Hope you like this fiction :)
Oh Sehun baru saja pindah ke Seoul mengikuti ayahnya yang bercerai dengan ibunya. Ibu Sehun yang orang Kanada lebih memilih karirnya daripada harus mengikuti mantan suaminya pulang ke negara asalnya, Korea Selatan. Sehun baru berumur 6 tahun saat itu. Yang dia ketahui hanya ayah dan ibunya tidak bisa bersama lagi lalu ayahnya mengajaknya untuk kembali ke Korea saja, mengingat ibunya yang tinggal sendiri tidak mungkin mengurusinya sambil bekerja.
Bukan berarti ayahnya juga punya cukup waktu untuk merawat Sehun. Seperti saat ini, Sehun berjalan memasuki sekolah barunya. Disaat anak-anak lain diantar oleh ibunya dia hanya berjalan sendiri. Dengan tampilannya sekarang, rambut cokelat madu, kulit putih dan bercak merah di wajahnya terlihat sekali dia bukan orang asli Korea.
Ada beberapa anak yang menunjuknya sambil berkata, "Wah ada bule bu, dia bisa bahasa Korea ga ya?" Yang dibalas ibunya, "Hush! Tidak sopan menunjuk orang begitu." Ada juga yang "Kok ada anak bule sih disini? Apa ga salah dia? Bukannya sekolah internasional masih jauh dari sini ya?"
Sehun hanya sedikit mengerti apa yang mereka katakan, kata orang kalau bukan bahasa ibu biasanya susah dimengerti, well bahasa ibunya Sehun kan bahasa Inggris, Sehun dan ayahnya pun biasa menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Ayahnya sesekali mengajari Sehun bahasa Korea namun lidah Sehun belum terbiasa.
Sehun terus memasuki sekolah barunya, dia bingung harus bertanya pada siapa, selain dia pun tidak bisa bahasa Korea. Sampai ada anak lelaki lain menghampirinya, "Hey, my name is Jongin. Are you lost? Can you speak Korean? I can speak English, my umma taught me. What's your name?"
Sehun langsung mendesah lega karena ada yang mengerti bahasanya, "I'm Sehun. I can't speak Korean. Nice to meet you. Can you help me to find my class? I'm in 1A."
Sejak saat itu Sehun dan Jongin seperti tidak terpisahkan. Jongin mengajari Sehun bahasa Korea, menulis Hangul, mereka main bersama, mandi bersama tidur bersama, layaknya sepasang sahabat kecil.
Saat sekolah menengah pun mereka bersekolah di sekolah yang sama. Dimana ada Sehun disitu juga ada Jongin, tidak satu kelas pun mereka tetap berangkat dan pulang bersama, istirahat pun mereka habiskan bersama.
Sampai terdengar desas-desus dari beberapa siswi di sekolah mereka, "Sehun ganteng ya? Dia belum punya pacar kan?" Tanya siswi tersebut pada temannya.
"Jelas saja. Dia kan blasteran Kanada-Korea. Dengar-dengar dia gay sih. Tau Jongin kan? Yang biasa dipanggil Kai itu loh, nah banyak yang bilang dia pacarnya Sehun."
Siswi yang tadi bertanya pun menghela nafasnya, "Kalau sama Jongin sih gue gak keberatan. Jonginnya juga ganteng gitu."
Sehun dan Kai yang mendengar pun tidak menanggapinya serius. Mereka sudah biasa mendengar desas-desus seperti itu.
Pernah juga saat Kai mengajari Sehun fisika pada suatu siang,
"Jadi kalo udah ketemu persamaan begini tinggal dimasukkan seperti matematika biasa." Kai menyelesaikan penjelasannya.
"Biar gue coba dulu sendiri." Sehun menarik bukunya yang sedari tadi berada diantara mereka berdua.
"Oi Sehun." Sehun mendongak dan mendapati ketua osis yang merangkap menjadi ketua kelas mereka, Kris.
"Eh ganggu ya? Lagi ngapain kalian?" Kris menghampiri keduanya.
"Ngerjain tugas fisika." Kata Sehun sambil lalu karena masih mengerjakan tugasnya.
"Wah kalo udah beres liat ya? Eh kayanya punya Kai udah beres duluan ya? Inget kan Kai, lo masih ada utang sama gue?" Kris nyengir lebar.
"Lo kan ketua osis, kok bisa-bisanya fakir tugas sih Kris? Bukannya kasih contoh buat murid yang lain." Kata Kai. Jengkel juga dia, Kris itu sering banget seenaknya nyontek tugas. Bingung juga kenapa banyak yang milih dia jadi ketua osis waktu itu.
"Gue kan cuma mau ngasih kesempatan buat lo bayar utang aja Kai. Inget kan waktu itu lo bilang kalo gue boleh nyontek tugas lo asal gue bebasin lo dari piket? Waktu Sehun sakit itu loh." Ngeliat Kai kesel, Kris malah tambah seneng.
"Iya gue inget. Nih foto aja tugas gue. Abis itu minggat sana!" Kata Kai yang keselnya udah ga bisa ditahan lagi.
Tambah lebar senyumnya Kris begitu denger apa yang dibilang Jongin. Dengan cepat dia mengeluarkan ponselnya dan mengambil tugas Jongin. "Nah udah beres nih, makasih ya." Kata Kris mengembalikan bukunya ke Kai. "Bener ya kata orang, kalian cocok. Langgeng-langgeng lah kalian, kalo nikahan jangan lupa undang gue ya." Sebelum Kai sempat membalas, Kris udah keburu kabur keluar kelas.
"Kris itu kenapa sih? Ketua osis kok gitu kelakuannya." Sehun mengernyit bingung.
"Tau sendiri dia emang rada miring kan?" Balas Kai acuh. "Eh udah beres belum?"
"Udah nih." Sehun menyodorkan bukunya untuk diperiksa Kai.
Sampai kuliah, walau pun memilih jurusan yang berbeda mereka memutuskan untuk tinggal di asrama supaya lebih deket ke kampusnya. Kebiasaan Kai yang susah banget dibangunin kalo udah tidur juga bikin Sehun milih kamar sebelahan sama Kai. Anak seasrama udah hafal banget kalau susah nyari Kai tinggal nyari Sehun aja, pasti langsung ketemu Kai.
Di kampus, Sehun yang jurusan sastra Korea ga sesibuk Kai yang ngambil jurusan Manajemen Bisnis. Kalau Kai ikutan klub musik, Sehun ga ikutan apa-apa. Males katanya, ngikutin jadwal Kai aja udah bikin dia sibuk.
Awalnya sih anak-anak lain bingung liat kedekatan Kai sama Sehun.
"Kalian kemana-mana bareng terus ya? Ke toilet aja bareng." Tanya Chanyeol, waktu pertama kali Kai gabung di klub musik.
"Loh kok kalo cewek yang ke toilet bareng-bareng ga pernah ditanya gitu sih?" Jawab Sehun waktu itu. Chanyeol juga bingung harus jawab apa lagi buat balesnya.
Waktu pertama kali Seulgi kenal Sehun juga dia nanya karena sering denger desas-desus kalo Sehun gay, cuma waktu itu Seulgi belum kenal sama Kai, "Lo kenal Kai yang anak Manajemen Bisnis Hun?"
"Temen gue sih. Kenapa? Mau gue kenalin? Baik loh anaknya, pinter lagi." Kata Sehun.
"Gue penasaran aja sih, kalian kaya deket banget gitu kan? Kalian pasangan bukan sih sebenernya?"
Sehun cuma ketawa aja waktu itu, "Masih suka cewek kok gue. Ga ngerti juga kenapa orang nganggepnya gue sama Kai pacaran. Emang gue manis ya?" Jawab Sehun sambil naik turunin alisnya.
Kalau Seulgi ga kenal Sehun pasti dia udah baper banget digituin Sehun, blasteran kaya Sehun, baik dan respect banget sama cewek. Siapa yang ga suka?
Seperti pagi-pagi biasanya, Kai berangkat bareng Sehun pagi ini.
"Nanti kalo mau balik, duluan aja Kai, Seulgi ngajakin gue ngerjain tugas dulu soalnya. Baliknya bisa jadi lebih sore."
"Gue juga di base camp sampe sore sih. Nanti lo line gue aja. Siapa tau gue belum balik." Base camp itu ruangan untuk klub musik. Ga tau juga bisa disebut klub apa engga kalau anggotanya cuma Kai sama Chanyeol.
"Oi Kai! Sehun! Makin mesra aja." Kata Kris sambil lewat.
"Emaknya dulu ngidam apa sampe punya anak kaya si Kris gitu?" Kata Kai. Sehun dan Kai sih udah biasa banget disebut pasangan gay, homo, atau apa pun bahasa mereka. Bisa dibilang udah kebal juga, dari sekolah menengah dibilang kaya gitu, gimana gak kebal?
Sorenya.
Kai lagi main gitar di ruang klub musik yang disebutnya base camp karena isinya kalo ga dia, Chanyeol ya Sehun. Seulgi, temennya Sehun jarang mau deket-deket sama Chanyeol, takut katanya.
Kai mainin gitarnya sambil mikir, "Emang iya apa deketnya gue sama Sehun ga wajar?" Sambil masih mainin gitarnya, "Bodo ah. Mikirin aja apa kata orang."
Ga lama ponselnya Kai bunyi, line dari Sehun.
Gue ga jadi ngerjain tugas nih, Seulginya mules. Yok balik.
"Yok." Kai bales chatnya Sehun. Emang salah kalo deket sama temen sampe segininya?
I try a new perspective to write this fiction. I used informal language here for the new perspective.
Fell free to critics me. Let me know okay, was it good?
I'll delete this soon if you guys don't like it. And yes, its just the prologue, more way to go if you like.
Thank you for reading this fiction :)
