Remake

disc Masashi Kishimoto

pair : Tobi x Hinata

author : Roxelyn

Chapter 1 from 10

Enjoy it

.

.

.

.

.

Markas besar militer Konoha amat ramai akan orang yang berlalu-lalang dengan tangan penuh akan tumpukan dokumen atau ada yang membawa senjata mereka pasca selesai tugas. Pria berusia dua puluh enam tahun tersebut salah satunya, rambut hitam acak-acaknya tertutupi topi dan matanya yag berhiaskan manik semerah darah terlindungi google berwarna bening, telinganya tersematkan alat komunikasi dan wajahnya cukup menipu siapapun yang melihatnya. Dia seperti anak remaja Sma yang tersesat ke barak militer, dia seperti remaja berusia tujuh belas tahun dan dia sudah melewati masa remajanya dibarak militer yang keras dan kejam. Senyum terulas dibibirnya dan tangannya terangkat, menyapa beberapa anggota timnya yang membalas sapaanya. "yo! Kapten!" yang disapa hanya mengangguk sebelum melanjutkan perjalananya kearah kantor pusat, Komandan besar memanggilnya dan memintanya untuk keruangannya tadi.

Sebelum ia benar-benar menghilang dari pandangan anggota timnya, ia menoleh dan memberikan senyuman yang seakan-akan memberikan semangat kepada mereka . "Lakukanlah yang terbaik dan jangan membuatku malu." Mengedipkan salah satu matanya dan kemudian menghilang dari pandangan anak buahnya, dia terkekeh geli saat mendengar seruan anak buahnya yang semangat. Memegang posisi kapten diusia muda membuatnya tidak sempat menikmati indahnya dunia, yang dia tahu hanya tembak, lari, tembak . dunia militer memang keras dan bagi siapa yang menyerah atau bermental lemah mereka tidak disarankan bergabung.

Kapten muda tersebut mengetuk pintu ruangan atasannya, menunggu izin agar dibiarkan masuk. "Masuk" suara bariton terdengar dari dalam, dengan sigap dia membuka pintu ruangan tersebut, memperlihatkan desain minimalis dan nyaman bagi siapapun yang menempati ruangan tersebut. Tobi-kapten muda tersebut memberi hormat dan memasang posisi siap, menanti perintah yang akan diberikan kepadanya. "Nakamura Tobi." Suara atasannya membuyarkan lamunannya, membuatnya kembali fokus. "kau tahu keluarga Hyuuga?" pertanyaan apa ini? "ya, pak!" jawabnya tenang. "kau ditugaskan menjaga pewaris keluarga tersebut. " ucap Sarutobi tegas dan kemudian mengambil berkas berisi informasi tentang pewaris keluarga Hyuuga, memberikannya kepada Tobi agar dia dapat mengetahui siapa yang harus dia lindungi. Salah satu alis Tobi terangkat. "ya dia perempuan." Ucap Sarutobi spontan seakan mengetahui isi kepala bawahannya. Senyum malaikat jadi-jadian tercetak jelas diwajah Sarutobi. " kau akan menyamar menjadi siswa sekolahan. " seandainya dia boleh menggeplak kepala pria tua dihadapannya saat ini. "sebagai bonusnya kau dapat menikmati masa remajamu lagi kan? Kau melewatinya setelah kematian ayahmu di Suriah. " Nakamura Saizo, salah satu bawahan Sarutobi yang membuatya selalu bangga akan prestasinya dan sekarang dihadapannya putra tunggal Saizo berdiri tegap dihadapannya. "Tobi."

"Tidak, maaf komandan tetapi aku dan timku akan dikirim ke Iraq besok." Ahh... "kau akan mengecewakan ayahmu." Sarutobi tersenyum miris. "timku membutuhkanku dan diluar sana masih banyak yang bisa menjaganya."

"Ayahmu teman lama Hiashi dulu..." Tobi tahu itu, ayahnya selalu membawanya kerumah Hiashi dulu. Menghela nafas kasar, manik merahnya menatap tajam atasannya. "jangan mulai sandiwaramu pak tua." Sarutobi tersenyum lembut . "kabulkanlah permintaan terakhir pak tua yang sudah menjagamu dulu."

"Tapi kenapa jadi siswa, bukan jadi guru atau apa?"

"Karena wajahmu seperti anak remaja labil." Dan seketika map berisi dokumen tersebut menghantam wajah Sarutobi diikuti suara debaman pintu yang keras.

.

.

.

Tobi menghela nafas kesal dan lelah, emosinya bercampur aduk. Membuka pintu kamarnya dan menutupnya secara kasar membuat beberapa orang mngetahui bahwa kapten mereka sedang down dan tidak ingin diganggu siapapun. Pakaian seragamnya sudah tergeletak pasrah dilantai, begitu juga dengan sepatu dan kaus kakinya. Safety glassesnya diatas meja berdampingan dengan helm miliknya. Membaringkan tubuh yang sudah dasarnya lelah diatas kasur dengan hanya mengenakan t-shirt serta celana trainning. Otot tubuhnya tercetak jelas hasil tempahan dunia militer yang selama ini digelutinya.

Iris semerah darah tersebut menerawang kearah langit-langit, kalau saja ayahnya masih hidup mungkin dia akan menikmati kehidupan remaja secara normal. Persahabatan dan juga kisah cinta yang selalu menghiasi tiap langkah para remaja. Tapi apa daya? Ayahnya tewas saat mobilnya melindas I.E.D(*) kemudian mereka dikepung oleh sekelompok pemberontak yang menembaki kendaraan mereka tanpa ampun, menewaskan semua pasukan termasuk ayahnya sendiri. Hal itu menuai kecaman keras dari PBB , mereka menuntut agar pemerintah Suriah segera meredam Anarkisme dan Terorisme yang mengancam penduduk sipil. Jepang merasa paling dirugikan karena pasukan perdamaian yang mereka kirim, pulang dalam keadaan menjadi mayat, membuat isakan tangis keluarga yang ditinggalkan pecah menangisi kepergian anggota keluarga mereka.

Tobi masih ingat proses pemakaman secara militer yang dilakukan untuk menghormati jasa ayahnya, air matanya tidak mengalir dan tangan kanannya menggenggam gulungan kertas penghargaan yang hendak dia tunjukkan. Tapi itu mustahil...

Menghela nafas lagi, Tobi memilih memejamkan matanya, berharap rasa kantuk segera menghampirinya agar dia tidak tertekan akan tugas barunya. Entah mengapa dia merasa akan menjadi babysitter ketimbang bodyguard...

Tangan kanannya merogoh saku celananya, mengeluarkan sebotol obat berisi pil-pil putih kecil yang menjadi temannya selama ini, menuang isinya ketelapak tangannya kemudian menelan pil tersebut tanpa ragu-ragu. Hanya suara tawa rekannya yang diluar sana menjadi lagu pengantar tidur untuknya karena besok kehidupan remajanya akan kembali diulang dan ditulis oleh Sarutobi sendiri.

Kakek tua sialan...!

.

.

.

.

Tobi ingin sekali mengutuk atasannya saat ini, dia tidak mengizinkan Tobi memakai penyamaran. Rencananya sih ingin memakai kacamata bulat tebal dan rambut disisir zaman dahulu, pas Sarutobi masih muda dulu. Kakek tua itu langsung menolaknya. "tidak-tidak! Jangan tutupi wajah tampanmu!" tcih!, Tobi hanya bisa mendecih sebelum melangkahkan kakinya digerbang sekolahan dengan tas punggung didepan layaknya ibu-ibu hamil. Mau bagaimana lagi? Baju seragamnya terlewat sempit dan masih dijahit, jadi kancing dari bagian leher sampai dada tidak bisa dikancing.

Menghela nafas lagi yang entah mengapa dia merasa usianya sebaya dengan Sarutobi, dia ingat wajah bawahannya yang seakan-akan diselingkuhi olehnya. Pliss... Tobi masih menyukai wanita dan bukan pria. Langkah kakinya terasa berat, padahal dia tidak memakai sepatu yang biasanya membikin adegan gore. Oke serius!, gimana rasanya masuk sekolah saja dia sudah lupa, lah ini?!. "Hentikan!" oke pagi-pagi begini ada yang mulai bandel. "kembalikan Naruto-kun!" ehhh?. "Hinata, aku Cuma pinjam pr matematika doang!"

Ada apa dengan pr matematika sampai harus diperebutkan oleh dua insan dihadapan Tobi saat ini. "ano..." kedua sejoli itu menghentikan aksi anarkis mereka dalam merebutkan cinta sang pr, oke author mulai ngelantur. Naruto, remaja bersurai pirang tersebut berkedip lucu sebelum tersentak kaget seakan-akan melihat hantu, salah satu alis Tobi terangkat naik saat melihat reaksi Naruto yang terlewat lebay menurutnya. "kau...b-besar sekali!"

'Gubrak!

Itu suara tas Tobi yang jatuh menghantam tanah karena shock. "lebih besar dari Guy-sensei!" karena aku tentara nak! Ingin sekali dia menggeplak kepala blonde tersebut, mengelus dadanya dan mengambil tasnya yang terjatuh tadi dia melirik gadis bersurai indigo disebelah si blonde. Wajahnya semerah tomat. "err, kau tidak apa-apa?" sang gadis menggeleng tapi tangannya menunjuk kearah seragam putih tersebut, untung Tobi memakai t-shirt kalau tidak mungkin wajahnya ikut semerah si gadis. " AHH! Maafkan aku." Sang tas pasrah dijadikan tactical shield(*) mendadak, menutupi tubuhnya yang terlihat memalukan baginya sendiri. "Tuan!" Naruto membungkuk, ralat. Berlutut memberi hormat seakan-akan bertemu dengan idolanya. "ajarkan aku agar menjadi besar seperti anda!" telanlah racun dan lekaslah mati. Tobi segera menggeleng saat pikiran setan mulai meracuni otaknya, "Aku membutuhkannya untuk melindungi teman-temanku dari Akatsuki!" awan akan berwarna merah bila dicat dengan crayon dan tambah indah bila dituang dengan darah sungguhan. Lagi-lagi Tobi kembali menggeleng, berusaha mengusir iblis yang bersemayam diotaknya.

"Anda tidak mau..." entah mengapa Naruto mengartikan gelengan kepala Tobi tanda tidak setuju. "Aku kepanasan, ngomong-ngomong ruang 9-3 dimana?" Naruto melompat dan langsung memeluk Tobi dengan erat dan Hinata berteriak girang. Kedua-duanya saling berseru lantang. "KITA SAMA KELAS!"

"oh..." reaksi yang cukup datar didapat oleh mereka berdua dan mereka hanya melihat pahlawan kesiangan tersebut berjalan kedalam sekolah saat bel berdentang menandakan pelajaran akan segera dimulai. Wajah Naruto kembali menjadi pucat pasi. "Hinata pinjamkan prmu ..." dan jawaban yang sama diterima Naruto. "Tidak." Naruto mewek guling-guling dihalaman sekolah, membuang rasa malunya sendiri.

-lololololololololololo

Lololol

Lololololololo-

Suasana diruangan kelas 9-3 cukup meneggangkan, kecuali Tobi yang duduk diujung ruangan sambil memejamkan matanya yang masih dibawah pengaruh obat yang diminumnya. Pakaiannya kini sudah seperti preman, memperlihatkan t-shirt karena semua kancing seragamnya copot, kesempitan. Tasnya tergeletak manis didalam laci meja sementara sang pemilik sudah didunia lain dan tidak menyadari gurunya sudah masuk kedalam kelas. "yang diujung sana apa sudah mati?" pertanyaan guru killer itu membuat yang lain berusaha membangunkan Tobi. "hoyy! Anak baru!" percuma saja, matanya Tobi sudah dilem pake lem super. "d-dia sakit ..." ahh, Hinata memang anak baik. Menolong teman sebangkunya. Memang posisi duduk Hinata lagi pas disebelah Tobi yang udah pingsan begitu nyampek dikelas. Salah satu alis Asuma terangkat tidak yakin, rasa-rasanya sang pewaris Hyuuga berbohong kepadanya. "kepalaku..."lenguhan penuh kesakitan membuat Asuma terdiam begitu juga beberapa siswa yang lain. Tobi mengusap kepalanya yang protes saat dia memilih bangun membuatnya seperti dijitak.

Manik merah bertemu manik hitam...

... "KAU!" seketika Asuma bungkam saat mendapat tatapan tajam dari anak muridnya. Berbeda dengan Asuma beberapa siswi memekik nyaring karena murid baru yang terus-terusan menghadap tuhan sedari tadi sudah kelihatan wajahnya. Tampan dan keren. "perkenalkan dirimu."

"aku lupa siapa namaku, aku amnesia mendadak." Asume mendelik kesal dan melakukan gerakan potong leher tapi yang bersangkutan tidak mengubrisnya dan malah memilih menghadap tuhan lagi? Sebelum auman Asuma menggelegar diseluruh penjuru sekolah. "BERDIRI DIDEPAN KELAS NAKAMURA-SAN!"

"krr-"

"BRAKKKK!

"KYAA! ASUMA-SENSEI JANGAN BANTING MEJA!"

.

.

.

Asuma menggeret murid barunya dengan sadis, sementara yang bersangkutan masih menguap lebar. Dia mendorong tubuh tersebut kedalam kamar mandi pria dan menguncinya. Manik hitam menatap tajam anak muridnya. "apa ayahku mengirimmu?" Tobi mengangguk dan duduk bersila sambil menopang kepalanya malas. "beritahu padanya proses pembuatan cucunya masih lama jadi tidak usah mengirim pasukan J-SAT (*) kesini!"

"Ge-er" balas Tobi datar dan menggaruk kepalanya yang dasarnya tidak gatal tersebut. "rahasiakan statusku Asuma." Asuma menyikut pelan perut Tobi. "aku tidak boleh senang bertemu teman lama."

"Aku bertugas." Asuma menghela nafas pasrah dan memandang temannya sejak kecil tersebut miris. "kau tidak pernah menikmati hidupmu eh?!"

"tidak, kau punya rokok?" Asuma terkekeh geli dan menyodorkan sebungkus rokok kepadanya. Gestur tubuh yang diperlihatkan Tobi terkesan dewasa seperti dirinya bukan remaja yang bebas bermain sepanjang waktunya. "terima kasih." Tobi menerima rokok tersebut dan menyalakanya dengan pemantik api, menghisap nikotin tersebut dengan nikmat yang entah mengapa bebannya juga ikut hilang. "Aku berharap kau menemukan cintamu disini."

"Aku bukan pedophil." Tutur Tobi halus sambil menikmati rokok ditangannya. "nanti malam temani aku ke club." Asuma bersiul senang. "kau mau menghilangkan tekanan?" Tobi menggeleng dan berbisik lirih. "perasaanku tidak enak saat Naruto membicarakan tentang Akatsuki." Asuma terdiam dan menatap tajam temannya. "jangan berurusan dengan mereka."

"Biar kutebak." Tobi memainkan rokok ditangannya. "atasan mereka Hanzou apa Danzou teroris yang sedang diincar pemerintahan Jepang kan?" Asuma langsung membekap mulut Tobi, wajahnya memucat pasi. "dari mana kau tahu?"

"Asuma, Asuma..." Tobi melepaskan bekapan mulutnya dan menatap intens sahabatnya. "mereka mengincar pewaris Hyuuga, itu alasanku disini sayangku." Asuma menahan nafasnya. 'a-apa yang kau katakan!"

"Pewaris Nara setahun lalu nyaris meregang nyawa bila tidak kau selamatkan. " Asuma mengigit bibirnya, ingatannya kembali mempermainkannya. "Nara Shikamaru mengalami trauma psikis dan nyaris melakukan bunuh diri setiap ada kesempatan."

"ya..." gumam Asuma lirih "tapi ayahnya merahasikannya semuanya dari media dan Shikamaru mulai menjadi anti-sosial kan?" Asuma menggeleng lemah. "PTSD (*)." Tobi mematikan rokok ditangannya. "jujur aku juga mengalaminya dan membutuhkan enam tahun untuk pulih, tentu dengan obat-obatan." Tobi menepuk pundak Asuma pelan sebelum meninggalkan Asuma tenggelam dipikirannya sendiri. "setidaknya dia punya seorang guru yang hebat untuk menariknya dari dasar jurang." Bisik Tobi tepat disebelah Asuma sebelum melangkah kearah pintu keluar, Tobi membalikkan tubuhnya den tersenyum miring bak psikopat dihadapan Asuma. "dan aku akan mengeluarkan isi organ para bedebah tersebut..."

'Blamm!

Merinding...

Jujur Asuma merinding melihat senyum yang dilemparkan Tobi kepadanya tadi, senyum macam apa itu dan mengapa tersirat akan dia haus akan darah. Dari luar sana Tobi bersiul-siul santai memainkan gantungan kunci berbentuk tengkorak dengan tangan kanan yang masuk kedalam saku celananya. Dia kembali tersenyum miring saat beberapa anggota Akatsuki melewatinya tanpa rasa curiga terhadap dirinya.

"Tobi-san!" Naruto melambai kearahnya dengan riang dan Tobi hanya membalasnya dengan mengangkat sebelah tangannya malas. "sebentar lagi pelajaran olah raga!" Tobi mengangguk dan berjalan kedalam kelas diikuti oleh Naruto dari belakang. "Guy-sensei amat keras karena asistennya sendiri Kisame-san!" Tobi menganggukdan mengacak helai pirang Naruto gemas. "heii!" protesnya tapi diabaikan oleh Tobi yang sudah berjalan duluan jauh didepan sana. "Tunggu aku!"

...

...

...

...

...

Tobi melepas seragamnya serta t-shirt miliknya saat diruang ganti, ingin cepat-cepat memakai pakaiaan olah raga yang lebih lebar dari pakaian seragam yang bakalan dikirim ketukang jahit untuk diperbaiki. Mengabaikan tatapan kagum Naruto dan Lee, bagaimana juga wajahnya saja yang awet tapi tubuhnya tidak awet, contohnya dia ada penyakit darah tinggi. "hoyy."suara teguran Sasuke sukses membuat kedua remaja itu panik. "dia cowok loh." Jujur Sasuke iri, kenapa murid baru punya tubuh sempurna seperti itu sementara dia tidak?.

"badannya bagus Sas..."rengek Naruto sambil menunjuk kearah Tobi dengana manja. "aku juga mau." Tobi menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum merogoh ponselnya untuk memeriksa laporan anggota timnya saat ini. "Nakamura-san." Lee menggenggam erat tangan Tobi. Kilat matanya berkobar-kobar api semangat. "mulai saat ini kau adalah rivalku!"

"pfftt!" Tobi terkekeh geli sebelum tertawa tanpa sadar, Lee emosi. Apa pria ini mengejeknya?. "aku suka semangatmu jadi lakukanlah segala cara untuk mengalahkanku ya." Tobi mengacak surai hitam Lee sebelum melangkah pergi keluar dari lapangan. Sedetik kemudian terdengar seruan penuh semangat oleh Lee yang menuai gelak tawa dari teman-temannya.

Lol

.

.

.

Suara derap langkah kaki dan panasnya terik matahari membuat beberapa siswa dan siswi mengumpat pasalnya guru dan asistennya mengejar mereka dari belakang tanpa ampun. Ini karena mereka enggan menyelesaikan keliling lapangan ekstreme mereka hingga tuntas. Tobi sendiri sudah menyelesaikannya dan kini bermain disalah satu dahan pohon, melakukan pull-up dan melatih tubuhnya yang kaku karena tidak melakukan olahraga selama ini. Tapi perhatiannya justru jatuh pada Hinata yang berlari paling belakang diikuti Kisame yang entah mengapa tersenyum mesum.

Ehh... tangannya...

"Kisame-san tolong jangan ganggu aku..." pinta Hinata sambil mempercepat langkahnya tapi percuma saja, secara kekuatan fisik Kisame lebih unggul. Tobi menghentikan aktivitasnya dan menyadari Kisame melakukan hal yang sama pada siswi yang lain tapi Guy mengabaikannya saja. Kakinya melangkah tanpa aba-aba dan berlari mengejar Kisame yang semakin mengganas. Bahkan teriakan Hinata diabaikan oleh mereka ditambah senjata tajam apa yang dibawa remaja itu?.

"Tolong hentikan!"Hinata lelah, kakinya ingin istirahat tapi demi tuhan Kisame membawa belati mengejarnya setelah gadis itu menendang Kisame dan sukses membuat remaja tersebut marah. "tolong maafkan aku..." Hinata menoleh kebelakang saat mendengar derap langkah yang mengimbangi mereka dan manik lavendernya melebar sempurnya. "Nakamura-san..."

'BUKKHHH ...

Tobi mendengan Kisame dari belakang dan segera menarik Hinata kebelakangnya, melindunginya dan menjadikan tubuhnya sebagai tameng bagi gadis tersebut. Manik merahnya melotot horor kearah remaja tinggi tersebut raut wajahnya mengeras sedetik kemudian Kisame berteriak kesakitan saat Tobi menendangnya tanpa ampun seperti menendang seekor anjing sampai pegangannya pada belati miliknya terlepas. Yang lain menatap horor adegan sadis barusan, Kisame mendesis marah dan melakukan tendangan menghantam ulu hati anak baru yang dianggap sok olehnya dengan telak membuat Tobi tersungkur kebelakang. "ukkhh!" Tobi meludah ketanah saat merasakan asin dimulutnya.

Kisame sigap mengambil belatinya dan berlari menghunuskan senjatanya kearah Tobi yang masih setia didepan gadis incarannya. "mati..." desisnya penuh amarah, manik hitamnya dibutakan kebencian dan satu hal yang pasti. Suara desisan kesakitan dan wajahnya menghantam telak kepalan tangan remaja dihadapannya membuatnya tersungkur ditambah tengkuknya dipukul kuat membuat kesadarannya seketika hilang.

Tobi menatap remaja tersebut bengis sebelum mengumpat dalam bahasa yang tidak dipahami mereka semua, tangannya mencengkram lengannya yang mengucurkan darah segar tanpa henti sementara Hinata panik berusaha menghentikan pendarahan ditangannya. "astaga, astaga..." gadis tersebut gemetaran sambil membalut lengan temannya diikuti isak tangis. "god fucking damn't i'm gonna kill them!" Tobi berhenti mengumpat saat menyadari pewaris tunggal keluarga Hyuuga tersebut gemetar ketakutan. Menghela nafas kasar dia menepis tangan mungil Hinata dan menariknya kedalam pelukan. Hinata terdiam begitu juga yang lain dan mereka dapat melihat nafas Tobi terengah-engah. Dia mengecup puncak kepala Hinata seakan-akan bersyukur kalau gadis itu tidak apa-apa.

Hinata refleks membalas pelukannya dan menangis, tubuhnya bergetar hebat, menyiratkan ketakutan akan hal yang barusan terjadi padanya. Tobi masih mengelus punggung Hinata lembut membiarkan gadis itu menangis sesenggukan, takut dan cemas akan kondisi temannya. "Na-Nakamura-san." Tobi mengelus surai indigo itu lembut, mengabaikan rasa nyeri dilangannya yang sudah didominasi warna merah. Guy berlari menghampiri kedua muridnya tapi yang didapatnya malah tatapan setajam elang yang haus akan darah. Jujur nyali Guy menciut karena tatapan mata dari muridnya. "dasar guru tidak berguna..." desis Tobi penuh amarah , dia kemudian menggendong gadis didekapannya seperti karung beras menuai pekikan kaget gadis tersebut. Kemudian dia melangkah pergi meninggalkan tatapan heran teman sekelasnya.

.

Tobi menurunkan Hinata dihalaman belakang sekolah kemudian bersender pada sebuah pohon sambil memegang lengannya yang sudah didominasi warna merah, kalau saja dia telat sedetik dari menarik tubuh Hinata mungkin belati tadi akan menancap dijantungnya dan kini salah satu urat nadinya terputus, mengucurkan darah segar membuat pandangan matanya berkunang-kunang dan jantungnya berdetak kencang, memompa stok darah yang terbuang untuk tubuhnya yang lain. "ya tuhan.. "gadis tersebut kembali terisak. Tangan kanan Tobi merogoh sku ponselnya dengan pandangan matanya yang semakin menggelap, mencoba menghubungi Asuma. Sambungan telepon juga terkesan lama sampai suara baritone Asuma menyapanya. "Asuma..." Tobi mengabaikan rasa sakit dilengan kirinya. "hey, aku mendengarnya dari Guy, kau dimana?" Tobi berusaha menarik nafas sebelum terbatuk, tendangan diulu hatinya membuatnya sulit bernafas."halaman belakang sekolah dan sekalian bawa Kurenai..." Hinata memeluknya secara refleks masih menangis. "dia ketakutan." Sambungan telepon terputus dan ponsel Tobi jatuh menghantam tanah. "hey..."bisiknya lembut sambil mengusap helai indigo Hinata. Hinata semakin mengeratkan pelukannya. "karena aku hiks karena aku Nakamura-san harus hiks terluka..."

Tobi mengigit bibir bawahnya, memijit kepalanya yang mendadak pusing. Setelah itu kegelapan menyelimutinya membuatnya jatuh kesamping dengan darah yang mulai mengotori rerumputan, sebelum indra penglihatannya tak berfungsi hal terakhir yang dilihatnya adalah genangan darah dan teriakan panik Hinata serta kedua temannya. "Hoyy Tobi! Jangan tutup matamu! Bukankah sudah kubilang jangan berususan dengan Akatsuki!" Asuma mengguncang tubuh Tobi tapi Tobi hanya menggumam lemah. "dingin." Manik Ruby Kurenai melebar. "Asuma! Telepon ambulance! Dia shock!" dan sedetik kemudian Asuma menelepon ambulance agar segera datang kesekolah.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc

I.E.D ranjau darat yang cukup berbaya dan biasanya dijual seakan-akan barang dagangan di irap bahkan mereka juga dengan riangnya menjual mortir (author tau dari salah satu fp yang author ikuti dan Cuma bisa facewall doang –''

Safety glasses itu kacamata pelindung yang biasa dipakai tentara atau pembalap motocross terkadang pembersih kaca juga memakainya buat ngelindungi mata dari debu tapi bagi tentara itu ngelindungi mata dari serpihan api kalau terjadi baku tembak dengan teroris atau pemberontak.

Tactical shield, tameng pelindung pas goreng ikan. (BUKAN) lebih tepatnya tameng buat ngelindungi diri dari lemparan batu atau peluru kalau digame kita main cilukba pake tactical shiel ama pcnya (author ngaco)

J-SAT pasukan khusus jepang untuk memberantas terorisme dkk (capek thor?)

Oke cukup sekian kamus ngaco dari author dan author usahain updated secepat kilat okayyyyy

Next review dong :* mohon maafbila ada typo nyasar