Dijaman yang modern seperti sekarang ini jarang sekali seseorang menggunakan surat yang ditulis dengan tangan untuk berkomunikasi. Sekarang teknologi sudah maju. Tinggal menggunakan benda pintar persegi panjang yang biasa disebut dengan ponsel kita telah dapat berkomunikasi dengan baik. Bahkan dengan jarak yang jauh sekalipun.

Tapi nyatanya surat tidak pernah padam kok. Surat masih bertahan digunakan orang-orang sampai sekarang ini. Meski kegunaannya tidak sesering dulu.

Salah satu contoh surat yang masih cukup sering digunakan adalah surat cinta. Kebanyakan yang menggunakannya adalah anak remaja untuk mengungkapkan rasa kasih sayang mereka.

"Kenapa masih saja ada orang yang menggunakan surat untuk mengungkapkan perasaannya? Kenapa tidak langsung bicara saja? Face to face"

"Tidak mudah untuk mengungkapkan perasaan itu Na. Pasti mereka yang membuat surat itu merasa takut bertemu langsung dengan pujaannya. Kau tau sendiri kan bagaimana rasanya berdekatan dengan orang yang disuka?"

"Aku tau itu. Tapi dengan surat sebanyak ini bukannya mengganggu. Lihat saja lokerku jadi penuh dengan berbagai macam kertas tidak berguna"

Melihat lokernya yang kembali penuh dengan berbagai macam surat dan hadian yang tidak tau dari siapa itu membuat Na Jaemin atau biasa dipanggil Jaemin atau Nana itu merasa kesal.

Jaemin tidak merasa kesal jika lokernya terisi makanan seperti coklat, permen, atau kue. Namum nyatanya lebih banyak kertas-kertas yang penuh dengan tulisan tangan memenuhi lokernya.

Melihat kertas yang begitu banyak itu saja dia sudah kesal dan tidak akan mungkin dia baca tumpukan kertas itu.

"Aku lebih suka lokerku penuh dengan makanan manis dibanding surat-surat ini"

"Kau pikir semua orang itu sama. Tidak semua orang memiliki kekayaan yang sama. Membuat surat itu juga termasuk susah tau"

Remaja yang satunya sepertinya tidak mempersalahkan surat-surat yang memenuhi lokernya itu. Dia terlihat biasa saja melihat tumpukan kertas berada di lokernya yang sama banyaknya seperti temannya itu.

"Apanya yang susah? Hanya perlu kertas dan pulpen saja"

"Dan juga pikiran. Surat-surat ini sudah menguras banyak pikiran"

"Mendengar ucapanmu itu, kau seperti sangat menghargai surat-surat itu. Padahal kau sama saja denganku yang akan membuang suratnya tanpa membacanya"

"Aku membaca suratnya kok"

"Hanya dari Mr. Lion itu kan"

Haechan tidak mengatakan apapun lagi dan sibuk membereskan lokernya. Memasukkan surat-surat itu ke dalam kantongan yang akan dibuangnya ke tempat sampah nanti.

Tidak semua surat Haechan buang. Remaja menggemaskan itu meninggalkan satu surat di lokernya. Seperti yang dikatakan Jaemin, Haechan hanya akan membaca surat dari Mr. Lion.

"Bagaimana bisa surat aneh itu dapat membuatmu tersenyum-senyum seperti orang gila setiap harinya Haechan?"

"Surat ini berbeda tau. Aku harap nanti bisa menemukan orang yang membuat surat ini"


"Mau ke kantin?"

"Duluan saja"

"Kau sia-sia bertanya kepada Mark. Lebih baik kita langsung ke kantin saja"

"Kami duluan ya Mark"

Remaja yang dipanggil Mark itu cuma tersenyum membiarkan teman-temannya pergi ke kantin untuk makan siang.

"Apa dia sudah ada di sana?"

Mark beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar kelas. Mark tidak pergi ke kantin, dia melangkahkan kakinya berbelok menuju halaman belakang sekolahnya.

Di sana sudah ada seorang murid yang Mark kenal sedang menghabiskan bekalnya seorang diri. Mark tidak mendekati murid itu. Dia hanya akan duduk di bawah pohon melihat murid tersebut menghabiskan bekalnya.

Di saat murid itu asik memakan bekalnya datang binatang imut menggemaskan mendekati murid itu.

"Hai kucing kau lapar ya?"

Murid yang tidak kalah menggemaskannya dari si kucing itu memberikan sedikit makanan buat binatang berbulu itu. Membuat si kucing mengeong senang karena telah diberi makanan. Lihat saja kucing itu lahap sekali memakannya. Mark yakin masakan murid itu pasti enak melihat gimana si kucing makan.

"Waah kau rakus juga ya. Ini aku beri lagi masih banyak kok"

Mark iri dengan si kucing yang mendapat usapan lembut di kepalanya. Mark juga ingin tangan itu mengusap kepalanya nanti atau tidak ya Mark ingin menggenggam tangannya.

"Haechan"

Mark dapat melihat teman Haechan yang sering Mark lihat datang dengan ngos-ngosan habis berlari dari arah kantin sepertinya.

"Netralkan dulu nafasmu bodoh"

Jaemin menarik dan menghembuskan nafasnya dengan teratur. Capek juga berlari dari kantin sampai di halaman belakang sekolah"

"Kau tau, Jisung baru saja menembak Chenle"

Gerakan tangan Haechan yang ingin menyuapkan makan siangnya harus terhenti mendengar ucapan Jaemim barusan. Itu kabar yang menghebohkan bagi Haechan.

"Kau serius? Itu Jisung Park kan?"

"Menurutmu Jisung mana lagi yang sangat tergila-gila dengan Zhong Chenle"

Haechan ingin teriak sekarang ini. Selama ini Haechan gemas dengan kedua adik tingkatnya itu yang berada dalam dunia friendzone. Akhirnya keinginan Haechan buat keduanya cepat jadian terkabul juga.

"Chenle menerimanya kan? Chenle tidak menolak Jisung kan Na?"

"Tenang Chan. Kau tau Chenle itu juga menyukai Jisung kan. Tentu saja dia tidak menolaknya"

"YAAAAAA akhirnya couple kesayanganku official"

Haechan tidak bisa mengendalikan kegembiraannya. Mendengarnya saja sudah bahagia gimana kalau dia melihat langsung Jisung menembak Chenle.

"Aku juga bahgia. Jisung terlihat sangat gentle tadi. Chenle awalnya terkejut tapi akhirnya dia menerima Jisung dengan senyum manisnya. Aku iri Chan sama mereka. Kapan aku seperti itu? Aku itu maunya ditembak langsung bukannya lewat surat doang"

"Sudah aku bilang semua orang itu tidak sama"

"Tapi kau juga begitu kan. Jujur kau juga ingin melihat Mr. Lionmu itu kan. Kau ingin Mr. Lionmu itu juga menembakmu secara langsung"

"Aku memang ingin bertemu dengannya tapi untuk di tembak olehnya itu rasanya tidak. Aku itu tidak sama sepertimu tau"

"Cih alasan doang"

Mereka berdua terus saja berdebat. Haechan bahkan tidak sadar makan siangnya malah dihabiskan oleh si kucing karen asik berdebat dengan Jaemin. Dan jangan lupakan Mark yang sedari tadi memperhatikan mereka.


Selama beberapa hari ini Haechan tidak mendapatkan surat dari Mr. Lion. Membuat Haechan bingung dan sedikit sedih.

"Tidak ada juga"

Haechan tidak menemukan suratnya lagi. Padahal setiap dia membuka loker Haechan berharap akan ada surat dengan hiasan stiker singa dan beruang yang lucu. Si Mr. Lion sempat bilang melalui surat kalau Haechan itu kayak beruang jadilah suratnya itu berhiaskan stiker beruang dan singa untuk menandakan si pengirim.

Surat dari Mr. Lion itu tidak seperti surat lainnya yang selalu berisi kata-kata romantis yang terkadang malah membuat Haechan mual.

Suratnya sederhana saja yang isinya kebanyakan menanyakan tentang perasaan Haechan setiap harinya. Bisa juga si Mr. Lion kadang malah bercerita hal lucu dari surat itu. Pokoknya itu surat seperti layaknya kita lagi chattingan. Tapi yang ini hanya dari Mr. Lion saja.

"Kau mau ikut ke toko ice cream yang baru buka"

"Tidak Na, aku harus membantu eomma bikin kue. Dia bilang akan ada tetangga baru"

"Baiklah lain kali saja kalau begitu"

Haechan dengan langkah gontai melangkahkan kakinya ke halte bis. Menunggu beberapa menit sampai bisnya datang.

Saat ingin menaiki bisnya Haechan malah ingin terjatuh karena tidak hati-hati. Untung saja ada seseorang yang dengan sigap menahan tubuh Haechan yang ingin jatuh.

"Hati-hati ya. Jangan melamun lagi"

Haechan tidak tau kenapa merasa aneh melihat orang yang barusan saja menolongnya itu. Haechan bukan merasa takut tapi dia merasa terpesona dengan orang tersebut.

"Kau baik-baik saja kan?"

Haechan tersadar akibat lambaian tangan orang itu. Haechan segera menegakkan tubuhnya dan segera masuk ke dalam bis. Wajahnya merah karena malu. Haechan merutuki kebodohannya yang malah terpesona dengan orang yang menolongnya itu.

Selama beberapa menit berlalu akhirnya Haechan sampai ke rumahnya. Di rumah ibunya sudah sibuk di dapur membuat kue.

"Cepat ganti bajumu sayang"

"Eomma tambahin uang jajan Haechan ya nanti"

"Cepat ganti baju dan bantuin eomma dulu anak nakal"

Haechan tertawa senang memasuki kamarnya. Uang jajannya bertambah, dia bisa dong beli album baru idolanya nanti.

Selesai ganti baju Haechan menengok dulu dari balik jendela kamarnya untuk melihat keadaan rumah tetangga barunya. Banyak orang dan barang-barang. Itu berarti keluarga tersebut sudah datang.

"Eomma siapa sih tetangga baru kita itu sampai eomma capek-capek membuat kue segala"

"Mereka itu keluarga yang terkenal. Kepala keluarganya pemilik perusahaan tempat appamu bekerja dan istrinya itu seorang kritikus makanan yang terkenal di televisi. Siapa tau nanti toko kue kita jadi terkenal karenanya"

Ibunya itu terlalu banyak berkhayal. Ini pasti karena terlalu banyak nonton drama tiap malam.

"Mereka mempunyai anak yang juga terkenal sebagai seorang penulis. Eomma lupa dia penulis apa tapi pokoknya dia itu terkenal dan dia itu anak laki-laki yang tampan. Kau pasti suka dengannya. Terus nanti kalian bertemu akan saling jatuh cinta dan eomma akan mendapatkan menantu idaman"

"Eomma berhentilah berkhayal. Kapan jadinya itu kue kalau dari tadi eomma hanya terus mengoceh tentang tetangga baru kita"

"Astaga kau benar sayang. Cepat bantuin eomma sini"

Sebenarnya yang masih anak remaja ini siapa ya? Haechan atau eommanya sih.


"Terima kasih kuenya. Anda pasti repot membuatnya"

"Tidak apa-apa. Anggap saja sambutan dari tetangga baru"

"Terima kasih banyak loh ini kuenya. Dari baunya aja sudah pasti enak. Ayo silahkan masuk, maaf ya masih berantakan"

Lihatlah bagaimana wajah ibunya itu tersenyum. Menakutkan bagi Haechan melihatnya.

"Anda perlu bantuan. Saya dan anak saya siap membantu"

Haechan membulatkan matanya mendengar ibunya yang ingin menawarkan tenaga secara gratis. Haechan baru pulang sekolah terus membantu ibunya bikin kue dan sekarang harus membantu beres-beres. Berapa banyak energi yang Haechan keluarkan.

"Tidak perlu. Nanti suami dan anak saya yang membereskannya. Kalian duduk saja sementara saya membuatkan minum"

Si pemilik rumah pergi meninggalkan Haechan dan ibunya di ruang tengah. Haechan mengamati barang-barang yang masih berserakan itu. Banyak barang berharganya.

"Wah banyak piala"

Dari sekian banyak barang mata Haechan tertuju ke jajaran piala yang berada dalam satu tempat khusus. Dari piala yang kecil sampai yang besar terpampang dengan jelas.

"Eh ada tamu ternyata"

Haechan menoleh dan melihat seorang laki-laki yang terlihat seperti seumuran ayahnya atau mungkin lebih muda karena perawakan lelaki itu tegap dengan wajah tampannya. Laki-laki itu pasti si pemilik perusahaan yang ibunya bicarakan.

"Mana Mark sayang?"

"Dia masih di luar membereskan barangnya"

"Annyeonghaseyo tuan Lee"

"Jangan terlalu formal dengan saya. Panggil saja Minhyuk. Anda pasti istrinya Donghyun ya?"

"Ah iya dan ini anak saya"

Ibunya Haechan menyenggol anaknya itu dengan sikunya agar Haechan memperkenalkan dirinya.

"Saya Lee Haechan"

Haechan membungkukkan tubuhnya kepada yang lebih tua sebagai rasa menghormati.

"Seperti yang Donghyun katakan anaknya memang imut menggemaskan"

Haechan cuma bisa kasih senyum saja sebagai balasan. Haechan mengambil minum yang sudah disediakan dan meminumnya tanpa mengetahui jika minuman itu masih panas. Sehingga Haechan tersedak dan minumannya tumpah ke bajunya.

"Aduh hati-hati dong sayang"

"Saya permisi ke toilet"

Haechan ingin pergi ke toilet tapi sepertinya nasib sial terus menimpa Haechan karena anak itu tidak sengaja menabrak barang keluarga Lee. Haechan jadi hilang keseimbangan dan akan jatuh.

Haechan menutup matanya saat merasakan tubuhnya yang akan mendarat ke lantai. Tapi nyatanya Haechan tidak merasakan sakit apapun malah dia merasakan detak jantung seseorang.

Haechan membuka matanya dan yang dia lihat pertama kali adalah dada seseorang. Haechan langsung saja mendongakkan kepalanya untuk melihat orang yang baru saja tertimpa tubuhnya.

"Kau itu ternyata orang yang ceroboh ya"

Betapa terkejutnya Haechan melihat orang yang sama seperti waktu di bis tadi. Laki-laki tampan yang sebelumnya juga menolong Haechan.