My First Fanfic, please enjoy it…
Naruto by Masashi Kishimoto
Fatal Frame 2 : Crimson Butterfly by Tecmo
Village, Ritual and Nightmare by Neo Kaze-Hime
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
The Story has begun…
The Siblings who must do all ritual…
From the Begin 'till the End…
From the Pain 'till the Happiness…
But, it never happen…
They fail to reach it…
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seorang pemuda berusia 20-an tahun duduk termenung di depan jendela kamarnya, mata hitamnya menatap lekat pada pemandangan malam diluar sana, pemandangan yang berhasil merenggut segala perhatiannya saat ini. Namun, tatapan matanya yang sesungguhnya kosong dan hampa tersiratlah kesakitan dan kesedihan yang sangat mendalam, yang bahkan tak seorang pun mampu menanggungnya. Pikirannya melayang ke peristiwa 10 tahun yang lalu, peristiwa yang menjadi awal semua penderitaannya.
Uchiha's Mansion : Family Hall
10 tahun yang lalu…
"Itachi, kemarilah, ada yang ingin ayah bicarakan padamu, " Itachi mengikuti Fugaku berjalan menuju ruang tengah.
"Duduklah..!" Perintah Fugaku seraya memberikan bantalan duduk untuk Itachi.
"Ayah bangga dengan semua kemajuanmu sebagai Hearth Samurai saat ini, Itachi," Ujar Fugaku datar.
Itachi membelalakan kedua bola matanya, seakan tak percaya apa yang baru saja ia dengar. Ayahnya, orang terdingin yang tak pernah menunjukkan wajah ramahnya pada siapapun, mengucapkan kata pujian pada anaknya yang seumur-umur tidak akan pernah diperhatikan khusus olehnya. Itachi terdiam dan kembali memasang topeng Uchiha yang dingin dan datar seperti ayahnya. Ia tak mau terlarut dalam kesenangannya ini.
"Ayah bangga padamu, tapi ayah tidak akan bisa membiarkanmu menjadi samurai," Lanjut Fugaku lagi, wajahnya terus menghadap wajah Itachi, meski mata mereka tak saling bertemu.
"Maksud ayah? Aku tidak mengerti," Itachi memasang wajah heran. Baru kali ini Itachi, sang jenius tak mengerti maksud dari suatu kalimat.
"Kau bagian dari Ritual Konoha dan kau tahu tentang itu kan? Aku ingin kau..." Fugaku menarik nafas dalam – dalam, menguatkan hatinya yang kini rapuh.
"Menggantikan Shishui sebagai penjaga Altar," lanjut Fugaku tegas.
Itachi terpaku mendengar kata – kata Fugaku, ia kini mengerti pujian yang diberikan ayahnya, hanyalah sekedar menyanjungnya agar ia bisa menuruti semua keinginan ayahnya itu. Itachi sangat paham apa yang ayahnya bicarakan. Menggantikan Shishui sebagai penjaga Altar…
Itu sama saja mati…
"Ah, Itachi aku tidak tahu lagi harus melakukan apa, kumohon tolonglah ayahmu ini, buang semua harapanmu menjadi samurai, jadilah penjaga Altar mulai sekarang, serahkan semuanya pada Sasuke, aku yakin dia pasti bisa menggantikanmu," Fugaku memohon seraya menundukkan kepalanya pada Itachi.
Itachi terdiam, ia tak mampu lagi berkata – kata, raga dan jiwanya seakan terkunci. Fugaku menatap anaknya sendu. Ia tahu ini terlalu cepat untuk mengatakannya, ia telah berbuat egois. Ia berusaha menghapus luka di hatinya karena kematian Shisui anak sulung sekaligus anak kesayangannya.
Ia sangat menyesal tak menyadari penyakit berbahaya yang bersarang pada tubuh Shisui, jika saja ia menyadarinya, ia pasti akan merawat baik – baik Shisui sampai ritual itu dilaksanakan. Ia sadar, dirinya terlalu sibuk melatih Itachi, melatihnya menjadi Hearth Samurai, partner penjaga Altar pada ritual tersebut. Melatihnya tanpa menunjukkan rasa kasihan sebagai orang tua dan kerap menyiksanya jika ia tak mampu melakukan apa yang diperintahkannya. Melatihnya agar ritual itu tidak gagal dan jiwa Shisui tenang tanpa memikirkan apa yang terjadi dengan Itachi.
Sampai pada saat Itachi berhasil memperoleh samurai pertamanya, dan saat itulah penyakit Shisui diketahui, penyakit tanpa obat, penyakit perenggut jiwa, yang berhasil menggagalkan ritual pada tahun ke 10 dari tahun kelahiran Itachi, yang membuat malu seluruh keluarga Uchiha.
Kegagalan ritual pada tahun itu juga menyebabkan kemakmuran desa Konohagakure seakan hampir sirna, sebelum akhirnya sepasang kakak beradik dari keluarga Momochi menggantikan ritual tersebut. Tetapi karena sudah terlanjur gagal pada ritual Shisui-Itachi, maka diterapkanlah cara ritual yang baru, ritual yang mengharuskan sepasang kakak beradik mati bersama dan dibunuh oleh seorang Hearth Crusher.
Itachi dapat bernafas lega, karena gilirannya yang menjadi seorang Hearth Samurai sudah terlewati. Namun, ini semua tidak sesuai dengan apa yang telah ia pikirkan.
Beberapa bulan kemudian, Fugaku memilihnya kembali sebagai bagian dari acara ritual itu, tapi dengan posisi yang berbeda, menjadi seorang penjaga Altar dan Sasuke, adiknya menjadi Hearth Samurai, yang artinya ia dan Sasuke harus mati…
Back to the Present
Itachi masih termenung di depan jendela kamarnya. Ingatan masa lalu berputar-putar indah dikepalanya, Ingatan akan Shisui, kakak sulungnya yang sangat menyayanginya dan sangat ia sayangi, ia menyesal kenapa bisa-bisanya ia iri dengannya, padahal kalau saja ia tahu tujuan kenapa ia berlatih keras agar mendapat samurai untuk membunuh kakaknya, ia pasti tidak akan berpikir seperti itu.
Penderitaan Itachi semakin besar tatkala Fugaku memutuskan ia dan Sasuke menjadi bagian Ritual Konoha saat Sasuke genap berusia 16 tahun. Hal ini membuatnya mengambil langkah nekat. Bahkan sangat nekat.
Itachi tersenyum miris ke arah bulan bersinar, memandangi bulan adalah hobi Sasuke. Ia merasa jika menatap bulan maka itu berarti ia menatap Sasuke, meski jarak mereka sangatlah jauh sekarang. Ingatan Itachi masih melayang di masa lalu, tiba – tiba saja Ia kembali teringat dengan perpisahannya dengan Sasuke 2 bulan yang lalu. Perpisahan paling menyakitkan yang pernah ia alami, menambah daftar rasa sakit yang harus Ia tanggung sebagai penjaga Altar. Ia menyuruh Sasuke pergi meninggalkan desa diam – diam. Dia hanya tidak mau kalau Sasuke turut merasakan penderitaan Ritual itu. Ia masih ingat bagaimana wajah adiknya menangis, air matanya membasahi sebagian yukata Itachi, dan turut menetes membasahi Kusanagi Sasuke.
Dia tidak mau Sasuke mati sia-sia, biarlah dirinya yang merasakan itu semua. Air matanya mengalir di kedua pipinya seiring dengan melayangnya jiwa sang Uchiha ini ke alam mimpi. Alam bawah sadar yang selalu menjadi mimpi indahnya yang kini telah menjadi kelam karena dewa kematian telah meliriknya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
And the Ritual has begun
The Older must absorb all of World's pain
Bring it to the Hellish Abyss
Burn it with The Younger's Eternity
And then feel it together, Forever…
But it never happen in Uchiha's Brothers
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ritual pun dilaksanakan tepat saat hari ulang tahun ke 16 Sasuke. Sebanyak apapun Itachi memohon pada ayahnya agar menunggu Sasuke, hal tersebut tak akan pernah digubrisnya. Itachi hanya terdiam pasrah, ia benar – benar tak habis pikir. Kenapa ritual ini tetap dilaksanakan padahal Sasuke sudah pergi, apa benar ayahnya berhasil menangkap Sasuke dan membawanya kembali ke desa, kalau benar, kenapa ia bisa tidak tahu?
Rombongan pelaksana Ritual Konoha telah sampai pada tempat akhir, Hellish Abyss. Tempat akhir bagi para penjaga Altar dan tempat berakhirnya hidup Itachi sekarang. Itachi menatap kedasar Hellish Abyss yang sangat gelap pekat. Dia dapat merasakan dewa kematian di bawahnya menyerangai seram ke arahnya.
Para pendeta ritual itu mulai membacakan mantra Ritual Konoha, dipimpin seorang pendeta Ritual ulung yang berdiri gagah di pinggir Hellish Abyss, mengangkat kedua tangannya. Semakin lama irama mantra itu semakin cepat dan kencang. Tiba – tiba tanah bergetar hebat dan keanehan terjadi, mucullah satu batu besar di seberang pendeta ulung itu. Batu besar dengan 4 pillar mengelilinginya.
Itachi mendongakkan kepalanya yang sedari tadi ia tundukkan dan menatap ke arah batu besar itu. Matanya terbelalak, cahaya hitam bola matanya memudar seketika, wajahnya pucat pasi seketika, mulutnya tak terkatup lagi sekarang, tubuhnya sangat amat bergetar…
Yukata itu..
Kalung itu..
Kulit pucat itu..
Dan wajah itu..
……………….
………………
……………..
……………….
'SASUKEEE!!!' Jerit Itachi dalam hati, rasanya ia tidak dapat lagi menggunakan mulutnya untuk berteriak lagi, badannya lemas seketika. Bagaimana bisa Sasuke….?
Itachi's POV
'Itu Sasuke,'
"Ughhh!!!" mulutku akhirnya mengeluarkan suara walaupun sangat pelan.
Para pendeta itu mendorongku ke hadapan batu besar itu, memaksaku menatap wajah orang yang tergantung disana. Orang yang sangat amat aku sayangi.
Salah satu pendeta itu mendorong kasar tubuhku, aku terjatuh ke tanah, punggungku terbentur sakit bukan main. Tetapi posisi ini semakin membuatku dapat menatap tubuh kakunya, menambah rasa sakit dalam diriku, rasa sakit yang sangat membuncah di dadaku. Posisi kami sejajar, aku mendongakkan wajahku, menatap wajah putihnya untuk yang terakhir kali. Aku juga melihat Kusanaginya menggantung tepat diatas dadaku. Para pendeta bersiap di posisi mereka, dan sekejap saat aku menutup mataku..
CRAASSHH!!
Aku membuka mataku untuk yang terakhir kalinya. Kusanagi itu berhasil menembus jantungku. Membuatku sedikit lega. Pada akhirnya samurainya lah yang tertancap di jantungku. Tapi rasa itu tak dapat membendung rasa sakit ini. Rasa sakit karena kehilangannya, kehilangan Sasuke.
Maafkan aku Sasuke…
Maafkan kakak…
End of Itachi's POV
Mata Itachi membuka menutup secara cepat. Para pendeta terkejut dengan peristiwa langka ini. Sebagian dari mereka merasakan sesuatu buruk akan segera terjadi. Cukup lama sampai akhirnya Itachi benar – benar tak bernyawa. Pendeta ulung itu menghampiri tubuh kosong Itachi mencabut pedangnya dan kembali memanjatkan mantra, berharap ritual kali ini tidak akan gagal lagi.
Tetapi doa tak terkabulkan, tanah pun kembali berguncang. Mayat Itachi mengeluarkan cahaya dan cahaya itu menembus sampai ke langit. Seketika itu juga cahaya tersebut menimbulkan kegelapan pekat pada desa itu, menyelubunginya bagai kelambu hitam amat pekat. Seluruh orang yang berada di Hellish Abyss terkejut bukan main dan berusaha melarikan diri. Tanah semakin berguncang menyebabkan tebing di pinggir Hellish Abyss longsor. Semua orang yang berada di sana pun gagal melarikan diri, batuan tebing lebih dahulu menutup pintu keluar dan menjatuhkan semua orang termasuk Fugaku dan anggota keluarga Uchiha lainnya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Darah bermuncratan dimana - mana, goncangan bumi belum berhenti malah bertambah kencang dan besar, meruntuhkan batu besar tempat Sasuke tergantung juga 4 pillar yang mengelilinginya, menjatuhkan tubuh hampa Sasuke ke dalam Hellish Abyss.
Goncangan itu terhenti, tanah kembali tenang tak bergetar sedikit pun. Hellish Abyss kini telah menjadi pemakaman massal, mayat bergelimpangan saling tindih menindih, darah mewarnai hampir semua batu longsoran itu. Suasana mencekam, suara parau korban sekarat mulai terdengar meminta tolong kepada siapapun yang masih hidup. Tapi teriakan itu tak lagi terdengar sampai akhirnya tanah kembali berguncang untuk yang ke 3 kalinya. Mayat Itachi yang selamat dari longsoran batu - batu tebing terjatuh ke dasar Hellish Abyss, menyusul Sasuke yang sudah berada jauh disana, menyisakan jiwa tak tentram seorang penjaga Altar.
Sang jiwa penjaga Altar tersenyum, senyuman menyakitkan bahkan lebih menyakitkan dari semua kesakitan yang ditanggungnya atau yang lebih pantas disebut sebagai senyuman iblis. Senyum itu berubah menjadi tawa, tawa yang abadi. Yah, sang penjaga Altar itu tertawa, menertawai mayat – mayat itu, menertawai wajah Fugaku yang tak lagi berbentuk, menertawai ritual suci ini, menertawai kesakitan dunia ini, dan menertawai dirinya sendiri.
Sang jiwa berjalan melewati semua mayat itu seakan itulah jalan yang harus ia lewati, melewati semua penyebab penderitaannya selama ini, darah yang membasahi yukata bagian depannya menetes perlahan ke wajah mayat yang dilewatinya. Matanya yang dulu berwarna Onyx kini telah berubah menjadi merah darah, menatap tajam kesekelilingnya. Mulutnya terus bergumam kata – kata menyakitkan yang sering ia dapatkan selama hidupnya.
Sang jiwa terus berjalan mengelilingi desa, membagi semua kesakitannya pada orang yang dijumpainya, membunuh mereka agar benar – benar mengerti yang dirasakannya dan Sasuke. Sang jiwa berkelana di desa itu mencari setitik kehidupan yang akan ia musnahkan dengan kesakitannya itu, dan terus bergumam abadi satu nama sakral baginya
'Namikaze'
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I know I can't take all of pain
But I didn't want to hurt you
I'm sorry Sasuke
I can't protect you
I promise, I will come for you after I finish our revenge
Our revenge, because they kill you
I'll find that bastard Hearth Crusher
So we can feel the pain together, three of us…
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hellish Abyss: Pernah main game Fatal Frame 2? Klo ga pernah, coba bayangkan saja lubang berbentuk persegi yang berada ditengah-tengah lapangan, tapi tidak punya dasar.
Maaf aneh yah?
Pasti banyak typo-nya, klo ada yang ga ngerti, tolong ikutin aja perjalanan fic ini, hehehe…. Karena akan dibahas satu persatu di chapter – chapter selanjutnya. Yang ini kan hanya prolognya :D
Tentang Fic ini, kalo ada yang mw ngeflame juga ga apa2 asal bahasanya ga kasar dan bersifat membangun, juga kalo ada kesalahan tolong beri tahu saya yah..
Akhir kata
Review please….
