Semua berawal dari obsesi Baekhyun pada seniornya. Tapi apa jadinya jika obsesinya itu malah membawa dirinya ke sebuah gym dan dipertemukan dengan seorang personal trainer yang menyebalkan?

Tittle : Exercise Warning Signs

Cast : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, and others

Genre : School life, romance, comedy

Rate : T (bertambah sesuai alur)

I WARN YOU, THIS IS YAOI / BOYS LOVE / BOY x BOY

.

.

.

"Membolos pelajaran olahraga dan menghabiskan waktu dengan memelototi gadis itu lagi, heh? Hidupmu sungguh suram, Byun."

Pria berambut hitam legam tampak menjatuhkan bokongnya disamping lelaki berambut cokelat madu. Keduanya memusatkan pandangan pada seorang gadis bersurai panjang yang sedang berlatih cheerleader dibawah sana dari atap sekolah.

"Aku tidak memelototinya, tapi memandanginya dengan penuh cinta."

Sehun —nama pria berambut hitam— memutar bola mata karena ucapan sahabat yang lebih pendek darinya itu. Baekhyun namanya.

"Aku rasa aku akan muntah."

"Tidak ada undang-undang yang mengharuskan kau membuat proposal pengajuan untuk muntah. Jadi, muntah saja."

Tak tahan lagi, Sehun melayangkan jitakannya pada pucuk kepala Baekhyun dengan kesal hingga membuat pria manis itu mengaduh dan memelototinya. Hanya sebentar, karena kini pandangannya kembai terpusat pada gadis cantik itu lagi.

"Aku selalu penasaran dengan ini. Apakah kau selalu membolos olahraga karena membencinya, atau kau hanya ingin memandangi perempuan itu?"

"Keduanya."

Sehun dibuat cengo olehnya. Ia pikir Baekhyun memang benar-benar tidak waras. Dan yang lebih parah, ia bersahabat dengan teman tidak warasnya itu.

"Dasar pemalas."

"Apa bedanya denganmu? Untuk apa kau kemari?"

"Tanganku sedang cidera, bodoh. Jangan samakan aku sepertimu."

Baekhyun melirik sinis pada Sehun beberapa saat dan kemudian mendengus kesal.

"Setidaknya aku selalu hadir saat test"

Sehun kembali memutar bola matanya. Sahabatnya itu, bukan hanya tidak waras dan pemalas, tapi juga keras kepala. Sehun yang lebih sering mengalah jika sifat keras kepala Baekhyun muncul.

Kedua pasang bola mata mereka mengamati bagaimana gadis itu bergerak lincah menaiki susunan tubuh kawannya lalu berpose dengan sangat imut setelah berhasil berdiri seimbang diatas tubuh para cheerleader yang lain. Sehun diam-diam melirik ke arah Baekhyun. Dan benar saja, seperti yang telah diduganya, pria itu tampak bertepuk tangan dengan mata berbinar dan bibir yang tak henti mengeluarkan kata-kata pujian yang ditujukan untuk gadis itu. Seperti biasa.

"Sampai kapan kau akan melakukan ini?"

"5 menit lagi pergantian jam pelajaran. Tenang saja, aku tidak akan membolos pelajaran selanjutnya."

"Bukan itu, sampai kapan kau akan memandangi gadis itu dari jauh? Mengapa kau tidak mencoba menyatakan perasaanmu pada Kei sunbae?"

Baekhyun dan Sehun duduk di tingkat pertama Shinhwa High School. Sejak menapakkan kaki untuk yang pertama kalinya di sekolah ini, ia telah jatuh hati pada Kei, salah satu anggota cheerleader kebanggan sekolah. Yang merupakan siswi tingkat dua, itu artinya ia adalah senior dari Baekhyun.

"Aku sedang berusaha. Aku akan mencari tahu pria seperti apa yang disukainya, Sehun-ah."

"Usaha katamu? Maka dekatilah dia, jalin pertemanan dengannya dan kau akan lebih mudah mengetahui apa yang ingin kau ketahui. Bukannya hanya memelototinya saja."

"Kubilang aku tidak memelototinya!"

"Ya, ya. Terserah." Baekhyun mendengus kesal. Sifat menyebalkan Sehun kembali muncul(ia tidak tahu jika sebenarnya Sehun juga mengeluh dalam hati tentang betapa keras kepalanya dia)

"Aku bisa bertanya pada teman-temannya. Jika semuanya telah siap, aku akan datang padanya dan memperkenalkan diriku sebagai calon kekasih idamannya."

Sehun tertawa cukup kencang saat melihat Baekhyun dengan angkuhnya bangkit dan menepuk-nepuk dadanya sendiri dengan gerakan yang sama angkuhnya. Karena kesal dengan reaksi pria berkulit putih itu, Baekhyun mengayunkan kaki kirinya dan menendang tulang kering Sehun. Pria manis itu kemudian berlalu saat Sehun mengaduh cukup keras.

.

.

.

Baekhyun berangkat ke sekolah dengan bola mata yang nyaris tidak terlihat. Itu semua karena hari ini hyungnya membangunkannya terlalu pagi(bagi Baekhyun). Sebenarnya tidak juga, itu salah Baekhyun karena semalam begadang demi menonton drama yang hanya tayang saat tengah malam. Wtf, lelaki mana yang gemar menonton drama selain Baekhyun.

Baekhyun menyampirkan blazernya di bahu, lalu berjalan memasuki kelasnya seperti zombie. Ia berencana untuk tidur sebentar sambil menunggu bel pertama berbunyi. Ia menjatuhkan bokongnya di bangku dan baru saja akan meletakkan kepalanya di meja sebelum pekikan Sehun menggagalkan niatnya.

"Baek! Kau harus tahu ini!"

Sehun dengan seenaknya duduk disamping bangku Baekhyun dan memukul-mukulkan telapak tangannya ke meja. Membuat Baekhyun mendecak kesal.

"Apa? Apa kau lupa mengerjakan tugasmu?"

"Bukan Baek. Tapi—"

"Kau lupa membawa uang sakumu?"

"Aku belum setua itu untuk pikun. Ini lebih penting, seluruh sekolah sedang membicarakannya. Ini tentang—"

"Murid baru?"

"Bisakah kau diam dan dengarkan aku saja?"

Sehun menatap datar pada Baekhyun yang mengangguk perlahan dan kini mencoba menutup matanya kembali. Sehun mengucapkan 9 kata yang membuat Baekhyun seketika membuka lebar bola matanya.

"Kei sunbae baru saja ditolak cintanya oleh Chanyeol sunbae."

"Siapa menolak siapa?"

"Kei sunbae ditolak oleh Chanyeol sunbae. Apa telingamu tersumbat sesuatu?"

Sehun memutar bola mata. Baekhyun tampak mengerutkan alisnya. Pria itu mengorek-ngorek kedua telinganya dengan jari-jarinya.

"Sehebat apa si Chanyeol itu hingga berani-beraninya menolak Kei-ku?"

"Sayangnya, Kei sunbae 'belum' menjadi milikmu, Baek."

"Darimana kau tahu hal ini?"

Alih-alih menanggapi pernyataan Sehun, Baekhyun malah bertanya hal yang lain.

"Si ember Luhan. Ia bilang tidak sengaja melihat saat Kei sunbae menyatakan cinta pada Chanyeol sunbae tadi pagi."

Rahang Baekhyun mengeras. Ia bukan kecewa karena ternyata Kei menyukai pria lain. Tapi ia sakit hati mendengar gadis incarannya itu ditolak dan otomatis dipermalukan (karena Kei merupakan siswi populer dan belum pernah ada yang berani menolaknya selama ini).

"Siapa pria itu?"

"Chanyeol. Siswa tingkat akhir."

"Namanya Chanyeol?"

"Ya."

Baekhyun menyimpan nama itu lekat-lekat didalam memorinya. Ia harus membalas pria itu, apapun yang terjadi.

"Baek, menurutku ini waktu yang tepat untuk mendekati Kei sunbae. Dia pasti sedang patah hati dan butuh tempat bersandar kan? Kau bisa memanfaatkan keadaan agar ia jatuh ke dalam pesonamu!"

Baekhyun menimbang-nimbang saran dari Sehun. Sebenarnya jika dipikir-pikir, apa yang Sehun ucapkan ada benarnya juga. Semakin besar kesempatan mendekati Kei saat ini. Ia hanya perlu berpura-pura tidak sengaja lewat saat melihat Kei bersedih. Lalu ia akan menyapa dan bertanya apa yang terjadi sehingga membuat gadis itu bersedih. Lalu dengan beberapa perhatian gadis itu akan jatuh ke pelukannya. Rencana yang hebat, Byun.

Baekhyun tersenyum puas dengan rencana yang diam-diam ia buat. Lelaki itu bangkit dari bangkunya, lalu masih dengan senyum misteriusnya ia pergi keluar kelas. Mengabaikan Sehun yang berkali-kali memanggilnya.

Dewi fortuna sepertinya mengerti dengan keadaannya dan berpihak pada dirinya. Belum lama ia melangkahkan kakinya keluar kelas, ia menemukan Kei sedang duduk merenung di taman. Dan tebak apa yang hebat lagi? Gadis itu duduk sendirian. Ulang, sendirian. Oke, waktunya memainkan peranmu, actor Baekhyun!

Baekhyun duduk di samping Kei dengan hati-hati, tidak ingin mengagetkannya. Baekhyun memperhatikan wajah cantik bak malaikat itu. Tatapannya tampak kosong dan menerawang. Setetes air bening mengalir di permukaan pipi kanannya. Apa yang sedang di pikirkannya? Apa ia memikirkan pria brengsek itu? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu berkecamuk di kepala Baekhyun.

Dengan perlahan, Baekhyun akhirnya meraih tangan gadis pujaannya lalu meletakkan selembar sapu tangan berwarna baby blue disana. Gadis bersurai cokelat itu menolehkan kepalanya ke arah Baekhyun, memandangnya penuh tanya.

"Jangan bersedih, sunbae. Bahkan langitpun ikut bersedih karena tak melihat senyum cantik sunbae."

Seniornya itu tampak tersenyum tipis dan sedikit tersipu mendengar pernyataan Baekhyun.

"Ah perkenalkan. Aku Baekhyun, siswa tingkat pertama"

Lagi-lagi gadis itu tersenyum manis. Senyumannya bahkan masih mempesona walaupun kadang kedua mata sembabnya masih mengingatkan Baekhyun akan pria bernama Chanyeol itu. Berani-beraninya ia menyakiti malaikat secantik Kei dan membuatnya menangis. Ia berjanji pada dirinya sendiri, suatu saat akan membalas perbuatan pria sialan itu.

"Dia bukan pria yang baik untukmu, sunbae. Lupakan dia. Masih banyak pria lain yang menyayangimu.." Baekhyun berdehem sebelum melanjutkan perkataannya "termasuk aku."

Gadis yang berusia satu tahun lebih tua darinya itu menatap Baekhyun dengan pandangan terkejut. Baekhyun tersenyum manis sembari meraih kedua tangan Kei, mengelus punggung tangannya lembut. Tangan kirinya terangkat untuk menghapus air mata gadis itu menggunakan sapu tangan yang tadi ia berikan.

"Aku menyukaimu, sunbae."

Baekhyun merasa menjadi pria yang paling romantis dan gentle sedunia. Ia bahkan tidak menyangka dapat bersikap sekeren ini. Yang lebih mengejutkan, ia tak pernah mengira jika setelah pengakuan tersebut, pujaan hatinya itu memeluknya dengan sangat erat. Baekhyun benar-benar bahagia. Ia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Maukah kau jadi kekasihku, sunbae?" Kedua tangannya terangkat, memeluk tubuh mungil itu sangat erat. Disesapnya dalam-dalam aroma vanilla yang menguar dari surai halusnya. Tangan kanannya pun tergerak untuk membelai rambut panjang sang calon kekasih yang kini.. tunggu.

Baekhyun meraba-raba kepala gadis itu.

Sejak kapan rambutnya memendek?

Ia meraba-raba kepala itu sekali lagi.

"—Baek! Hei bodoh! Lepaskan aku! Apa kau sudah gila?!"

Mengapa suaranya jadi mirip seperti Oh Sehun?

Seketika Baekhyun melepas pelukan itu. Ia melebarkan matanya dan benar-benar terkejut saat melihat orang yang ada di hadapannya saat ini bukan Kei, melainkan si brengsek Sehun.

"Sejak kapan kau ada disini?"

Sehun tampak menepuk-nepuk seragamnya seakan-akan banyak debu yang menempel disana. Lelaki itu menggeser letak duduknya sedikit menjauh dari Baekhyun. Matanya menatap waspada pada pria mungil itu.

"Sejak tadi aku ada disini bodoh!"

Baekhyun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Aneh, ia pikir tadi ia sedang bersama Kei. Apa itu hanya imajinasinya?

"Benarkah?"

"Aku heran. Hari ini kau lupa meminum obatmu hah? Akh!"

Baekhyun melayangkan jitakannya pada kening si kulit putih.

"Kau pikir aku gila?"

"Kupikir begitu. Lalu harus kusebut apa jika bukan gila? Kau sejak tadi hanya tersenyum aneh saat kuajak bicara. Saat aku bertanya kau kenapa, kau malah memelukku erat seperti tadi."

Baekhyun hanya menyengir menanggapi omelan Sehun. Benar-benar memalukan. Ia tidak menyangka yang tadi itu hanyalah imajinasinya.

"Atau jangan-jangan.."

"Jangan-jangan apa?"

Baekhyun mengangkat sebelah alisnya. Ia semakin heran saat sedikit demi sedikit Sehun semakin menggeser tubuhnya menjauh dari Baekhyun.

"Jangan-jangan kau menyukaiku"

Hening.

Yang Baekhyun lakukan hanyalah menatap datar pada sahabat menyebalkannya itu. Dengan gerakan cepat, ujung sepatunya menendang tulang kering Sehun.

"ARGH!"

"Jangan berpikiran bodoh!"

.

.

.

Bel istirahat berbunyi. Satu-satunya yang dituju Baekhyun adalah kelas dari siswa bernama Park Chanyeol. Setelah bertanya dimana kelas pria itu pada Sehun, dengan tangan yang mengepal, ia berjalan keluar kelasnya untuk menuju kelas III A.

Ia segera memasuki kelas itu. Hanya ada beberapa orang saja disana. Tentu saja, yang lain pasti sedang berdesak-desakan di kantin saat ini. Ia memutuskan untuk bertanya pada seorang siswa yang kebetulan masih ada di kelas itu. Ia mendekat pada pria yg sedang mengerjakan sesuatu di bangkunya.

"Permisi sunbae. Apa sunbae tahu siswa yang bernama Park Chanyeol?"

Orang itu tiba-tiba saja mendongak menatap Baekhyun yang sedang berdiri disamping bangkunya, menbuat Baekhyun sedikit terkesiap. Tak lama kemudian, siswa itu bangkit dan berdiri di hadapan Baekhyun. Baekhyun tidak menyangka ternyata siswa itu sangat tinggi. Bahkan ia mendongak untuk dapat melihat wajahnya.

"Itu aku. Ada apa?"

Mata Baekhyun membulat. Jadi ini Park Chanyeol? Ukuran tubuhnya yang jauh jika dibandingkan dengan pria itu, sempat membuat nyalinya menciut. Tapi ia tak boleh menyerah hanya karena usia atau ukuran tubuh.

"O-oh. Kau Park Chanyeol?"

Pria itu menatap Baekhyun dengan pandangan heran dan alis terangkat. Baekhyun masih menatap Chanyeol dari atas hingga bawah. Jadi seperti ini selera Kei sunbae?

"Ada apa? Kau mau protes juga dan menghajarku karena menolak Kei?"

Baekhyun meneguk liurnya dengan susah payah. Mengapa pria ini tahu apa maksud kedatangannya? Tapi sudah kepalang tanggung, ia sudah berada disini dan bertemu dengan pria brengsek ini. Mau ditaruh mana gengsinya jika ia kabur begitu saja?

"T-tentu saja! Laki-laki macam apa kau ini beraninya menyakiti Kei sunbae?"

Lelaki bernama Chanyeol itu tersenyum meremehkan.

"Apa kau sudah memastikan bahwa perempuan itu benar-benar tersakiti?"

"Namanya Kei"

"Terserah"

Rahang Baekhyun menguat. Ia menggertakkan giginya dengan emosi. Sialan, bisa-bisanya pria itu bersikap kelewat santai setelah menyakiti seorang gadis. Bahkan tak merasa bersalah sama sekali.

"Kembalilah ke kelasmu, bocah. Aku tidak tega menyakiti bocah dibawah umur sepertimu"

"Apa kau bilang? Jangan meremehkanku! Aku menguasai hapkido!"

Chanyeol semakin terkekeh saat melihat Baekhyun memasang kuda-kuda dan kedua tangannya mengepal, melakukan ancang-ancang. Lelaki yang lebih tinggi hanya menatap Baekhyun sambil melipat tangannya didepan dada. Baekhyun mengusak hidungnya kasar.

"Apa kau takut?" Baekhyun menantangnya. Tapi pria itu tidak bergeming. Merasa diremehkan, dengan gerakan cepat Baekhyun melayangkan tangannya ke wajah Chanyeol. Belum sempat kepalan tangannya menyentuh wajah si pria tinggi, tangannya tahu-tahu sudah diraih lebih dulu oleh Chanyeol. Ia berniat ingin menarik tangannya kembali, tapi pria itu malah memelintir tangannya hingga ia memekik kesakitan.

"Aku sudah memperingatkanmu. Aku bukan orang yang suka membuat orang lain yang bukan tandinganku babak belur dan masuk rumah sakit, maka pergilah."

Baekhyun memegangi tangan kanannya yang nyeri setelah Chanyeol melepaskan tangannya. Ia mendesis tertahan saat melihat Chanyeol pergi meninggalkannya di ruang kelas bersama beberapa murid yang menatap kasihan atau bahkan menertawakannya.

"Sialan kau, Park Chanyeol"

Baekhyun bangkit, sedikit memperbaiki penampilannya, lalu bergegas keluar dari sana. Rencana awal, Baekhyun akan memberi Chanyeol sedikit pelajaran dan setelah semuanya selesai ia akan mengisi perutnya di kantin dengan tenang. Tapi kini, ia tak lagi berselera. Dilangkahkan kedua kakinya ke arah kelasnya sendiri. Sehun yang menyadari Baekhyun baru saja memasuki kelas, menghampirinya.

"Baek? Kemana saja kau? Kupikir kau ada di kantin"

"Aku baru saja menemui si brengsek Chanyeol." Sehun menampilkan ekspresi terkejutnya.

"Ap-apa? Untuk apa kau menemuinya?"

"Untuk memberinya pelajaran, tentu saja"

"Lalu?"

Baekhyun mendecak kesal saat mengingat kejadian beberapa menit lalu. Ia merasa benar-benar dipermalukan.

"Tadinya aku hampir saja membuatnya babak belur kau tahu. A-aku melayangkan beberapa pukulan padanya, dan ia tidak bisa melawan" um yeah, sedikit berbohong tak apa mungkin, pikir Baekhyun.

"Kau yakin Baek?"

Baekhyun melihat Sehun yang menatap tak percaya padanya.

"Kau tidak percaya?"

"Bukan begitu, hanya saja tadi aku berpapasan dengan Chanyeol di kantin, dan aku melihat wajahnya baik-baik saja. Masih mulus tanpa bekas pukulan satupun."

Baekhyun menggerak-gerakkan bola matanya ke kanan dan kekiri, mencari alasan yang tepat. Sial, kenapa Sehun tidak bilang daritadi jika ia telah bertemu dengan Chanyeol? Dengan begitu ia tidak akan berbohong. Pantas saja Sehun curiga padanya.

"Well, aku hanya memberinya pukulan kecil karena tidak tega padanya."

Baekhyun kembali melirik kearah Sehun, dan keringat dinginnya perlahan menetes saat dilihatnya ekspresi wajah pria albino itu masih belum berubah.

"Benarkah?"

"Tentu saja!"

"Baiklah aku percaya padamu. Lalu, apa dia membalas pukulanmu?"

"Ya, tapi.. uhm.. aku dengan sigap menghindar dari pukulan-pukulannya. Ia marah karena tidak berhasil membalasku, lalu pergi begitu saja. Y-ya, pergi begitu saja."

Baekhyun lagi-lagi mengarang sedikit(sebenarnya banyak) ceritanya. Harus diletakkan dimana mukanya jika ia mengakui kejadian sebenarnya? Sehun sebenarnya juga tidak ingin percaya begitu saja pada ucapan Baekhyun. Tapi pada akhirnya ia mengendikkan bahunya dan mengiyakannya saja. Daripada sahabat pendeknya itu mengamuk.

"Lalu kapan kau akan mendekati Kei sunbae dan menyatakan perasaanmu?"

Baekhyun lupa. Jika ia tidak segera bertindak, bisa saja ia kecolongan oleh pria lain yang juga ingin mendekati Kei. Seperti yang dikatakan Sehun, saat ini memang kesempatan yang bagus untuk mendekati Kei. Bukan hanya baginya, tapi juga bagi para penggemar gadis itu. Sial, saingan Baekhyun pasti sangat banyak. Ia tak akan mengulur-ulur waktu lagi. Persetan dengan rencana-rencana yang ia pikirkan sebelumnya.

"Segera. Nanti sepulang sekolah."

"Wow! Semoga beruntung, Baek!"

.

.

.

Seperti niat sebelumnya, ia akan menyatan perasaannya pada Kei sunbae. Seperti biasa, setiap hari jumat setelah pelajaran berakhir, team chearleader pujaan hatinya pasti akan melakukan latihan. Dadanya berdegup kencang memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti. Baekhyun sudah memikirkannya matang-matang. Jika ia ditolak, ia tidak akan menyerah dan meminta Kei untuk menerimanya sebagai teman. Siapa tahu seiring berjalannya waktu gadis itu akan menerima perasaannya?

Baekhyun berjalan menuju lapangan, tempat dimana grup cheerleader akan berlatih. Ia yakin seratus persen bahwa kali ini bukan imajinasinya. Ia akan benar-benar bertemu dengan Kei. Dari kejauhan, ia melihat Kei yang berjalan menuju lapangan seorang diri. Ia terlihat cantik dengan kostum cheerleader berwarna merah dengan sedikit aksen hitam di beberapa bagian. Wajahnya tertunduk, pikir Baekhyun mungkin gadis itu masih bersedih dengan kejadian tadi pagi.

Tak berapa lama, teman-teman satu teamnya bermunculan dan menghampiri Kei. Baekhyun memutuskan untuk bersembunyi dibalik dinding sembari menunggu waktu yang tepat untuk menemuinya. Samar-samar ia mendengar percakapan para gadis itu.

"Kau harus mentraktir kami, kau ingat?"

"Awalnya aku mengira kami yang akan kalah, tapi ternyata kau!"

"Baiklah, baiklah teman-teman! Aku akui aku yang kalah!" Yang itu suara Kei, Baekhyun tahu betul.

Baekhyun tidak tahu mereka sedang membicarakan apa. Lagipula itu tidak penting, yang terpenting adalah saat ini ia harus bergegas menghampiri gadis berambut panjang itu sebelum mereka memulai latihannya.

Dengan jantung yang terus berdegup tidak karuan, Baekhyun melangkahkan kakinya dengan cepat ke tempat dimana sunbae kesayangannya itu berdiri.

"Sunbae."

Gadis itu tampak mengehentikan kegiatan mengikat tali sepatunya dan mendongak menatap Baekhyun. Ini gila, melihat ditatap langsung seperti itu saja sudah membuat Baekhyun mati rasa.

"Ya?" Kei berdiri menghadap Baekhyun. Baekhyun menatap gadis dengan tinggi sejajar dengannya itu ragu-ragu.

"Bisa kita bicara?"

Gadis itu mngernyitkan dahinya. Dan kemudian tersenyum.

"Bicara saja."

Baekhyun menggaruk belakang kepalanya. Sebenarnya ia kurang nyaman. Beberapa gadis di belakang Kei, meskipun beberapa dari mereka tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing, tapi bisa saja kan mereka mendengar apa yang akan diutarakannya? Sebenarnya bukan masalah besar, tapi tetap saja ia merasa sedikit kurang nyaman.

"Sebelumnya, perkenalkan. Aku Byun Baekhyun, dari kelas I A." Baekhyun berhenti sejenak untuk menatap gadis itu untuk kemudian melanjutkan "Maaf, aku dengar sunbae baru saja ditolak oleh Chanyeol?"

"Apa kau kemari hanya akan membahas hal itu?"

Baekhyun menggeleng cepat. Ia jadi tidak enak sendiri. Kalau dipikir-pikir, tidak pantas juga membicarakan kegagalan orang lain. Ditolak itu termasuk kegagalan kan?

"T-tidak, sunbae." Ia berdehem sejenak "Aku hanya.. aku hanya ingin mengatakan bahwa.."

"Bahwa?"

"Sunbae harus melupakannya karena banyak pria lain yang menyukai sunbae, termasuk aku."

Baekhyun mengutip perkataan dalam imajinasinya kemarin. Sungguh, lidahnya rasanya kelu. Ia bingung bagaimana harus mengatakannya.

"Apa?" Baekhyun mendengar beberapa suara kikikan dari para gadis disana. Dan Baekhyun yakin, meskipun mereka tidak menatap kearahnya, tapi ia yakin mereka mentertawakan dirinya. Baekhyun memasukkan kedua tangannya ke dalam saku blazernya, menutupi tangannya yang sedikit bergetar karena gugup.

"A-aku menyukai sunbae"

Kei menatap Baekhyun dari atas hingga bawah. Baekhyun semakin gugup saja ditatap seperti itu. Tapi ia mencoba tetap bersikap cool.

"Apa kau bercanda?"

"Aku serius. Aku ingin menjadi kekasihmu, sunbae."

Dengan degupan yang belum mereda samasekali, Baekhyun memberanikan diri menatap wajah gadis dihadapannya. Ia melihat senyuman yang sangat manis terukir disana. Apa ini artinya ia akan diterima?

"Aku juga menyukaimu.." mata Baekhyun benar-benar membola dengan kilauan binar disana. Ia baru saja akan mengucapkan terimakasih sebelum Kei melanjutkan ucapannya "tapi kau bukan tipeku."

Rahangnya jatuh kebawah. Ia bisa melihat dengan jelas, kini teman-teman satu team Kei benar-benar mentertawakannya. Ia sudah mengira akhirnya akan seperti ini.

"Kembalilah padaku jika tubuhmu sudah lebih tinggi dariku." Baekhyun semakin merasa buruk saat suara tawa mereka semakin kencang.

"Ah, dengan beberapa otot pasti lebih baik." Gadis pujaannya itu pada akhirnya ikut mentertawakannya juga. Baekhyun dengan pasrah, membungkuk pada Kei dan teman-temannya, lalu berlalu dari sana.

.

.

.

"Kembalilah padaku jika tubuhmu sudah lebih tinggi dariku. Ah, dengan beberapa otot pasti lebih baik."

Baekhyun melempari Sehun dengan bantal dan guling secara brutal. Pria yang sedikit lebih tinggi darinya itu tidak berhenti tertawa setelah meniru ucapan Kei tadi siang dengan gestur dan suara yang dibuat-buat. Baekhyun sungguh ingin mencekiknya saking kesal.

"Hahahahhaha aku tidak percaya ia mengatakan hal itu padamu Baek!"

"Diam kau, sialan!"

Sehun masih saja tertawa, bahkan sudut matanya berair karena terlalu lama tertawa. Sejak Baekhyun menyuruhnya datang ke apartemennya dan menceritakan kejadian tadi siang, pria berkulit pucat itu tak henti-hentinya tertawa. Ketika melihat Baekhyun semakin merengut, Sehun berangsur-angsur menghentikan tawanya.

"Lupakan saja gadis itu Baek. Dia hanya ingin mempermalukanmu saja."

Baekhyun menatap Sehun tak percaya. Sahabatnya itu, bukannya mendukungnya malah menyuruhnya menyerah. Bukankah selama ini ia yang selalu memaksa Baekhyun untuk menyatakan perasaannya?

"Apa yang kau katakan? Dia memberiku kesempatan. Apa kau tidak mengerti?"

"Itu bukan memberi kesempatan Baek. Maaf, tapi kurasa itu hanya alasan agar ia dapat menolakmu."

"Itu tidak benar."

Baekhyun mengelak pendapat Sehun. Baginya, Kei masih memberinya kesempatan. Buktinya, ia diberitahu kriteria idamannya.

"Baiklah, terserah kau saja Baek."

Sehun meraih gelas berisi cairan berwarna merah dari meja belajar Baekhyun, lalu menenggaknya hingga setengah.

"Kau harus membantuku, sehun-ah!"

"Membantu apa?"

Baekhyun tampak mengutak-atik sesuatu pada layar tabletnya. Sehun berhasil mengintipnya sedikit, dan yang ia lihat adalah Baekhyun mengetikkan kata 'cara cepat membentuk otot dan menambah tinggi badan dengan cepat' di kolom mesin pencari di internet. Sehun tersenyum geli melihatnya.

"Membantuku agar menjadi seperti yang Kei sunbae inginkan."

"Apa kau serius akan membentuk ototmu?"

Sehun tidak menyangka Baekhyun benar-benar akan menyanggupi syarat yang Kei berikan. Pria itu sepertinya benar-benar telah jatuh cinta pada seniornya itu. Tapi sungguh, Sehun tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya jika tubuh mungil Baekhyun tiba-tiba menjadi berotot. Benar-benar hal yang paling konyol yang pernah dipikirkannya. Tapi melihat sifat Baekhyun, Sehun yakin Baekhyun akan menyerah bahkan sebelum ototnya belum terbentuk sama sekali.

"Tentu saja. Dan menambah tinggi badan juga jangan lupa"

"Kalau begitu—"

"Apa internet sedang error? Mengapa semuanya tentang olahraga? Tidak ada cara lain?"

Sehun memajukan kepalanya untuk kembali melihat layar tablet Baekhyun. Rupanya pria mungil itu sudah menemukan beberapa artikel disana.

"Aku baru saja akan mengatakannya. Tentu saja caranya hanya ada satu. Yaitu berolahraga untuk membentuk ototmu."

Baekhyun mencebikkan bibirnya kebawah. Ia jengah membaca seluruh artikel di internet yang menyuruhnya untuk berolahraga. Lelaki bersurai cokelat itu menutup tablet berwarna gold miliknya lalu membantingnya keatas kasur karena kesal.

"Bukankah ada suplemen pembentuk otot?"

"Lalu kau pikir setelah meminum sebotol kapsul suplemen pembentuk otot, keesokan harinya tubuhmu bisa seindah atlet?"

"Kupikir begitu."

Sehun menatap datar pada Baekhyun. Sedangkan sahabatnya itu menatapnya polos. Sungguh, laki-laki ini sebenarnya benar-benar polos atau terlalu bodoh?

"Aku rasa itu akan berhasil." Sehun dapat melihat perubahan eskpresi Baekhyun. "Di dalam mimpimu." Dan kini ekspresi wajahnya berubah lagi seperti semula. Baekhyun kembali melemparinya dengan buku, tapi kali ini Sehun berhasil menangkapnya.

"Serius. Kau harus membantuku Sehun!"

"Lalu kau mau aku bagaimana?" Sehun mengacak rambutnya frustasi.

"Oke, oke. Mulai sekarang aku akan mulai rajin olahraga demi Kei sunbae. Tapi masalahnya.." Baekhyun menggigit bibir bawahnya. "Aku tidak tahu bagaimana cara membentuk otot yang baik." Suara Baekhyun memelan di akhir kalimatnya, membuat Sehun tertawa geli.

"Tentu saja kau tidak tahu, pelajaran olahraga saja kau sering membolos."

Baekhyun mendecak keras. Ia putus asa karena tak menemukan solusi. Mengandalkan Sehun ternyata bukan pilihan yang tepat. Baekhyun bangkit dari kasur menuju laci makanan dan mengeluarkan beberapa bungkus snack dari sana. Ia kembali mendudukkan dirinya diatas kasur sambil membuka bungkusan besar keripik kentang bertabur rumput laut. Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Baekhyun yang memakan keripik itu dengan rakus.

"Kau selalu memasukkan makanan yang tidak sehat ke dalam perutmu, bagamana kau bisa merubahnya menjadi kotak-kotak?"

Baekhyun tidak mengindahkan cibiran Sehun. Ia justru membuka bungkusan kedua snacknya dan mulai mengunyahnya lagi.

"Lalu aku harus apa?"

Sehun juga mulai putus asa jika saja ia tidak teringat sesuatu. Ia menjentikkan jarinya cukup keras hingga membuat Baekhyun menatapnya penasaran.

"Jongin."

"Ada apa dengan si hitam itu?"

"Kau ingat jika sekarang Jongin juga sedang berusaha membentuk ototnya?"

Baekhyun berusaha mengingat-ingat, tapi sepertinya ia tak mengingat apapun tentang si Jongin itu.

"Benarkah? Aku tidak tahu."

Sehun memutar bola matanya. Tentu saja Baekhyun tidak tahu, karena sepanjang waktu yang ada di pikirannya hanyalah Kei.

"Bagaimana jika besok kau bertanya padanya?" Sehun melihat Baekhyun menghentikan kunyahan snacknya kemudian mengernyitkan dahi.

"Kau yakin dia bisa membantu?"

"Tidak ada salahnya mencoba kan?"

Setelah beberapa kali berpikir, akhirnya Baekhyun memutuskan ssesuatu. Ia akan bertanya pada Jongin besok, seperti apa yang sudah Sehun sarankan.

.

.

.

Baekhyun turun dari bus lalu mengedarkan pandangannya pada jalanan yang ia pijak saat ini. Lelaki manis itu terlihat membolak-balikkan kertas berisi alamat gym yang ditujunya. Tadi pagi, ia benar-benar menemui Jongin seperti rencananya kemarin. Pria berkulit gelap itu mengatakan jika ia memang sedang menjalani proses pembentukan otot. Saat Baekhyun memintanya untuk mengajarinya, pria itu menolak dengan alasan sibuk. Yeah, itu memang benar karena ia memiliki perkerjaan sambilan, menjadi model lebih tepatnya.

Jongin lalu memberi Baekhyun alamat gym yang biasa ia gunakan untuk berlatih. Jongin juga menambahkan, bagi pemula seperti Baekhyun, pasti akan membutuhkan seorang personal trainer untuk membimbingnya. Jadi ia menyarankan Baekhyun untuk menyewa seorang personal trainer agar usahanya semakin cepat terlihat.

Baekhyun tidak percaya ia benar-benar mengikuti saran Jongin. Ia berjalan ke arah sebuah gedung bertingkat tiga dengan aksen olahraga didepannya. Baekhyun mencocokkan nama besar yang terpajang didepan gedung itu dengan nama gym yang ada di kertas yang ia bawa.

"The Gym. Apa benar ini tempatnya?"

Baekhyun memutuskan untuk memasuki gedung tersebut setelah menyimpan kertas alamat ke dalam saku jeansnya. Ia disambut oleh seorang receptionist didalamnya. Baekhyun mengajukan pendaftaran untuk menjadi member lalu meminta pada receptionist tersebut agar menyiapkan seorang personal trainer untuknya.

"Maaf, hanya tersisa seorang personal trainer yang sedang free. Apa anda keberatan?"

"Tidak apa. Siapapun itu aku tidak akan keberatan." Asal aku akan cepat mendapatkan ototku, tambah Baekhyun dalam hati.

Setelah menjelaskan beberapa ketentuan dan informasi, wanita berseragam biru tersebut menyodorkan beberapa kontrak untuk Baekhyun tandatangani. Sebenarnya wanita itu menyarankan Baekhyun untuk membaca isi kontrak secara detail, tapi Baekhyun menolak dan memilih langsung memberi tanda tangan tanpa perlu berlama-lama. Toh pasti isinya hanya peraturan-peraturan tidak penting. Dan siapa sangka jika uang yang harus dikeluarkan tidaklah sedikit. Baekhyun sempat terkejut pada awalnya, tapi ia sudah terlanjur menandatangani kontrak.

"Gawat jika Baekbom hyung tahu tentang hal ini" gumamnya pelan.

Ia berencana menyembunyikan hal ini dari hyungnya, dan memilih memberi tahu eommanya yang saat ini ada di Eropa saja. Eommanya pasti akan mengerti. Jika sampai hyungnya tahu, laki-laki yang usianya 5 tahun lebih tua darinya itu pasti akan mengomelinya tanpa henti karena menghabiskan 3 kali lipat jatah bulanannya dalam satu waktu.

"Baiklah, ini kartu member anda. Sebagai informasi, kolam renang dan yoga class ada di lantai utama, area fitness ada di lantai kedua, dan aerobic class di lantai ketiga. Silahkan, trainer anda sedang menunggu di lantai kedua."

Baekhyun menerimanya lalu mulai melangkahkan kakinya memasuki lift. Ia keluar setelah pintu lift terbuka. Dalam hati ia menebak-nebak. Seperti apakah personal trainernya nanti? Apakah dia seorang pria muda yang baik, ataukah seorang pria tua yang jahat? Ia bergidik sendiri membayangkan tebakannya yang terakhir. Well, seperti apapun trainernya nanti, ia tetap tidak bisa minta ganti.

Baekhyun memasuki ruangan fitness dan disambut oleh seorang pria tinggi berambut pirang yang sangat ramah. Oh, apakah ia yang akan jadi pelatihnya? Baekhyun berharap jawabannya adalah iya.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

"Aku member baru di gym ini dan ini kali pertamaku datang kemari. Aku ingin menemui personal trainerku."

"Oh, siapa nama trainermu? Boleh kulihat kartu membernya?"

Baekhyun sampai lupa. Ia belum melihat kartu member miliknya sejak tadi. Bagaimana ia bisa tidak tahu siapa nama calon trainernya? Baekhyun memberikan benda tipis berbentuk persegi empat itu pada pria yang ternyata bername-tag Wu Yifan.

"Tunggu sebentar, biar kupanggilkan trainermu."

Aah, jadi bukan dia orangnya? Baekhyun mengangguk perlahan lalu mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru ruangan. Banyak alat-alat besar yang tak satupun ia tahu nama dan kegunaannya. Apa ia juga akan menggunakan alat-alat itu nantinya? Baekhyun memutuskan untuk sedikit berkeliling sebentar sambil melihat-lihat sembari menunggu trainernya datang. Sepanjang ruangan, yg ia lihat hanya ada pria-pria berbadan kekar dan beberapa wanita bertubuh seksi sedang berlatih disana. Ia jadi merasa sedikit minder.

"Permisi, kau yang bernama Byun Baekhyun? Perkenalkan aku trainermu, Park Chanyeol."

Deg

Baekhyun seketika berhenti berjalan saat sebuah suara yang agak familiar menyapanya dari belakang. Tunggu, apa Baekhyun baru saja mendengar nama Chanyeol? Apa mungkin telinganya yang bermasalah? Ia sempat menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukankah nama Chanyeol itu memang pasaran?

Ia secara ragu-ragu membalikkan tubuhnya dan menemukan seorang pria bertubuh tinggi dengan beberapa otot di bagian tubuhnya sedang tersenyum ramah padanya. Baekhyun membulatkan mata. Begitupun pria itu. Dia..

"Park Chanyeol?"

.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

YEAHH~! Belum selesai sama ff2 sebelumnya tapi malah bikin cerita baru lagi. Maafkan diriku karena tiba-tiba saja ide cerita ini muncul saat saya melihat potret seorang Chanyeol dengan lengan-lengannya yang berotot menggoda/? :'v

Maaf ya kalau ceritanya ngawur dan ga asik. Saya hanya author amatiran yang tak bisa apa-apa tanpa readers tercinta(kayak punya readers aja lu cy) :'v

Ohya, saya ga tahu gimana prosedur yang biasa ada di gym seperti apa, jadi maaf kalo ga sama kek yang asli hehe

Minta kritik dan saran ya? Kalau ada yang mau bantu ngasih saran ide buat kelanjutan ceritanya, atau bantu koreksi bagian-bagian yang masih kurang tepat, atau mau nebak-nebak gimana cerita selanjutnya, saya sangat menerima *-*

Terakhir, terimakasih banyak buat yang berkenan membaca / follow / fav / review karya abal-abal saya ini ya ^^

Love ya!