Title : Hikayat Sayembara Pangeran
Fandom : Eyeshield 21
Genre : DramaXGeneral
Pairing : ShinSena, HiruMamo, KarinX?
Rating : Uhm...dongeng anak-anak tapi dengan bumbu shounen-ai... T saja biar aman ya?
Disclaimer : Kalau saya punya Eyeshield 21, saya sudah bikin Shin dan Sena *kiss* di setiap akhir opening ;p
Summary : "Kau sampai sejauh ini tanpa tahu ini sayembara apa?" Yamato menatap Shin tak percaya. "Padahal hadiahnya bisa menikahi Pangeran Sena!" Sebuah hikayat tentang kerja keras dengan sedikit romansa. ShinSena. Two shots.
A/N : Fic pertama di fandom Eyeshield 21. Jarang-jarang saya nulis pake Indo, mohon dimaafkan bila agak kaku. Saya mencoba menulis dengan bahasa puitis ala hikayat tapi...kayaknya malah jadi lebay (sigh) Harap dimaklumi dan selamat menikmati.
Yoroshiku onegaishimasu!! *bows*
HIKAYAT SAYEMBARA PANGERAN
Alkisah, pada zaman dahulu kala, jauh sebelum Belanda menduduki Indonesia, bahkan sebelum para kafilah menemukan jalur sutera, tersebutlah sebuah kerajaan di lepas pantai Mediterania bernama Kerajaan Enma. Sejarah mencatat Kerajaan Enma sebagai kerajaan yang damai aman sentosa, di bawah tangan setan Raja Hiruma dan permaisurinya, Ratu Mamori yang jelita. Di dalam kepemimpinan mereka, Kerajaan Enma mencapai puncak kejayaannya, rakyat hidup sejahtera dan mengelu-elukan raja setan mereka.
Tepat tanggal 21 bulan 12, dengan disaksikan segenap rakyat, lengkap sudahlah kebahagiaan mereka. Ratu Mamori melahirkan seorang bayi rupawan, calon pewaris kerajaan. Bayi itu sangat mungil dan manis, yang membuat Raja Hiruma agak kecewa. Namun sebaliknya, Ratu Mamori sangat bahagia sehingga beliau memutuskan untuk memberinya nama yang semanis rupanya; Kobayakawa Sena.
Tahun-tahun berlalu, dan sang putra mahkota pun tumbuh dewasa. Pangeran Sena memiliki paras yang sangat manis, bahkan lebih manis dari gadis-gadis pada umumnya, dengan tubuh mungil dan kulit kecoklatan yang sangat kontras dengan kedua orangtuanya. Ditambah rambut cokelat muda selembut sutra dan sepasang mata berwarna senada, sungguh membuat hati baik pria maupun wanita berdebar bila melihatnya.
Tak pelak, berita tentang pangeran rupawan ini sungguh termasyur sampai ke seberang lautan. Begitu manis, lembut, dan menawannya Pangeran Sena sampai-sampai Raja Hiruma memutuskan putra tunggalnya itu tidak cukup intimidatif untuk menggantikannya memimpin Kerajaan Enma. Karena itu, sang raja setan itupun mengeluarkan ultimatum, bahwa Pangeran Sena harus menikah dengan seorang pria, supaya bisa dijadikan penerus kerajaan.
Keputusan yang agak kontroversial memang, tapi begitulah Raja Hiruma, penuh dengan taktik tak terduga.
Maka diputuskan, Pangeran Sena harus mencari calon jodoh seorang pria. Seharusnya dari segi tampang, Pangeran Sena bisa menawan hati pria manapun di dunia. Namun aneh...sungguh aneh bahwa sampai sekarang sang pangeran tampaknya masih belum menemukan tambatan hatinya. Semua lamaran pangeran-pangeran dari Kutub Utara sampai Australia telah ditolaknya, membuat pelamar-pelamar putus asa itu tak segan-segan beralih profesi menjadi stalker-nya. Untunglah Pangeran Sena memiliki bodyguard kepercayaan yang selalu siap sedia bernama Ryokan Kurita, yang selalu bisa menghalau semua pria mesum itu menjauh dari tuan mudanya.
Keadaan itu terus berlanjut sampai pada suatu ketika, di tengah malam yang sunyi, tenang, sesekali dipecahkan oleh kepak sayap kelelawar, Raja Hiruma yang telah berusia senja itu bersabda pada putranya.
"Hei cebol sialan, gue sama Mamori udah mau mati. Cepet sana cari suami! Gue kebelet pingin bulan madu sama bini gue lagi!"
"Hiruma-kun!" Ratu Mamori menegur suaminya, wajahnya memerah sesaat. Dia lalu menatap putranya, menyunggingkan senyum malaikatnya. "Putraku Sena, yang dimaksud Ayahandamu adalah supaya engkau secepatnya menemukan calon is—maksudku calon suami. Ayahmu dan aku tidak akan tenang sampai kami mendapatkan penerus kerajaan ini. Apakah sampai sekarang belum juga kau temukan pria yang berkenan di hati?"
Pangeran Sena mendesah, mata coklatnya diliputi kegalauan. "Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, sesungguhnya cinta bukanlah hal yang bisa tumbuh karena dipaksa. Namun, apabila Ayahanda dan Ibunda menginginkannya, saya akan berusaha sekuat tenaga memenuhinya. Akan tetapi...ada syaratnya..."
Ratu Mamori pun berkata, "Apakah itu, anakku? Katakanlah persyaratanmu, kami akan mengabulkan selagi mampu."
Untuk mempersingkat cerita, Pangeran Sena pun menyatakan persyaratannya, yaitu semua pria yang datang melamarnya harus bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh sang pangeran. Bila tiga kali tebakannya salah, pemuda itu akan digunduli dan dimasukkan ke dalam penjara. Tapi bila tiga kali benar, pemuda itu akan dinikahkan dengan sang pangeran, apapun statusnya. Walaupun agak aneh, karena putus asa akhirnya Raja Hiruma dan Ratu Mamori pun mengabulkan persyaratan Pangeran Sena.
Segera para pemuda berdatangan dari segenap penjuru mata angin, masing-masing berharap bisa menggandeng tangan Pangeran Sena di pelaminan. Mulai dari Pangeran Kaitani Riku dari negeri nun jauh di barat, Pangeran Taiga Kamiya dari utara, Pangeran Akaba Hayato dari barat, sampai Pangeran Kakei Shun dari negeri dasar samudra. Namun apa mau di kata, tak seorang pun dari mereka sanggup memenangkan sayembara dan hati Pangeran Sena. Akhirnya, mereka semua digunduli dan dipenjara.
Sementara itu, di daerah perbatasan kerajaan, tinggallah seorang pemuda desa pekerja keras bernama Shin Seijuro. Setelah ayah dan ibunya meninggal, Shin mewarisi usaha barang elektronik yang telah dikelola keluarganya selama beratus generasi. Namun takdir berkata lain; usaha itu bangkrut dalam semenit di tangan Shin.
Walaupun kini sebatang kara dan jatuh miskin, harga diri Shin menolak untuk jadi pengemis. Setelah mendengar bahwa Raja Hiruma mengadakan sayembara, dia memutuskan untuk mengadu nasibnya, meskipun tidak tahu persis sayembara apa itu. Hanya dengan berbekal tombak keramat warisan ayahnya yang bernama Trident Tackle, Shin pun berangkat ke kerajaan.
Di tengah jalan, Shin melihat seorang wanita sedang menangis sambil memegang sebuah guci. Wanita itu tampak sedang diancam oleh pria yang tampak kejam dengan lidah panjang. Sifat ksatria Shin pun tergerak untuk menolong wanita itu. Ia mendekati mereka.
"Hai tuan. Apa yang anda lakukan pada wanita malang ini?"
Pria itu menoleh, lidahnya yang panjang menjulur-julur. "Siapa kamu, bocah tengil?? Beraninya kamu mencampuri urusan Habashira Rui-sama ini??!"
"Saya Shin Seijuro." Shin berkata pendek, mata gelapnya menatap tajam pria di depannya. "Saya merasa apa yang anda lakukan pada wanita yang lemah ini bukanlah tindakan ksatria."
Habashira mengernyit, wajahnya masam. "Apa urusanmu, bocah?! Wanita ini dan suaminya tidak sanggup membayar hutang-hutangnya padaku. Kini suaminya sudah mati. Takkan kuizinkan dia menguburnya sampai hutangnya lunas!"
"Tidak! Biarkan aku menguburkan suamiku!" Wanita pirang berkepang itu menjerit histeris, memeluk guci abu suaminya sambil terisak. Shin merasa kasihan. Serta merta dia pun menyodorkan Trident Tackle-nya.
"Ini. Ambillah tombak ini sebagai pelunas hutang wanita itu. Tombak keramat ini pasti laku mahal di pasar barang antik."
Baik Habashira maupun wanita itu menatapnya tak percaya. Namun tekad Shin sudah bulat. Tanpa berkata apa-apa, Habashira menyambar tombak itu lalu segera berlalu, melempar pandangan mengejek terakhir kali pada Shin.
"Anu...terima kasih...tuan." Wanita itu berkata terbata, masih berlinang air mata. "Saya...nama saya Karin. Entah dengan cara apa saya harus berterimakasih..."
Shin menunduk menatapnya. "Tidak apa-apa. Lain kali jangan berhutang lagi, apapun yang terjadi. Lebih baik anda jadi pelukis daripada pengemis."
Setelah mengucapkan itu, Shin pun berlalu, meninggalkan Karin yang masih memeluk guci abu suaminya. Dia tidak melihat Karin menutup matanya, mulutnya komat-kamit entah mengucapkan apa........
Matahari telah mulai menggelincir ke horizon bumi. Shin masih terus berjalan tanpa henti, tekadnya bulat untuk mencapai istana, mengikuti sayembara yang bahkan masih tidak jelas baginya. Namun, belum ada dua ratus kilometer, dia melihat sebuah persimpangan. Dia berhenti, kebingungan.
"Butuh bantuan, tuan?"
Shin menoleh dan melihat seorang pria berambut gelap tersenyum ramah ke arahnya.
Aneh...kenapa aku tidak merasakan keberadaannya sebelum ini?
"Banyak orang sering kebingungan begitu sampai di persimpangan ini. Dilihat dari pakaian anda, sepertinya anda berasal dari daerah perbatasan ya? Oh ya, nama saya Yamato Takeru, salam kenal."
"Shin Seijuro." Shin menyambut tangan Yamato yang terulur. Sepertinya dia bukan orang jahat...
"Anda mau ke istana Raja Hiruma ya?" Yamato menebak, tersenyum melihat ekspresi Shin. "Kebetulan saya juga mau ke sana. Bagaimana kalau kita pergi bersama?"
"...Boleh saja." Shin tidak melihat ruginya, apalagi dia memang tidak tahu jalan menuju istana. Kalaupun ternyata orang itu berniat merampoknya, toh dia sudah tidak punya barang berharga.
"Anda pergi ke istana hendak mengikuti sayembara Raja Hiruma ya?" Yamato membuka pembicaraan, masih dengan senyum khasnya.
Shin mengangguk tanpa suara.
"Yah, memang banyak pemuda pergi ke sana akhir-akhir ini, sejak dibuka sayembara meminang Pangeran Sena..."
"Meminang Pangeran Sena? Jadi itu ya sayembaranya?" Shin bergumam, ekspresinya tidak berubah.
Yamato tampak agak terkejut. "Hah? Jadi kamu pergi sampai sejauh ini tanpa tahu ini sayembara apa?"
Tanpa diminta Yamato pun memaparkan detail sayembara tersebut, mulai dari persyaratannya, jumlah kontestannya, hukuman bagi yang gagal, sampai betapa manisnya Pangeran Sena yang menjadi hadiahnya. Shin mendengarkan dengan serius sambil sesekali memberikan komentar.
"...Jadi pada dasarnya aku cuma perlu menebak tiga kali apa yang dipikirkan Pangeran Sena?" Shin mengkonfirmasi. Yamato mengangguk.
"Ya. Tapi kalau salah, kamu bisa digunduli dan dipenjara."
"Sungguh sayembara yang...tidak biasa."
"Agak sedikit abstrak, memang, tapi kalau mengingat hadiahnya..."
Keduanya terus berbincang dan tanpa sadar, mereka sudah sampai di depan gerbang istana yang berbentuk seperti pintu neraka. Sudah terlihat antrian panjang para pemuda dari berbagai bangsa yang mengikuti sayembara.
"Kita sudah sampai. Dari sini Shin-san jalan terus saja, nanti akan sampai ke ruangan tempat diadakannya sayembara." Yamato menepuk punggung Shin, tersenyum menyemangati.
Shin menatapnya, heran. "Yamato-san tidak ikut sayembara?"
Yamato menggeleng. "Banyak urusan," dia menjawab sekenanya. "Ngomong-ngomong Shin-san, kalau saya boleh memberi nasihat, bila nanti Pangeran Sena menanyakan apa yang sedang dipikirkannya, jawablah 'Kelelawar Setan'. Semoga berhasil ya."
Dahi Shin berkerut. "Yamato-san, bagaimana..."
Entah bagaimana, Yamato sudah menghilang bersama dengan angin sore. Walaupun agak bingung, Shin tidak punya pilihan selain melangkah maju, dengan atau tanpa Yamato.
"Kontestan berikutnya! Ya-Ha!!"
Setelah melalui serangkaian proses untuk membuktikan dia adalah pria tulen dan bukan fangirl undercover, Shin akhirnya sampai ke hadapan Raja Hiruma, Ratu Mamori, dan Pangeran Sena. Bahkan Shin pun harus mengakui Pangeran Sena memang seperti yang dipaparkan Yamato padanya; sangat manis, lembut, dan memukau. Namun, saat itu wajah manis sang pangeran tampak agak masam. Dengan suara bosan, Pangeran Sena menanyakan pertanyaan yang pasti sudah ditanyakannya ratusan kali: "Apa yang sedang kupikirkan? Kalau tebakanmu salah kamu akan digunduli dan dipenjara."
Masih dengan ekspresi kakunya, Shin pun menjawab, "Kelelawar setan, pangeran."
Ruangan hening seketika.
Pangeran Sena tampak terkejut. Sebab memang itulah yang sedang dipikirkannya; kelelawar setan! Namun sang pangeran cepat menguasai diri dan menyahut. "Tebakanmu benar. Besok datanglah lagi untuk tebakan yang kedua."
Shin keluar dari ruangan, tanpa ekspresi. Namun, di dalam hatinya dia nyaris tidak percaya apa yang terjadi. Dia baru saja menjawab tebakan pertama Pangeran Sena! Persis seperti kata Yamato... Tunggu dulu...
Kenapa Yamato-san bisa tahu...?
Dengan kakinya yang sudah dilatih setiap pagi, Shin bergegas kembali ke gerbang istana. Matahari baru saja terbenam, dan matanya yang tajam menangkap siluet Yamato yang bersandar di gerbang, sedang menulis sesuatu dalam sehelai kertas.
"Yamato-san!" Shin memanggil, berlari mendekatinya.
"Ah, Shin-san," Yamato melemparkan senyum khasnya, sementara tangannya secepat kilat menyembunyikan kertas yang sendari tadi ditulisinya. "Bagaimana sayembaranya?"
Shin berhenti di depan Yamato, menatap pria berambut gelap itu. "Aku berhasil menebak tebakan yang pertama." Dahi Shin berkerut dan sesaat ekspresi kakunya menyiratkan keheranan. "Yamato-san, ada yang ingin kutanyakan. Bagaimana kamu bisa tahu jawaban dari tebakan Pangeran Sena?"
Yamato bersiul, "Bagaimana ya? Kurasa aku hanya beruntung saja." Sebelum Shin bisa membuka mulutnya untuk melontarkan pertanyaan tambahan, Yamato terlebih dahulu memotongnya. "Yang lebih penting lagi, Shin-san. Besok kamu harus menjawab 'Ksatria Putih' di hadapan sang pangeran. Sudah dulu ya."
"Yamato-sa..."
Terlambat, lagi-lagi Yamato menghilang misterius dalam satu kedipan. Shin kini hanya bisa menatap kaki langit yang kian menggelap, bayangan tentang teman misteriusnya kian terpatri dalam pikirannya.
Yamato-san...siapakah dia sebenarnya?
-tbc
Sneak Peek for the next (and last) chapter:
"Tidak mungkin...Pangeran Sena??"
"Jadi kau masih hidup ya, sampah!"
"Ini yang terakhir. Apa yang sedang kupikirkan?"
A/N: Ah...I love cliffies ;p Maaf kalau hancur, bahasa kaku, leterlek, dll...dan makin ke belakang makin nggak kerasa hikayatnya... T.T kalau responnya bagus saya bikin versi Inggris nya saja dah... siapa tahu bisa lebih diterima...
Dan maaf juga, saya belum bisa menyediakan scene smut, belum berani~~ Kalau fluff maupun kiss masih bisa, mungkin di chapter berikutnya, tergantung mood saya dan pembaca. Harus saya akui saya kian jatuh hati pada fandom Eyeshield. (digedor orang-orang fandom Saiyuki)
*OFS (Orang Fandom Saiyuki) : Kiku-saaaaan!! Mana last chapternya??! Udah lewat setahun nih!!!
*Kiku : Gyaaaa gomennasai!! Sekarang sedang digarap!! T.T (kabur sebelum dilindas jeep)
Oh ya, mengapa Kerajaan Enma? Soalnya itu satu-satunya sekolah yang huruf belakangnya pakai akhiran 'a'. Nggak tahu kenapa pingin aja (kabur sebelum disuruh menjelaskan)
Review, constructive critism, maupun flame saya terima. Apalagi saya sudah terbiasa mendapat flame (sweatdrop)
Dan berhubung ini hanya two-shots, chapter berikutnya adalah yang terakhir.
See you in the next chap! ^^
-Kiku
