Disclaimer:
Naruto: Masashi Kishimoto
Isekai Wa Smartphone To Tomoni: Patora Fuyuhara
.
.
.
Multipair:
Naruto x (?)
Touya x (?)
Genre: romance/humor/fantasy/adventure
Rating: M
Setting: canon (anime Isekai Wa Smartphone To Tomoni)
.
.
.
In Another World With My Smartphone and Tablet
By Trio The Best Friend
.
.
.
Chapter 1. Kami sudah mati?
.
.
.
"Woi! Touya! Pinjam smartphone-mu dong!"
"Mattaku. Kau, kan, sudah punya Tablet, Naruto-nii!"
"Hehehe... Kuotaku habis. Keasyikan main game semalam."
"Hah? Kau cuma main game dan kuotamu habis? Game macam apa memangnya? Kok Boros kuota?"
"Hihihi... aku lupa mengisinya sejak dua bulan lalu. Tebayou."
"Memangnya uang sakumu kemana? Dari yang kuingat, uang saku yang diberikan Minato-Ojisan padamu sama denganku."
"Haaahh... habis untuk memborong ramen cup limited edition."
Dua orang remaja berusia 15-16 tahun, sedang asyik mengobrol selagi berjalan beriringan. Salah satu pemuda berambut biru gelap rapi, terbengong saat mendengar ucapan lawan bicaranya barusan. Yang dimaksud dengan lawan bicaranya adalah seorang pemuda dengan rambut pirang acak-acakan dan juga mempunyai tiga guratan di masing-masing pipinya. Pemuda berambut pirang itu memasang ekspresi kusut dan memelas yang aneh. Namanya Namikaze Naruto.
'Memborong ramen katanya,' batin pemuda berambut biru gelap tadi sweatdrop. Nama pemuda itu, Mochizuki Touya.
Mereka berdua kini dalam perjalanan pulang setelah jam sekolah berakhir. Kebetulan tempat tinggal mereka bersebelahan sehingga terbiasa berangkat dan pulang sekolah bersama.
Naruto merogoh tas kecil yang terpasang di pinggang. Dia mengeluarkan benda persegi panjang berwarna hitam. Dia menekan tombol power. Membuat bagian depan benda itu (layar tablet) menyala. Menunjukkan gambar seorang gadis berambut pirang panjang dengan sepasang telinga binatang menyembul di antara helaian rambutnya gadis itu terlihat cantik. Kedua matanya tertutup dan bibirnya membentuk senyuman.
Touya terkekeh,"Hihihii dasar anime lovers. Jadi itu, original character buatanmu? Bagus juga."
Mendengar itu, Naruto menyengir lebar,"Hehehe.. sebenarnya ini karakter favoritku. Ya, bisa dibilang waifuku juga, hahaha..."
Naruto menggaruk belakang kepalanya saat tertawa di akhir kalimatnya.
Sebuah kebiasaan yang Touya ketahui selalu muncul saat sepupunya ini sedang malu-malu.
Awan hitam mulai berkumpul. Suhu udara secara perlahan menurun hingga hawa di sekitar mereka berdua menjadi lebih dingin. Touya berkata pada Naruto yang mulai memasukkan Tablet ke dalam tas kecilnya lagi.
"Kita harus bergegas! Sepertinya tak lama lagi hujan akan turun. Naruto-nii."
"Ah, kau benar, aku juga tak mau Tabletku rusak hanya karena kehujanan."
Touya menghela nafas,"Hadeeh... Sepertinya Tablet itu lebih penting dari buku pelajaranmu, Onii-san. Haaah... sudahlah! Kita lewat jalan pintas di gang sana!"
"Osh!"
Mereka lantas segera berlari dari sana menuju gang sempit yang merupakan rute tercepat menuju rumah mereka.
GLUDUK! GLUDUK! GLUDUK!
Kilatan petir mulai merayap dalam gulungan awan hitam. Sesekali suara gemuruh guntur mulai terdengar. Mereka terus berlari dalam suasana cemas.
Naruto yang mencemaskan Tabletnya,"Jangan hujan dulu! Jangan hujan dulu! Kalau sampai tablet ini rusak, semua data game yang ada akan menghilang! Dan aku harus mulai dari awal lagi... huhuhuu!"
Touya yang mengkhawatirkan buku pelajaran sekolahnya,"Ya ampun! Kalau sampai buku ini basah semua, aku tidak bisa mengerjakan pr-ku nanti!"
Mereka asyik menggerutu sendiri hingga melupakan keadaan di sekitar mereka. Bahkan sapaan dan teguran dari orang-orang juga tak mereka sadari. Mereka terus berlari sambil merapal mantra gerutuan masing-masing.
CTAAAAAAR!
Bahkan saat cahaya putih menerjang dari langit, mereka juga tak menyadarinya. Satu-satunya respon yang keluar saat itu adalah kedua mata mereka yang membulat.
Ya. Mereka mati saat sibuk menggerutu.
Kematian yang tragis (tidak elit) saat pulang sekolah.
[Tersambar petir!]
.
.
.
Kapas-kapas putih bergantung di wajah langit yang cerah.
Kunang-kunang raksasa tidak tampak datang untuk menemui langit. Hanya terlihat sebuah ruangan yang melayang di antara kapas-kapas putih itu. Juga terdengar suara seorang kakek tua yang sedang berbicara dengan dua laki-laki remaja.
Ruangan yang melayang di langit, bisa dibilang adalah ruang tamu. Terdapat sejumlah perabotan seperti meja, lemari dan lain-lain. Terlihat tiga cangkir teh hangat tersaji di atas meja. Sang kakek tua yang menyajikan tiga cangkir teh itu. Sang kakek tua bukan manusia, tapi melainkan sang dewa yang telah menyebabkan dua laki-laki remaja itu mati muda karena tertembak petir saat pulang dari sekolah.
"Maaf ya... Karena aku tidak sengaja menembakkan petir pada kalian berdua," kata kakek tua yang berpakaian kimono dan celana longgar, berkumis serta berjenggot putih. Ia duduk berhadapan dengan dua laki-laki remaja itu.
Dua laki-laki remaja yang merupakan saudara sepupu, hanya tersenyum maklum.
"Tidak apa-apa," jawab laki-laki berambut pirang jabrik dan bermata biru.
"Ya. Kami bisa merasakan namanya mati di saat usia kami yang baru 15 tahun ini...," ujar laki-laki berambut biru gelap dan bermata biru."Benar, kan, Naruto-nii?"
"Iya."
Naruto mengangguk pada Touya yang duduk di sampingnya. Sang dewa tersenyum lega.
"Kalau begitu, aku akan beri kalian berdua kesempatan untuk hidup lagi."
"Eh? Benarkah?" Naruto dan Touya tampak senang.
"Ya."
"Kita kembali lagi ke dunia kita, Naruto-nii."
"Ya, aku tidak sabar ingin bertemu dengan teman-temanku."
"Kalian tidak akan bisa bertemu dengan mereka lagi. Tapi, kalian akan dihidupkan di dunia lain."
"Dunia lain?" Naruto dan Touya saling pandang lalu sama-sama memandang ke arah sang dewa."Dunia seperti apa itu?"
"Dunia sihir."
"Du-Dunia sihir!?"
"Iya."
"Wah, itu hebat!"
"Jadi, kami bisa menggunakan sihir di sana ya, Oji-san?"
Touya menunjukkan wajahnya yang berseri-seri. Sang dewa mengangguk sambil tersenyum.
"Apa kalian punya permintaan?"
"Permintaan?" Naruto dan Touya sama-sama menjawab lagi.
"Ya, permintaan."
"Hmmm...," Touya berpikir sebentar dan mengeluarkan smartphone dari saku blazernya."Apa aku bisa menggunakan Smartphone di sana?"
"Sama. Apa aku juga bisa menggunakan tabletku di dunia itu? Lalu men-chargernya, apa itu juga bisa?" Naruto menunjukkan tabletnya sebesar buku tulis pada sang dewa.
"Tunggu dulu... Aku rasa..."
"Eh? Apa tidak bisa?"
"Bisa, Naruto-san, Touya-san," sang dewa mengangguk."Kalian bisa men-chargernya dengan sihir."
"Sihir? Wah, itu hebat!" Naruto tertawa senang.
"Aku mengerti, terima kasih," Touya tersenyum sambil menggenggam erat smartphone-nya.
Sang dewa manggut-manggut. Naruto dan Touya saling pandang lalu tersenyum bersama.
Sang dewa juga menambahkan.
"Ingat, smartphone dan tablet kalian bisa digunakan untuk nenghubungiku saja."
"Ya. Kami ingat itu," Naruto dan Touya mengangguk.
"Kalau begitu, bersiaplah. Aku kirim kalian ke dunia itu."
"Baik."
Naruto dan Touya mengangguk lagi. Mereka berdua saling tersenyum.
.
.
.
Karpet hijau terbentang luas. Dihiasi dengan pepohonan hijau yang rimbun yang dibentangi dengan jalan setapak. Di bawah sebuah pohon rindang, dua laki-laki terbaring di sana.
Mereka berdua adalah Naruto dan Touya. Mereka telah dihidupkan lagi oleh sang dewa dan dikirim ke dunia ini untuk memulai kehidupan mereka yang baru. Mereka sudah dibekali dengan kemampuan yang memadai, karena sang dewa sudah mengabulkan permintaan mereka.
Merasakan sentuhan angin lembut yang membelai kulit, Naruto dan Touya sama-sama terbangun dari baringnya. Kemudian memilih duduk sebentar dan saling menatap.
"Ng... Naruto-nii?"
"Ah, Touya?"
"Dimana kita ini?"
"Hmmm... Dimana ya ini?"
Touya memperhatikan keadaan sekitar. Berdiri dan merasakan getaran yang hebat pada saku blazernya.
Dia pun kaget dan spontan mengambil smartphone-nya yang berbunyi. Melihat ada nomor asing yang muncul di layar smartphone-nya. Digesernya jempolnya ke kiri untuk menjawab panggilan. Menempelkan smartphone-nya pada telinga kanannya.
"Ya... Ha-Halo!"
["Halo... Akhirnya tersambung juga."]
"O-Ojisan ya?"
["Ya. Syukur sekali kalian sudah tiba di dunia ini. Kalian pergi saja ke kota Rrefet. Aku bekali kalian peta dan navigasi tentang dunia ini."]
"Ah, terima kasih."
["Sama-sama. Semoga kalian betah tinggal di dunia baru kalian ini. Sampai jumpa."]
Komunikasi pun terputus. Touya menjauhkan smartphone-nya dari telinganya dan melihat peta dunia ini lewat aplikasi navigasi smartphone-nya. Naruto menghampirinya.
"Siapa yang menelepon?" tanya Naruto penasaran.
"Ah, ini Oji-san...," Touya menunjukkan nomor asing yang telah masuk dalam daftar kontak teleponnya."Dia menamai kontak teleponnya sebagai dewa."
"Oh."
"Tidak hanya itu, dia membekali kita dengan peta dan navigasi melalui smartphone-ku ini."
"Ah iya, mungkin... Di tabletku juga."
SREK!
Naruto mengeluarkan tabletnya dari dalam tas kecil yang terpasang di pinggangnya. Dia menghidupkan tabletnya dan menemukan aplikasi navigasi itu.
"Benar. Di tabletku, tertampil peta dunia ini," lanjut Naruto yang terkejut.
"Hm... Aku rasa kita jalan saja ke sini," Touya mengangguk dan mulai melangkah kakinya.
"Hei, tunggu! Kita harus kemana?"
"Ke kota Rrefet. Jalannya ke arah sini."
Touya yang berjalan duluan dan diikuti Naruto dari belakang. Naruto tetap memegang tabletnya, memilih diam sambil memperhatikan keadaan sekitar.
Dimana-mana, yang terlihat hanyalah padang rumput dan pepohonan hijau. Tidak ada satupun yang lewat. Hening sekali.
Sambil berjalan, mereka berbicara.
"Oh iya, Touya, apa kita bisa menggunakan uang kita di dunia ini?"
"Aku rasa tidak mungkin, onii-san."
"Iya juga ya."
"Kita harus menggunakan uang yang berasal dari dunia ini. Tapi, bagaimana caranya kita mendapatkannya ya?"
Touya dan Naruto sama-sama berpikir agar bisa mendapatkan uang.
Tiba-tiba...
TUK! TIK! TAK! TIK! TUK!
Muncul suara sepatu kereta kuda dari arah berlawanan. Naruto dan Touya tidak terlalu memperhatikan kereta kuda yang lewat, tetap fokus berpikir sambil berjalan.
CIIIT!
Mendadak saja, kereta kuda itu berhenti. Seorang pria tua berpakaian seperti zaman eropa abad pertengahan, langsung keluar dari dalam kereta kuda tersebut. Langsung menghampiri dan memanggil dua laki-laki itu.
"Hei, kalian berdua!"
Naruto dan Touya berhenti berjalan,"Ya?"
"Pakaian kalian berdua sangat aneh! Sangat berbeda! Maukah kalian menjual pakaian kalian itu padaku!? Akan kubayar dengan harga yang sangat tinggi!"
"Eh?"
Naruto dan Touya sweatdrop. Mereka berdua saling pandang dan mengangguk.
Tidak ada jalan lain selain menjual pakaian mereka. Inilah caranya untuk mendapatkan uang.
.
.
.
CIIIT!
Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah toko pakaian, tepatnya di jalanan kota. Kota yang bernama Rreget.
Kota yang sangat indah dan ramai. Dipenuhi bangunan-bangunan yang terbuat dari kayu. Terdapat pertokoan dan penginapan. Mirip seperti perkotaan yang ada di zaman kerajaan eropa abad pertengahan.
Saat ini, memasuki siang hari, matahari hampir mencapai puncak kepala. Panasnya sangat menyengat kulit, namun orang-orang tetap berjalan untuk melakukan aktifitas.
Pria tua yang membawa Naruto dan Touya sampai ke sini, yang turun duluan. Dia sangat antusias, memperlakukan Naruto dan Touya dengan baik.
"Silahkan turun!" pria tua itu berdiri di depan toko pakaian itu.
"Ah, iya," Naruto mengangguk dan turun dari dalam kereta kuda dan disusul Touya.
"Sepertinya dialah pemilik toko ini," gumam Touya yang turun setelah Naruto.
"Ayo, masuk ke dalam!"
Pria tua itu menuntun Naruto dan Touya untuk masuk ke dalam toko tersebut. Terdapat plat besi yang bertuliskan huruf aneh di atas pintu masuk toko pakaian tersebut. Naruto dan Touya tidak mengerti sama sekali dengan tulisan itu.
Setibanya di dalam toko, Naruto dan Touya disambut oleh para pegawai toko. Pria tua yang ternyata pemilik toko pakaian tersebut, menyuruh para pegawainya untuk mempersiapkan pakaian pengganti buat Naruto dan Touya.
"Selamat datang di tokoku...," ucap pria tua itu."Pegawai-pegawaiku, tolong siapkan pakaian pengganti buat dua laki-laki ini ya."
"Siap, pak!" sahut para pegawai wanita itu.
Maka Naruto dan Touya berganti pakaian di kamar ganti. Saat Naruto dan Touya berganti pakaian - dalam satu kamar ganti - pria tua itu tiba-tiba muncul dan berkata.
"Apakah kalian juga mau menjual pakaian itu padaku?"
Naruto dan Touya sweatdrop, membatin massal.
'Apa orang ini berniat merampok kami?'
Diputuskan, pakaian dalaman mereka juga dijual pada sang pemilik toko. Sang pemilik toko membayar mereka dengan banyak koin emas dan memberikan mereka pakaian ganti secara gratis.
"Ini bayarannya," ucap sang pemilik toko pakaian.
"Terima kasih banyak," Touya yang menerima koin-koin emas itu.
"Oh iya, apa di dekat sini ada penginapan?" tanya Naruto.
"Ada. Kalian jalan saja lurus ke sana, lalu nanti belok kanan. Nah, di sanalah penginapan yang terdekat, namanya 'Bulan Perak'."
"Oh..."
"Terima kasih banyak."
Touya yang menjawab paling akhir. Naruto hanya mengangguk. Mereka berdua pun pergi ke arah yang ditunjuk pemilik toko pakaian.
WAS! WES! WOS!
Di antara keramaian itu, Naruto dan Touya berjalan secara beriringan.
"Kira-kira dimana ya penginapan yang bernama Bulan Perak itu, Oni-san?"
"Entahlah," Naruto menggeleng pelan dan celingak-celinguk."Tulisan di dunia ini berbeda. Aku tidak bisa membacanya."
"Sama dong."
Mereka sedang asyik-asyiknya berbicara, tahu-tahu mendengar suara teriakan yang menggema.
"CURANG! SUDAH KUBILANG HARGA TANDUK RUSA KRISTAL INI, SATU KOIN EMAS! TAPI, KENAPA KALIAN MEMBAYARNYA DENGAN SATU KOIN PERAK!"
Naruto dan Touya pun berhenti berjalan sejenak saat menemukan sebuah gang sempit di antara dua pertokoan.
"Ada apa ya?" Touya penasaran.
"Sepertinya dua gadis itu ditipu oleh dua pria itu," Naruto bergegas masuk ke dalam gang sempit itu.
Dua pria dan dua gadis kembar sedang bertengkar karena masalah bayaran harga sebuah tanduk rusa kristal. Naruto datang mendekati mereka dan berucap.
"Aku bayar satu koin emas!"
Dua pria itu terkejut. Gadis berambut panjang itu tersenyum dan menjawab.
"Terjual!"
"Hei, siapa kalian?"
"Jangan ikut campur dalam transaksi kami ini ya?"
"Kenapa? Masalah buat kalian?" Naruto merengut.
"Ini koin emasnya!" Touya melempar salah satu koin emasnya ke arah tanduk rusa kristal yang dipegang pria itu.
PRAAAANG!
Tanduk rusa kristal itu pun pecah berkeping-keping akibat dihantam koin emas. Dua pria itu menjadi geram karenanya.
"APA!? KURANG AJAR KALIAN BERDUA!"
WHUUUSH!
Salah satu pria itu berlari untuk menyerang Naruto dan yang satunya lagi menyerang Touya. Secara refleks, Naruto dan Touya menghindari mereka.
BETS!
Anehnya, gerakan dua lawan mereka melambat seperti gerakan "slow motion" pada film. Naruto dan Touya merasa kaget akan fenomena ini.
'Gerakan mereka melambat?'
Terjadi flashback, dimana Naruto dan Touya diberi kekuatan lebih oleh sang dewa. Sang dewa menganugerahi Naruto dan Touya sebuah kekuatan "refleks cepat", sehingga memungkinkan mereka bisa bergerak seperti kilat, dan lawan mereka yang bergerak secara lambat.
Naruto dan Touya memanfaatkan kesempatan ini untuk menghajar dua penipu itu. Fenomena ini juga mengejutkan dua gadis kembar itu.
"Hebat!" gadis berambut pendek itu merasa kagum akan aksi Naruto dan Touya.
"Refleks mereka sangat cepat!" gadis berambut panjang juga merasa kagum.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Naruto dan Touya membereskan dua pria penipu itu. Dua penipu memilih kabur sebelum dua saudara sepupu itu menghajar mereka habis-habisan.
Karena terjadi keributan di gang sempit tersebut, orang-orang datang untuk melihat keadaan. Dua penipu tadi sudah keluar dari gang sempit tersebut, lari terbirit-birit dan tidak tahu kemana mereka pergi.
Merasakan keadaan sudah aman, Naruto bernapas lega. Touya berjalan dan menghampiri dua gadis kembar itu.
"Terima kasih atas bantuan kalian berdua," tukas gadis berambut panjang itu.
"Maaf, aku telah menghancurkan barang yang kalian jual itu," Touya memasang ekspresi tidak nyaman.
"Tidak apa."
"Sebagai gantinya, terimalah koin emas ini."
"Eh? Apa tidak apa-apa?"
"Tidak."
Touya tersenyum ramah sambil menyerahkan sekeping koin emas pada gadis berambut panjang itu. Gadis berambut panjang itu menerima sekeping koin emas dari tangan Touya. Naruto datang dan berdiri di samping Touya.
"Ngomong-ngomong... Kalian ini siapa?" gadis berambut pendek itu bertanya dan memandang dua laki-laki itu secara bergantian.
"Ah... Kami lupa memperkenalkan diri kami...," Naruto tertawa ngeles sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Aku Namikaze Naruto. Yang ini sepupuku, Mochizuki Touya."
Touya mengangguk. Dua gadis kembar itu juga memperkenalkan diri.
"Aku Linze Silhoueska."
"Aku Elze Silhoueska."
Linze Silhoueska, dia adalah gadis berambut perak pendek dan bermata biru gelap. Memakai rok hijau yang memiliki busur di sisi lain. Di bawah roknya, dia mengenakan kemeja ungu dengan pusat putih.
Elze Silhoueska, gadis berambut perak panjang dan bermata biru gelap. Dia memakai rok mini hijau yang memiliki busur hijau di punggungnya. Di bawah roknya, dia mengenakan kemeja ungu dengan pusat putih. Sepatu boots setinggi lututnya mengikuti rezim yang sama, berwarna ungu dan memiliki kaus kaki putih, dan seperti sarung tangannya yang berwarna putih, area sepatu kaki juga berwarna putih. Dia juga memakai kalung yang terlihat seperti persilangan antara perhiasan dan syal. Tubuh kalung terbuat dari kain, dan begitu juga liontinnya, tapi yang menghubungkan liontin dan bodinya adalah potongan logam.
"Tapi... Nama kalian berdua sangat aneh," lanjut Elze yang penasaran.
"Apa?" Naruto sweatdrop.
"Nama depan adalah nama marga kami, lalu nama belakang adalah nama kami," jelas Touya.
"Oh, begitu, berarti asal kalian dari kota Ishen ya?"
"Kota Ishen?"
Naruto dan Touya saling pandang lalu mengangguk pelan.
"Ya, begitulah," Naruto yang mengangguk.
"Kalau begitu, apa kalian tahu dimana penginapan yang bernama Bulan Perak?" Touya yang bertanya.
"Bulan Perak? Kebetulan kami menginap di sana," ungkap Linze."Iya, kan, Onee-chan?"
"Ya," Elze mengangguk.
"Baguslah!" Naruto tersenyum senang.
"Ayo, kami antar kalian ke sana!"
Elze yang berkata paling akhir dan bersedia mengantarkan dua laki-laki bersaudara itu. Dua laki-laki itu mengangguk dan menjawab kompak.
"Terima kasih."
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
.
A/N:
Inilah fic pertama kami di fandom Xover Naruto and Isekai Wa Smartphone To Tomoni.
Cerita ini memang mengambil kisah yang sama di canonnya, tapi kami akan membuatnya sedikit berbeda.
Terima kasih banyak karena sudah membaca dan mereview fic ini.
Trio The Best Friend
Out!
