Naruto (c) Masashi Kishimoto. untuk #BiweeklyPrompt4. Fik ini berbentuk fictogemino: sebuah fiksi yang bila dibaca dari awal ke akhir, maupun akhir ke awal, tetap membentuk satu cerita utuh. Atau gampangnya fiksi kembar. Bisa dibaca awal-akhir dan akhir-awal deh.
revolt
a Naruto fanfiction by nabmiles. No profit taken.
Naruto menyuruhnya lari, menangkap kebebasan—dan itulah yang dia lakukan.
Lari, terus lari, jangan menoleh ke belakang, atau tentara militer itu akan menangkapmu—
Hinata terus berlari, ia menuruti kata Naruto, bahkan ketika ia menyadari Naruto sudah tak lagi di dekatnya, tak lagi menggenggam tangannya, tak lagi turut berlari di sisinya.
Ia mendengar denting senjata beradu pelik, gema pertarungan antara militer dan koloninya, seru pemberontakan dan luap konfrontasi dalam pertaruhan merebut kebebasan untuk terus hidup di dunia—
Hinata menggenggam sebuah kunci. Di antara tapak langkah-langkahnya yang memaksa terus menjauh (lagi), ia pandangi kunci perak yang terikat di jemarinya, kunci dari pemimpin untuk mereka, pemimpin mereka yang telah gugur dalam perang generasi dahulu, kunci kebebasan yang mereka inginkan—kebebasan menjajak dunia tanpa pandangan berbeda yang teman-teman, ia, dan Naruto impikan.
"Lari, Hinata!"
Hinata terengah. Di balik bayang-bayang matahari sore, di antara dua dinding tinggi mengapit, ia memperlambat langkah. Berusaha mengambil sebanyak mungkin oksigen untuk dihirup, membayar seluruh sesak kala berlari. Yang jelas, ia tidak berhenti. Karena Naruto bilang….
"Kau adalah pemegang kunci itu, kau yang harus pergi membawanya, kau yang harus mencapai gerbang!"
Hinata menelan ludah susah-payah. Saliva yang terasa kental—kapan terakhir kali ia menenggak air yang layak, bukannya air pekat bercampur lumpur mengendap?
"Pemimpin mempercayakan kunci itu padamu!"
Kakinya gemetar. Lelah membayang, berikut pandangannya yang mulai berkunang-kunang. Benar, benar, kunci ini diserahkan padanya, bukti bahwa pemimpin percaya padanya, begitu pun seluruh rekan-rekannya. Ia belajar mempercayai diri sendiri, Naruto yang mengajarkan.
"Sudah saatnya kita bebas, bukan terus-terusan menjadi anjing peliharaan orang-orang bodoh itu."
Hinata seolah mendengar Naruto berkata di kepalanya—percakapan dari waktu-waktu yang telah lewat.
"Tugasmu hanya itu, jangan pikirkan yang lain—serahkan medan pada aku dan lainnya!"
Hinata menyusup di balik tumpukan kotak-kotak penyimpanan dekat gudang, menyelinap di balik bayangan, berkeras tak menampakkan diri, melangkahkan kakinya secepat mungkin, sepelan mungkin, segegas mungkin. Kunci ini diserahkan padaku, pada Hinata—aku harus menjawab kepercayaan semua orang.
"Lari, raih kebebasan! Untuk kita, untuk semuanya!"
Hinata lelah berlari, kakinya telah mati rasa, tapi dia harus tetap maju, menggapai pintu gerbang di ujung sana. Mempertemukan kunci ini, menguak bilah sekat yang memendam mereka dalam tampik perbedaan kasta dan tatapan hina.
[ Mereka adalah budak yang memimpikan kebebasan, memimpikan indah dunia luar, karena itulah, mereka memberontak. ]
Di depan sana, gerbang besar itu berdiri menjulang terbias baskara senja—tegak, seolah menanti Hinata sampai di sana; bersama cercah harap rekan-rekannya.
fin
[ silakan dibaca dari paragraf terakhir ke paragraf awal. ]
a/n: Pertama kali bikin fictogemino; wew, ternyata asik dan menantang xD /kamu telat/ semoga nyambung ya baik atas-bawah atau bawah-atas. Pertamanya pake fandom sebelah, tapi setelah dipikir ulang kayaknya lebih cocok pake NaruHina, sekaligus saya pengen nulis otepe ini setelah sekian lama /sedot ingus
nb: apakah genrenya pas? segi apapun yang nggak pas silakan dikatakan :)
