Spectacles (Remake)
Original Story by RanggaSengak dengan beberapa perubahan sana-sini.
Naruto ©Masashi Kishimoto | Fiction | Rate T | Sasuke x Hinata | SasuHina | OneShoot | Fiksi bersambung
Warning : Remake, OOC, Miss Typo, dalam proses pembelajaran.
.
.
Happy Reading~
.
.
#1 Bus
Hinata selalu mengingatnya, mengingat pertama kali bagaimana manik amnesty-nya menangkap sosok yang membuatnya lupa caranya bernafas.
Pemuda itu berperawakan tinggi, berambut biru dongker, dan juga sangat tampan tengah terengah karena mengejar bus yang sudah akan berjalan. Keringatnya turun dan menghilang dibalik seragamnya. Lalu, pemuda berambut biru dongker tersebut duduk di bangku yang berada tepat di depannya.
Hinata menahan nafas, saat aroma keringat pemuda itu masuk begitu saja dalam indra penciumannya tanpa ampun. Seperti kayu manis? Entahlah.
Terlalu berbahaya.
Tidak mau berpikiran mesum dengan hanya mencium bau keringat pemuda berambut biru dongker didepannya yang bahkan belum dikenalnya, Hinata bergegas pindah jauh kebelakang.
Bus berhenti di halte selanjutnya, diikuti dengan turun dan naiknya beberapa penumpang.
"Sasuke, apa yang kau lakukan disini? Tidak biasanya kau naik bus." salah satu penumpang yang baru saja naik tampak mengenali pemuda berambut biru dongker yang tengah ia amati. Hinata diam-diam menyimak pembicaraan keduanya.
"Mobilku mogok, Senpai."
"Bahkan tadi aku sempat berlari untuk mengejar bus ini." Lanjutnya. Hinata tidak bisa melihat ekspresi pemuda itu, tapi yang pasti pemuda berambut biru dongker itu tengah tertawa kecil. Menertawai dirinya sendiri. Dan entah kenapa, Hinata juga ikut tersenyum kecil kala itu.
"Konyol." penumpang yang tadi menyapa Sasuke kemudian duduk dibelakangnya, ditempat dimana Hinata duduk sebelumnya.
Tak lama kemudian, pemuda yang Hinata amati itu berbalik menghadap temannya dan keduanya kembali tertawa ringan membicarakan sesuatu. Dan saat itu, untuk kedua kalinya Hinata terpesona dengan pemuda berambut biru dongker itu.
Senyumnya sangat indah meski terlontar begitu tipis.
Dan satu hal lagi yang Hinata ingat hari itu, selain senyuman dan bau keringat. Nama pemuda berambut biru dongker itu adalah Sasuke.
Hanya itu.
#2 Pagar
Kedua kalinya Hinata bertemu dengan Sasuke, nama pemuda berambut biru dongker yang ia amati tempo hari bukanlah pertemuan yang menyenangkan menurutnya.
Masalahnya Hinata tak pernah terlambat sekolah sebelumnya dan hanya diam, duduk di depan pagar belakang sekolah karena penjaga sekolah telah menutup gerbang dan tak mau membukakannya. Sebenarnya Hinata ingin sekali memanjat pagar, tapi Hinata takut ketahuan.
Dan sialnya, entah kenapa pagi itu cuacanya begitu panas, seakan mengejeknya dari atas sana.
Menyebalkan
Dan saat itulah sinar matahari yang membakar kulitnya tertutupi oleh bayangan seseorang.
Hinata mendongak dan mendapati Sasuke berdiri disana, menghalau matahari untuk sesaat. Karena pemuda berambut biru dongker itu kini sudah menaiki pagar belakang sekolah dan menghilang dengan seringai yang tak lepas dari wajahnya.
Sepertinya tak akan ada masalah jika Hinata memanjat juga melihat Sasuke yang sama sekali tak ketahuan penjaga. Toh, dia dari keluarga Hyuga jadi pagar seperti tak akan jadi masalah besar untuknya.
#3 Koridor
Mungkin hari selasa memang hari tersial bagi Hinata. Ia terlambat dan parahnya di mata pelajaran Anko Sensei yang terkenal sebagai guru terkiler di sekolahnya. Terlebih Hinata benci menjadi bahan pusat perhatian seperti saat ini.
"Baiklah, Hyuga Hinata," kali ini, suara Anko Sensei menarik perhatian Hinata sepenuhnya,
mata sipit dan tajam itu tampak berkilat kesal—sangat kesal. "Ini pertama kalinya aku melihatmu terlambat saat palajaran berlangsung, apalagi di kelasku. Apa karena pelajaranku ini sangat membosakan sehingga kau merasa sudah pintar?"
Hinata menelan ludah. "Tidak, Sensei. Aku hanya—"
"Kau merasa sudah sangat pintar dibandingkan guru tuamu ini? Begitu maksudmu?"
"Tidak, sungguh—"
"Keluar. Berdiri di koridor sampai pelajaranku selesai,"
"Tapi Sensei—"
"Sekarang."
Ya Tuhan, rasanya Hinata ingin menangis saja.
Dan disinilah ia berakhir sekarang, berdiri di koridor depan kelasnya dengan kedua tangan terangkat keatas saat pelajaran tengah berlangsung. Jika tahu akan begini jadinya, bukankah lebih baik ia tak usah masuk dari awal? Hah~ menggerutu pun tak akan merubah apapun kan?
"Hei," seseorang menepuk bahunya.
"Woahh..." Hinata reflek mundur, merapat pada tembok dibelakangnya sembari memandang orang yang menepuk bahunya, ia tidak menyadari jika ada orang yang berjalan di koridor ini sebelumnya.
"Haha...wajahmu lucu,"
"Benarkan, Sasuke?" orang itu terkekeh sembari meminta persetujuan pada orang dibelakangnya.
Sedetik kemudian, mata Hinata membola, tubuhnya yang merapat pada tembok mendadak kaku, dia bahkan tidak bisa menutup mulutnya yang sedikit menganga, ketika menyadari Sasuke lah yang berdiri dibelakang pemuda yang baru saja menepuk bahunya.
Sasuke memandangnya sekilas kemudian menarik pemuda berambut kuning jabrik yang tadi menepuk bahu Hinata untuk segera pergi dari sana. Meninggalkan Hinata yang masih setia dengan posisinya.
Tadi itu Sasuke. Memandangnya kearahnya.
Benarkan? Iya kan?
TBC
Oke, selalu ditunggu kritik dan sarannya. See you next chapter~ winkk~
