Namaku Haibara Ai, aku adalah jelmaan dari Miyano Shiho, seorang ilmuwan yang pernah bekerja sama dengan sebuah organisasi kejahatan besar di dunia. Aku memiliki sebuah perasaan pada seseorang yang kukenal sejak tubuhku mengecil. Ya, seseorang yang bernasib sama denganku dan kalian pasti tahu siapa yang kumaksud. Tapi aku hanya bisa menyimpan perasaanku itu dalam-dalam, karena orang itu sudah memiliki seorang wanita yang sangat berarti baginya, aku tidak ingin merusak hubungan mereka setelah membuat tubuh orang itu mengecil dengan obat buatanku. Aku tidak ingin menambah dosaku.
"Aku harus tetap tersenyum seperti anak kecil, walaupun aku harus menghilang dari hatinya." ucap Conan.
'Sakit ya... aku juga..' batinku.
Dan pada faktanya, seorang Kudo Shinichi yang kini menjelma jadi Edogawa Conan tidak pernah hilang dari hati gadis yang dicintainya, Mouri Ran.
Aku mulai memiliki perasaan padanya sejak kejadian di bus itu, ia menyelamatkanku tepat beberapa detik sebelum bom yang dipasang oleh para pembajak itu meledak. Padahal aku berencana untuk bunuh diri. Aku tak memiliki tujuan hidup apa pun lagi. Seluruh keluargaku telah meninggalkanku, dan kini aku hanyalah seseorang yang selalu dikejar oleh organisasi untuk dibunuh, membuatku menutup mata dari kehidupanku, semua impianku yang ingin sekali kuwujudkan telah lenyap.
"Jangan lari Haibara.. Jangan lari dari takdirmu..."
Ingin rasanya aku berteriak padanya. Aku juga tidak ingin lari dari takdirku sendiri. Tapi mau bagaimana lagi? Semua.. Semuanya telah hilang dari kehidupanku, dan bahkan aku diam-diam menyukainya.
Aku tidak tahu kenapa Tuhan menakdirkanku untuk selalu hidup dalam kesengsaraan.
Aku benci pada diriku sendiri. Bagaimana bisa aku menyukai seorang laki-laki yang sudah memiliki orang lain? Lebih baik aku jatuh cinta pada orang lain saja, menyukainya malah membuat hidupku semakin sengsara, aku tidak tahu harus berbuat apa. Menyatakan perasaanku padanya pun tidak akan mengubah apa pun, ia tidak punya atau bahkan pernah menyukaiku.
Tidakkah ia menyadari, selama ini aku secara tidak sengaja beberapa kali mengatakan sesuatu yang menggambarkan perasaanku padanya?
Aku suka sekali melihat senyumannya ketika ia berhasil memecahkan sebuah kasus, terutama kasus pembunuhan.
"Sejak kapan aku menjadi asistenmu?" tanyaku padanya ketika ia mengulurkan ponselnya padaku, memintaku untuk memotret TKP sebelum polisi datang.
"Bukan asisten, tapi partner." balasnya dengan senyum.
"Jadi kau pintar berkata-kata juga yah." ucapku lagi sembari menerima ponsel miliknya dari tangannya.
"Begitulah.. Tolong ya, Haibara..." ia melambaikan tangannya padaku dan berlari meninggalkanku.
'Partner ya?' aku senang sekali walaupun ia mengatakan aku ini hanya sebagai 'partner' baginya.
Benar kata orang, cinta itu membutakan.
。୨୧୨୧。
"Jangan mendekat!!" seruku sembari menodongkan pistol yang kupegang erat.
"Ai-chan, kumohon berhentilah!!!"
"Berhenti berbuat bodoh, Haibara-san!!"
"Kalau kalian mendekat..." kuletakkan mulut pistol di pelipis kananku.
"Haibara!!" seru seseorang yang baru saja datang.
'Kudo-kun?!' gumamku terkejut.
"Sudah terlambat, aku tidak punya tujuan untuk hidup lagi." aku menarik perlahan pelatuk pistol dan memejamkan mataku bersiap untuk kematian yang akan menjemputku.
Cleppp.. Sebuah jarum menusuk salah satu anggota tubuhku, membuat tubuhku lunglai kemudian terjatuh. Seketika pandanganku menjadi gelap gulita.
。୨୧୨୧。
Perlahan kubuka mataku yang terasa sangat berat.
"Akhirnya kau sadar juga." ucap seseorang yang sedang duduk di samping ranjangku.
"Kudo... kun..." ucapku lemah.
"Sejak...kapan?"
"Aku yang membiusmu dengan peluru jam bius."
"Kenapa.. Kenapa kau menghentikanku?" tanyaku. Tanpa sadar air mataku mengalir keluar.
"Aku tidak bisa membiarkanmu mati, Haibara." jawabnya memandangku dengan tajam.
"Aku tidak punya tujuan apa pun untuk hidup." kataku masih dengan nada yang terdengar lemah.
"Tapi aku punya. Tanpamu, aku tidak akan bisa kembali ke tubuhku semula."
Aku terkejut mendengar perkataannya, ternyata memang benar, selama ini aku dilindungi olehnya hanya karena aku adalah alat yang menjadi perantara baginya untuk kembali ke tubuh semula.
Dia sama sekali tidak mengerti perasaanku yang begitu hancur gara-gara dirinya.
Suatu hari saat berada di lab seperti biasanya, aku merasakan kepalaku sangat sakit hingga aku tidak mampu menahan rasa sakitnya. Tanpa kusadari, aku tersandung kakiku sendiri lalu terjatuh. Saat itulah aku kehilangan kesadaranku.
。୨୧୨୧。
Dokter memvonisku menderita kanker otak stadium akhir, itu artinya harapanku untuk hidup tidak lama lagi. Hakase menangis saat mendengarnya, sedangkan aku? Tentu saja aku merasa sedikit senang, dengan ini aku bisa bertemu kembali dengan keluargaku dan tentu saja tidak akan merasa ketakutan lagi karena dikejar oleh organisasi. Hatiku tidak akan merasakan sakit lagi karena seseorang yang kusukai diam-diam itu. Dengan ini, kehidupanku yang dipenuhi dengan kesengsaraan akan segera berakhir. Tapi aku juga sedih karena aku tidak ingin meninggalkan seluruh temanku dan juga Hakase.
Sudah seminggu aku dirawat di rumah sakit, aku menolak untuk diterapi dan hanya diberikan obat-obatan yang harus kuminum setiap hari. Awalnya Hakase sangat marah padaku, tapi aku tetap pada keputusanku, hingga Hakase menyerah. Aku tahu Hakase tidak ingin kehilanganku.
Hari ini, banyak sekali orang yang datang untuk menjengukku, termasuk dua anak Osaka itu.
Namun, satu jam kemudian, aku merasa kesadaranku semakin menipis, monitor juga menampilkan detak jantungku yang semakin lemah. Aku masih bisa melihat semua orang mulai menangisiku, termasuk para dokter yang berusaha menyelamatkanku.
"Haibara, jangan pergi..." Conan menggenggam tanganku tiba-tiba membuatku terkejut.
"Kalau kau pergi, aku tidak akan bisa kembali ke tubuh semula." ucapnya. Aku melihat air matanya yang jatuh perlahan dari kedua pelupuk matanya yang tersembunyi di balik kacamatanya, ini pertama kali aku melihatnya menangis.
"Kenapa kau menolak untuk diterapi?!!"
Aku mengumpulkan semua tenagaku untuk menjawabnya.
"Karena... Aku tidak ingin menyusahkan Hakase." balasku.
"Kalau kau khawatir dengan biayanya, aku bisa meminta orangtuaku untuk membantu."
Aku menggeleng. "Tidak, Kudo-kun.. Keputusanku sudah bulat, aku ingin menyusul keluargaku. Jagalah wanita yang kau cintai itu."
"Kenapa?! Kenapa kau membiarkanku dalam tubuh yang kecil ini?!!"
"Maafkan aku.. Sebenarnya aku ingin sekali bersama denganmu lebih lama lagi.."
Conan terdiam saat mendengar ucapanku, hanya terdengar isakan tangis dari mulut kecilnya.
"Aku merasa sangat bersalah padamu, aku yang membuat tubuhmu menyusut, tapi aku tidak bisa mengembalikannya lagi. Kumohon maafkan aku..."
"Haibara..." kulihat air matanya yang turun semakin deras, melihatnya seperti itu membuatku sangat sedih.
"Kudo-kun... Selama ini.. Aku.. Aku mencintaimu.." akhirnya sebuah kalimat yang selama ini ingin sekali kuucapkan keluar dari mulutku. Conan terdiam sesaat.
"Sebenarnya aku ingin sekali bersama denganmu dan juga teman-teman lebih lama lagi, tapi sepertinya itu tidak mungkin..."
"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku dari dulu?!"
"Maafkan aku, aku tidak ingin merusak hubunganmu dengan Mouri-san."
"Haibara baka! Baka!" ucapnya menghinaku.
Aku hanya tersenyum tipis.
"Hanya karena itu saja kau membiarkan hatimu terus merasa sakit karena menyimpan perasaan padaku?!"
"Maafkan aku... Kudo-kun..." ucapku dengan mengeluarkan air mata, kurasakan nyawaku yang seperti sedang dibawa pergi, membuat tanganku terlepas dari genggaman orang yang kucintai.
Monitor penunjuk detak jantungku pun menampilkan garis lurus.
"TIDAAAAAKKK!!!" teriak Conan, air matanya kini keluar lebih deras lagi.
Ya, aku telah meninggalkan dunia ini, meninggalkan semua orang yang sedang menangisiku, untuk menyusul keluargaku yang sudah terlebih dahulu meninggalkanku.
Maafkan aku Kudo-kun.. Gara-gara aku, kau tidak akan pernah bisa kembali ke tubuhmu semula, dan sekarang kau harus melawan organisasi yang kau sebut dengan organisasi hitam itu sendirian. Mungkin saja, setelah kau berhasil memusnahkan musuh-musuhmu, kau akan mendapatkan resep penawar APTX4869 dan memberikannya kepada Hakase untuk membuatnya.
Sayonara, Kudo-kun...
Sayonara, minna...
