...

"SEMUANYA LARI KE DINDING TENGAH!"

Komandan Albus Dumbledore meneriaki seisi penduduk distrik Slytherin dari atas gerbang yang menjadi satu satunya jalan masuk menuju dinding tengah. Dinding distrik slytherin baru saja dihancurkan oleh seekor titan kelas 35 meter. Dan sekarang raksasa raksasa bejat itu sedang mengincar seluruh penduduk distrik Slytherin.

Bebarapa pasukan dari 3 distrik lainnya datang untuk mengarahkan evakuasi penduduk. Sebagian lagi berusaha membunuh para titans yang masuk dengan meriam.

"Corporal James, cepat kau keluarkan perahu evakuasi sebelum raksasa raksasa itu memasuki wilayah sungai" perintah albus menunjuk ke arah pinggiran sungan didekat gerbang ke dinding tengah "Labuhkan disana. Cepat"

Corporal james Potter dari distrik Gryffindor. Dia mengangguk dan mengepalkan tangannya di dada. "Laksanakan" Katanya, kemudian ia pergi dengan menggunakan Manuver 3Dnya.

Langkah kaki datang dari arah kiri Albus. Sosok itu adalah Bellatrix Black, pasukan elit dari distrik Slytherin. Nafasnya tersenggal senggal seperti habis mengintari seluruh dinding hogwarts. Wanita itu mengepalkan tangannya di dada sebagai penghormatannya kepada komandan Albus "Lapor Komandan!" Katanya

"Ada apa Bellatrix?" tanya albus dengan mata seriusnya. Sepertinya wanita ini akan menyampaikan sesuatu yang penting.

"Ano, kami mendapat laporan kalau Corporal Lucius kehabisan gas pendorong!" Dia menjeda "Kami sudah berusaha mencarinya ke seluruh wilayah dan tidak bisa menemukannya!"

Dumbledore tiba tiba berpaling "Ck, dasar pemalas. Dia selalu saja lupa mengisi gas-nya"

Mata Bellatrix mendadak memerah "sebenarnya, Kami khawatir kalo dia telah dima-"

"-stop!"

Dumbledore memotong laporannya.

"firasatku dia sedang ada di bagian selatan distrik ini. Kalian belum mencarinya disana bukan?"

Bellatrix mengangguk.

Dumbledore menyipit "Aku sangat yakin dia sedang berusaha menyelamatkan Narcissa dan Draco sekarang. Cari dia, cepat!"


"Sial! Kenapa harus sekarang"

Bangunan bangunan di bagian selatan distrik ini memang tinggi sekali. Banyak pohon berdaun lebat dan rumah beratap lebar. Pasukan yang lewat menggunakan manuver 3D tidak bisa melihatnya kesusahan dibawah sini.

Corporal Lucius Malfoy kehabisan gas pendorong beberapa menit yang lalu.

Rumahnya berjarak kurang lebih 2 kilometer dari tempat ia berdiri sekarang. Kenapa saat keluarganya dalam ambang bahaya harus ada acara kehabisan gas seperti ini. Mau bagaimana lagi? Lari adalah satu satunya jalan keluar, atau berharap ada pasukan evakuasi yang sudah lebih dulu menyelamatkan anak dan istrinya.

Tanah bergerumuh. Dilihatnya dari kejauhan titan kelas 15 meter sedang berjalan ke arah...

...rumahnya

Mata Lucius melebar. Lelaki jangkung ini mencabut pisau pemotong dari manuver holdernya dan langsung berlari kencang.


"Ayah!" teriak Draco kecil melihat Lucius datang dari kejauhan. Narcissa yang dari tadi sudah bingung menunggu bantuan evakuasi tersenyum melihat suaminya.

Lucius memeluk Draco dan Narcissa "Syukurlah kalian tidak apa apa," Ucapnya "Ayo pergi dari sini,"

Mereka bertiga akhirnya pergi. Bangunan bangunan tinggi disekitar mereka memudahkan mereka untuk berjalan ke arah gerbang dinding tengah. Raksasa raksasa itu pasti tidak akan bisa melihat mereka.

"Lucius?" tanya Narcissa

"Ada apa?"

"Kau...tidak menggunakan manuver 3D?"

Lucius mendengus "Gas pendorong-ku habis, kita harus berjalan kaki"

"Oh, suamiku memang teledor seperti biasa,"

Mereka berdua-pun tertawa ditengah kekhawatiran.

"Ayah?" Kata Draco kecil yang digendong Lucius menghadap belakang.

"ya Dear?" jawabnya lembut

Draco kecil menunjuk ke belakang "itu...apa?..."

Dan Tiba tiba suara langkah kaki terdengar dari belakang mereka...

Raksasa... dadanya kembali sesak.

"LARI!" Teriak berlari, Tangan Lucius satunya menggendong Draco dan tangan satunya lagi menggandeng Narcissa. Mereka berlari sekencang-kencangnya.

...namun raksasa dibelakang mereka lebih kencang.

Langkah raksasa itu makin menyulitkan mereka berlari karena tanah yang bergerumuh.

Lari...

Lebih kencang...

Lebih kecang...

Mereka bertiga mulai menangis...

Apakah ini kematian?...

Raksasa itu menebas bangunan didepan mereka sehingga bangunan itu runtuh.

Runtuh...

Berguling...

Raksasa itu tiba tiba menjauh...

Pipi Draco tersayat reruntuhan...

Lengan kiri Lucius terbaret aspal...

Tunggu...

NARCISSA?

"NARCISSA!?" Teriak Lucius berlari ke reruntuhan. Draco hanya diam ditempat dan menangis kesakitan.

Narcissa. dia terjepit reruntuhan. "Bertahanlah, aku akan mengeluarkanmu!" Lucius berusaha mengangkat atap reruntuhan dengan sebelah tangannya, karena tangan kirinya yang habis terbaret aspal. "Bertahan! Aku mohon bertahan, Narcissa! BERTAHAN!"

Tidak Bisa...

"TOLONG! SIAPAPUN TOLONG!" Teriak Lucius ke langit-langit. Berharap ada pasukan yang datang membantu mereka.

Adalah Regulus Black yang sedang melintas dibagian selatan. Dia yang mendengar teriakan bantuan itu.

"C-Corporal?" Sontak jantungnya berhenti sesaat. Dia langsung melepas manuver 3Dnya dari dinding dan turun kebawah.

"Regulus! Tolong aku mengangkat ini!" jari Lucius menunjuk ke reruntuhan yang menjebak Narcissa. Mereka-pun mengangkatnya.

Hidung Narcissa mulai berdarah "Tidak akan berhasil..." Ucapnya "Kakiku sudah hancur...walaupun kalian berhasil menyingkirkan ini, tidak akan bisa..."

Lucius mengepalkan tangannya "Tidak! Harus bisa! Regulus, bantu aku! ay-"

"-Lucius. Hentikan." Tepis Narcissa.

"Cissy..." ia mulai pucat.

"Regulus, kau bawa gas cadangan?," Tanya Narcissa

"eh..ya," ucapnya ragu "Aku...Bawa,"

"Berikan padanya."

"Cissy...kau-"

"Cukup Lucius!," Sang corporal merasa tangannya digenggam "Pergilah...selamatkan Draco,"

"Ciss-..."

"Aku hanya ingin dia tumbuh besar...tolong rawatlah dia," Dia menjeda "...Untukku."

Langkah kaki raksasa kembali mendekat..

"Pergi..."

"Tidak."

"Dia mendekat Lucius. Raksasa itu mengincar kita. Pergilah." Narcissa menutup matanya "masih ada waktu jadi Pergilah..."

"OI!" Teriak seorang pasukan diujung jalan. "Pintu gerbang akan segera ditutup! Jika kalian tidak mau menjadi makanan raksasa, cepat!"

Jantung Lucius berdetak semakin kencang "Narcissa, Aku tidak bisa..."

"PERGI!" Teriak Narcissa "KUBILANG PERGI!. DRACO, LUCIUS. PIKIRKAN ANAK KITA!"

Lucius segera melangkah mundur dengan gemetar untuk Mengambil Draco yang tergeletak lemas. Kemudian ia memasang gas pendorong cadangan mirip Regulus ke manuver Holdernya.

Raksasa itu mendekat.

"Narcissa" ucap Lucius "Selamat jalan...". ...dia menangis.

"Ibu akan menyusul kami kan?" kata Draco kecil mengelus pipi ibunya. Narcissa terdiam. "IYA KAN?" Teriaknya. Air mata Draco mulai memenuhi wajahnya. Narcissa mengangguk "Jadilah prajurit yang hebat..." balas narcissa "Dan hiduplah!"

Draco mengangguk. "...Tapi ibu-"

"Corporal," Kata regulus "Raksasa semakin mendekat! Kita harus pergi!..."

Lucius menundukan kepalanya dan mengucapkan salam untuk yang terakhir kalinya kepada Narcissa. "Terima kasih atas pengorbananmu sayang, aku mencintaimu..."

mereka menghidupkan gas pendorongnya.

Draco berteriak. "IBU!"

Lucius terdiam.

Regulus hanya berpaling.

Dari kejauhan mereka melihat raksasa itu mengambil sesuatu dari bawah reruntuhan.

Seorang wanita.

Dengan baju lusuh.

Dan tidak berkaki.

Kemudian raksasa itu memasukan wanita itu ke mulutnya. Dan mengunyahnya.

Tetes darah perjuangan mengalir deras dari mulut raksasa itu.

Darah dari Wanita yang kucintai.

Selamat jalan Ibu...

-TBC-

.

.

Terhibur? Penasaran dengan lanjutannya?

Review ditunggu yo. Bow chika wow wow! ^^;