This story contains: BoyxBoy/Yaoi/Sho-ai/BL/mature content; if you don't like, u can click back or close
Title: Gas station scandal
Characters: Baekhyun, Chanyeol, Jongdae, etc.
Summary: Baekhyun benci saat tubuhnya bereaksi diluar kuasanya. Benci saat otaknya terus memutar fantasi liar yang membuat benda ditengah selangkangannya semakin tegak. Benci karena objek fantasinya selalu orang yang sama. Benci saat ia harus mengakui, orang itu adalah— petugas pom bensin.
© Kacangpolongman
.
.
Fase tumbuh kembang anak terjadi pada saat mereka tidur di malam hari—tentunya dibawah batas umur yang ditetapkan sebagai saat berhentinya pertumbuhan, untuk Baekhyun itu mungkin 21 tahun. Lelaki berambut hitam itu masih setia terjaga walaupun jam menampilkan 11:00 PM di layar, padahal katanya ia akan mulai tidur lebih sore yang mana membuatnya akan tumbuh lebih tinggi.
"Aku masih delapan belas. Dua puluh satu akan datang tiga tahun lagi, tidak sedikit waktu yang bisa kugunakan untuk tidur lebih cepat nanti."
Byun Baekhyun, 18 tahun dan 'sedikit' memiliki masalah dengan tinggi badannya. Teman sekelasnya yang katanya turut prihatin dengan cobaan Baekhyun, Jongdae, memberinya saran untuk mulai mengonsumsi susu sapi dan berolahraga. Baekhyun menurutinya, berterima kasih pada Jongdae untuk itu, ia merasa mulai meninggi, tapi satu hal yang masih belum bisa dipenuhinya adalah tidur di malam hari yang mana obat paling manjur dalam pertumbuhan, seperti yang dibacanya dari buku sains di perpustakaan sekolah. Kebetulan terbaca lebih tepatnya, karena sebenarnya si bungsu Byun adalah pemalas.
Sudah ratusan kali ia mencoba tidur tapi yang ada ia berakhir dengan membayangkan sosok-sosok mengerikan setiap ia menutup mata seperti hantu dalam The grudge, The conjuring, The ring, dan 'the' lainnya yang membuatnya tak tahan untuk tinggal, jadi untuk yang keseratus satu ia tidak mau terjebak dengan keparnoannya. Ia menyingkap selimutnya dan mengambil hoodie supremenya yang tergantung dibelakang pintu kamar, menutup pintu dengan perlahan takut-takut membuat kakaknya yang tidur di kamar sebelah terbangun karena ulahnya.
Entah sejak kapan tangga terlihat begitu mengerikan di matanya. Mengingat berapa banyak hantu di film horror yang selalu saja muncul di anak tangga membuat Baekhyun ngeri sendiri untuk berdiam lebih lama, jadi dengan kalut ia meloncat ke sisi tangga yang mana digunakan untuk pegangan dan mulai meluncur sampai akhirnya ia berpijak di lantai bawah. Ia mengelus dada lega akan keselamatannya lalu mengendap ke meja yang ada di samping televisi, mencari kunci mobil.
Dengan terburu, kaki-kaki pendeknya melangkah ke garasi setelah sebelumnya ia menutup pintu utama dan memperhatikan keadaan rumah yang sepi. Setelah mendapatkan tempatnya dibelakang kemudi mobil Bugatti Veyron V-7 miliknya—Baekhyun mendapatkannya saat ulang tahunnya yang ke 17—ia memutar kunci dan meninggalkan rumah. Mencari tempat ramai.
Baekhyun berpikir klub malam tidak buruk, toh ia sudah punya tanda pengenal untuk masuk kesana. Tapi sesudah dipikir ulang, ia tidak mau kehilangan keperjakaannya saat ia bangun esok hari di kamar hotel atau apartemen seseorang yang tak dikenalnya. Jadi sekarang ia kembali dipusingkan akan kemana ia pergi.
Dimana tempat yang ramai di atas jam 9 selain tempat berrating dewasa? Tidak tahu.
Adakah kafe yang menyajikan susu stroberi hangat di malam hari? Tidak tahu.
Apa berkunjung ke rumah Jongdae malam-malam adalah ide yang bagus? Tentu tidak.
Pantai—tidak, kau bukan pasangan sok romantis yang memiliki kencan di pantai. Tunggu, bahkan kau tidak punya pasangan!
"Heol, aku gila bertanya pada diriku sendiri!" Baekhyun menjatuh-bebaskan kepalanya, berakhir di atas klakson dan menyebabkan pengendara mobil di depan mengacungkan jari tengahnya dari jendela.
Cih, apa-apaan itu? Tangannya sudah keriput masih saja banyak gaya.
Bukannya harusnya kau merasa bersalah atau setidaknya malu, Baek? You are such a lil' punk.
Lampu berubah hijau, dia menginjak pedal gas, menyalip si mobil tua dan mendapatkan suara 'tiin' super keras dan panjang sebagai balasan. Baekhyun tertawa, "Orang tua sedang apa malam-malam? Mengurus pemakaman?" Teriaknya ke luar jendela dan diakhiri tawa overpitch yang membuat telinga siapa pun yang mendengar akan berdengung. Orang tadi meneriakinya dan Baekhyun menolak untuk peduli.
Dia kembali fokus pada stirnya, kadang iseng menyuiti wanita-wanita seksi dengan pakaian minim yang tengah berjalan di trotoar dan yang ia dapatkan dari mereka hanya lirikan genit. Baekhyun suka itu, ia suka cara para jalang memandangnya dengan menggoda. Membuatnya merasa hebat dan keren, entah kenapa. Tapi Baekhyun tetaplah Baekhyun si 'anak baik', dia hanya akan menggoda dibalik panggung, karena kalau mendekat ia yang akan mendapat masalah. Dia cukup kapok tertangkap basah menonton video porno oleh Ibunya—dan saat itu kawasaki ninjanya ditarik begitu saja—yang sangat perfeksionis dan ingin sekali anaknya menjadi anak baik sampai akhirnya menikah dan pergi dari rumahnya.
What a pretty long story about Bacon's innocent life.
Beep beep
Pesan dari Jongdae, Baekhyun mengernyit lalu memelankan laju mobil mahalnya dan akhirnya menepi di jalan yang dilewati cukup banyak pekerja seks dan pria-pria bersetelan formal dalam keadaan dari setengah mabuk sampai yang mabuk berat. Ternyata dia parkir di dekat klub. Ia mendesah, ia tak suka terlalu dekat dengan mereka.
"Oke, mari kita lihat apa yang Jongdae punya sampai mengirimi ku pesan di jam tidurnya."
'Datang ke rumahku, ibu sedang menginap dan aku punya film bagus.'
Baekhyun menyeringai, how lucky! Dengan cepat ia mengetik balasan 'aku ke sana,' dan mulai melajukan mobilnya ke rumah Jongdae yang terletak tak jauh dari tempatnya berada. Ia menyalakan radio dan suara empuk Brian Mc Knight memenuhi pendengarannya, ia ikut menggumamkan nadanya tanpa tahu apa lirik yang ia lantunkan.
Ia menggeser layar, menelpon Jongdae dalam nada panggil keempat, dia mengangkatnya. "Aku di luar."
"Senang mendengarnya," Jongdae menjawab enteng, Baekhyun mendengus.
"Dimana aku harus menyimpan mobilku?"
"Kau bawa mobilmu?"
Baekhyun memutar bola matanya malas, "Lantas apa? Jalan kaki ke rumahmu?" lalu dia mendengar Jongdae tertawa bodoh.
"Ya ya, kau bisa lihat taman ibu kosong,"
"Kau yakin ibumu akan baik-baik saja saat tahu tanamannya terlindas ban mobil?" Baekhyun menatap ngeri.
"Aku rasa. Tidak peduli, cepat dan masuk! Aku di kamarku."
Baekhyun menggaruk tengkuknya sebentar setelah meletakkan ponselnya di dasbor. Jongdae temanku, aku harap ibumu mengerti kalau aku butuh tempat parkir. Dan dengan begitu, habislah riwayat tanaman peliharaan Nyonya Kim di bawah kasarnya permukaan ban mobil si manis.
"Jongdae? Yuhuuu.." Baekhyun membuka pintu dan menemukan Jongdae sedang memasukkan kaset kedalam DVD player, ia menyeringai. "Hey dude, senang bertemu denganmu di jam tidur seseorang." Ia mengejek dan lelaki yang lain hanya memutar bola matanya.
"Uh oh, aku tersindir disini." Baekhyun terkekeh lalu membanting tubuhnya di kasur Jongdae, membuat sahabatnya mendengus.
"Kau tidak berencana membuat kasur ku ambruk 'kan?" Jongdae bertanya malas dan yang lebih tua hanya tertawa kekanakan, "Aku akan mulai filmnya."
Baekhyun membenarkan duduknya di single bed sahabatnya, meraih guling dan memeluknya erat, "Jadi.. film apa itu?" Dia bertanya pada yang lain dengan penasaran.
Jongdae menyeringai, "Kau akan menyukainya, Baek."
Baekhyun hanya mengangguk dan memberikan fokusnya pada tv, Jongdae menyeringai lalu menekan tombol play di remot yang ia genggam. Video dimulai, di scene pertama Baekhyun mengernyit meyadari posisi aneh dari aktor-aktor di dalam film, ia seperti mengenal posisi itu. Ketika lelaki yang lebih tinggi mendorong si rambut hitam ke kasur dan menciumnya, mata Baekhyun melebar.
"Yah Jo-Jongdae! What the heck is this?" Dia berteriak, menutupi wajahnya yang memerah dengan guling yang ia peluk.
"Apa yang salah? Ini film."
Baekhyun menatap Jongdae dengan mata basah, "Film apa? Yadong—oh maksudku, YAOI?"
"Well, aku kira kau gay. Jadi.. aku langsung memainkannya." Jongdae mengangkat satu alisnya, Baekhyun menggeleng kuat.
"B-bukan! Bukan itu maksudku, y-yeah aku biseks, aku pikir. But fuck Jongdae! It's a blue film! Porn!" Baekhyun menjerit layaknya gadis setelahnya.
Jongdae menatap sahabatnya bingung. "Hum, it is."
Baekhyun bergumam tak percaya, "Bagaimana bisa kau begitu tenang?"
"Kenapa? It's just a blue film, bro. Real guy watch this."
"No no no no, ibu bilang menonton film itu tidak baik untuk kesehatan kita!" Lelaki di dalam film mendesah dan mengerang dengan liar dan saat itu juga Baekhyun merona. "P-please matikan DVD playernya, Jongdae."
"Tidak mau." Jongdae lalu duduk disebelah Baekhyun di ranjang. "What your mom said was bullshit, Baek."
Baekhyun melotot, "HUH—"
"Tonton saja, kau akan dapat pelajaran penting dari sini."
"Tapi-"
"Tidak dengar?" Dengan dingin Jongdae bertanya.
Baekhyun menatap Jongdae dengan puppy eyesnya, tapi Jongdae tidak sepenuhnya peduli. Jadi Baekhyun dengan berat hati menurunkan guling yang menutupi wajahnya dan menonton tv dengan ragu.
"Jongdae.." Dia mencicit.
"Ssh! Berhenti bicara dan dapatkan kenikmatanmu, Baek." Jongdae menyeringai.
Ibu, maafkan aku yang akan ternodai ini!
"Aah, there! Ohh- fuck you, Kris! Cummh.."
"Zitao-ahh.."
RIP
Byun Baekhyun's innocence.
.
To be continue
.
