Chapter 1
How Elsa get Her Power?
Jack Frost, lelaki berambut perak-putih itu berjalan-jalan sendiri di gelapnya malam setelah seharian melakukan 'pekerjaannya', membuat es dimana-mana, membekukan air keran dan sesekali mengusili anak-anak yang tengah bermain. Pekerjaannya sehari-hari hanyalah bersenang-senang sebagai roh musim dingin.
Ia sebenarnya mulai lelah dan ingin segera menyadarkan tubuhnya di tepian jalan dan terlelap seperti biasanya bila ia kelelahan. Namun ada sebuah pemandangan yang menarik perhatiannya, kerumunan orang di halaman sebuah istana. Semua orang tampak antusias hendak mendengarkan pesuruh istana yang akan mengumumkan sesuatu. Jack melayangkah tubuhnya, kemudian terbang dan diam di balkon istana tepat di sisi si pesuruh istana yang hendak menyampaikan kabar terbaru dari istana. Tak masalah, selama ini ia memang tak terlihat mungkin karena tak banyak yang mempercayai cerita tentang dirinya. Satu sisi ia merasa ingin di percayai, tapi di sisi lain ia lebih mengabaikan kenyataan kalau tak banyak orang yang percaya pada Jack Frost.
"Perhatian"Ujarnya dengan suara yang menggelegar "Raja dan Ratu kerajaan Arendelle mengumumkan, bahwa Arendelle akan memiliki anggota kerajaan baru. Karena Ratu Arendalle tengah mengandung anak pertamanya" Pengumuman itu di sambut sorak-sorai rakyatnya.
Jack hanya tersenyum melihat ekspresi rakyat kerajaan Arendelle yang kelihatan seperti baru saja mendapat harta warisan. Semuanya gembira. Arendelle hanyut dalam euphoria kegembiraan menyambut datangnya anggota baru istana itu.
Benar-benar rakyat yang loyal komentarnya seorang diri.
*skip time*
9 Bulan kemudian ...
Jack tengah terbang melintasi langit-langit biru dengan awan tipis menghiasinya, bukan waktunya bermain salju ia hanya sekedar berkeliling mencari suasana baru yang bisa menghapuskan penatnya. Tanpa ia sadar ia melintasi Arendelle lagi.
Tepat pada saat itu juga banyak orang yang sedang berkumpul di halaman istana, mayoritas dari mereka kelihatan panik dan cemas.
"Ada apa?" Jack kemudian melesat turun dan duduk di genting istana, otaknya mulai mengingat-ingat lagi tempat ini.
"Ah, apa aku ini De Javu ya?" Jack melihat ke sekeliling, halaman istana yang luas itu memiliki dua buah air mancur yang berdampingan. Pandangannya yang kosong kini terarah pada pesuruh istana yang membawa berita. Seketika ingatannya kembali ini adalah kerajaan yang pernah di singgahinya beberapa bulan lalu ketika pesuruh istana ini mengumumkan bahwa ratu mereka tangah mengandung.
"Perhatian"Ia berteriak, "Raja dan Ratu Arendelle mengumumkan, telah lahir anak dari Raja dan Ratu, seorang putri dengan nama Elsa. Dilahirkan pada pukul 08.08 pagi"
"Elsa?" Jack merenyitkan dahi, berbicara pada dirinya sendiri.
Jack's POV
Elsa? Nama itu benar-benar kedengaran anggun, sangat halus bila di ucapkan. Aku harus melihat putri istana bernama Elsa itu, aku sangat penasaran bagaimana rupa anak bayi itu? Ah, bukankah semua anak bayi itu sama-sama saja? Produsen air liur yang produktif, namun memiliki tatapan juga ekspresi yang meluluhkan siapa saja yang melihatnya.
Aku memasuki istana dengan mudahnya, menembus para penjaga istana dengan mudahnya (tentu saja, aku ini roh. Invisible!) Aku kemudian menjadi penyusup yang paling mudah memasuki istana kemudian segera mencari-cari dimana si putri kecil kecil kerajaan Ar.. Areble? Aromus? Ah apapun nama kerajaan itu, aku ingin melihat putri Elsa.
Aku memasuki lorong demi lorong istana yang maha luas ini. Namun pada akhirnya aku melihat beberapa tabib juga pesuruh istana bolak-balik memasuki sebuah kamar. There you are little baby!
Ratu nampak kelelahan walau tetap dengan wajah bahagia di samping bocah mungilnya itu. Ah lucu sekali, ibu dan anak. Aku melompat ke atas lemari pakaian dan duduk bersila disana. Ia menatapi wajah bayi merah yang suci itu, menggemaskan sekali. Matanya biru, bibirnya kecil dan kelihatan sangat lembut ketika di cium.
Sejak kapan aku menyukai anak kecil? Sepertinya sejak saat ini, karena yang aku lakukan hanyalah menjahili mereka tanpa memperhatikan mereka, cara mereka bermain, kepolosan mereka. Betapa aku terlambat..
Bayi kecil itu kemudian di pindahkan kedalam box bayinya dan di taruh tak jauh dari ibunya, namun ada jarak dan kesempatan bagiku untuk mulai menyentuh Elsa. Aku melangkah mendekati box Elsa ketika semua orang mengiranya sudah tidur dan mulai melangkah menjauhinya.
Keadaan kamar sudah tenang, sang ratu tengah beristirahat setelah perjuangan hidup-matinya melahirkan seorang anak manusia sedangkan raja sedang sibuk mengumumkan kabar bahagiannya ini.
Aku melipat tangan di atas box bayi itu. Elsa terlihat membuka matanya, walaupun aku tak yakin ia sudah melihat dunia dengan baik. Rasa penasaran membuatku menyentuhkan butir salju di dahinya.
Oops.
Aku sudah bersiap menutup telinga, karena aku pikir bayi ini akan menangis. Ternyata tidak. Gadis ini ternyata tak suka menangis ya? Baiklah keonaranku yang kedua akan aku laksanakan. Aku mulai menyentuh kepalanya yang masih rapuh itu perlahan. Aku mulai merasakan kebahagian mengalir dari dalam diriku sendiri ketika menemukan tatapan bayi itu. Aku masih mengusapnya, cukup lama. Aku menyukai kegiatanku ini.
"Hai Elsa" Sapaku padanya. "Jadilah anak yang baik, jangan suka berkelahi. Jangan menyakiti" Aku bermonolog di hadapannya
"Be A good girl you always have to be.." bisikku
Tanpa aku sadari helai-helai rambut bayi yang belum sempat di potong itu berubah warna, dari coklat menjadi putih pirang.
"A..Astaga. Apa aku merubah anak ini?" Aku gugup, aku menghentikan elusanku di kepalanya, rambut-rambut tipis itu benar-benar berubah warna.
"Apa yang telah aku lakukan?"
