"Be… Benarkah?" seorang anak perempuan berambut pirang terisak di depan anak laki – laki berambut hitam (lebih tua darinya).

"Iya, aku janji…!" kata anak laki – laki itu.


"Eh?!" gadis berambut pirang itu terbangun dari mimpinya. "Kuroro…." gumamnya.

Gadis itu, Kurapika, melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Ia membuka baju (di kamar mandi) sehingga kulitnya yang putih seputih susu terlihat (oleh saya).

"Kapan kau datang…? Aku menunggumu…." gumamnya saat mandi.


"Ini, Kurapika… Surat untukmu…." kata seorang bibi seraya menyodorkan surat untuk Kurapika.

"Eh? Dari siapa?" tanya Kurapika.

"Dari pangeran. Semua gadis diudang ke pestanya tiga hari lagi pada malam hari" jawab si bibi.

"Eh? Begitu, ya… Terima kasih, Bibi Helen" ucap Kurapika bergegas ke taman.


Kurapika membuka kotak biolanya. Diambilnya biola yang ada di dalam kotak biola itu (hadduuuuuuuhh…. Authornya bertele – tele….). Kurapika memainkan biola itu. Alunannya adalah lagunya Kaito dari Vocaloid yang berjudul 'Cantarella'. Alunan melodi Kurapika, mengundang banyak orang yang datang. Akan tetapi, Kurapika sama sekali tidak mengubris hal itu.

Selesai Kurapika bermain biolanya, semua orang bertepuk tangan dengan meriah. Saat itu juga, Kurapika langsung pergi.


"Hmmm…." Kurapika menatap kedua gaunnya yang paling cantik secara bergantian.

"Kurasa… Aku perlu membuat gaun baru…." kata Kurapika tersenyum sendiri.

Kurapika pun berjalan ke lemarinya yang satu lagi. Ia membukanya. Penuh dengan benang, kain, renda dan lain – lain (pokoknya yang berhubungan dengan menjahit). Kurapika mengambil kain berwarna hijau dan pita berwarna kuning.

"Hm… Aku harus menggambarnya dulu…." Kurapika berkata sendiri dan mengambil kertas dan pensil.

"Aku harus menggambar yang banyak. Besok, aku akan suruh bibi Helen untuk memilihnya" ia bergumam terus.


Esok harinya….

"Bibi Helen!" panggil Kurapika. Ia berlari kecil ke rumah bibi Helen.

"Ya, anakku?" tanya Bibi Helen.

"Ng… Dari semuanya, yang mana yang bagus?" Kurapika bertanya balik.

Bibi Helen menatap satu per satu desain buatan Kurapika. Ia berhenti mengamati gambar – gambar itu di gambar terakhir.

"Ini yang bagus! Kau cocok memakainya!" seru Bibi Helen senang. Sepertinya ia mendukung Kurapika.

"Eh?! Hontou ni?!" tanya Kurapika tak percaya.

"Iya, benar. Kau cocok memakainya" kata Bibi Helen.

"Kalau begitu terima kasih… Aku akan membuatnya sekarang" Kurapika membalikkan tubuhnya.

"Aku akan membantumu" Bibi Helen menghampiri Kurapika.


"Nah, ini dia…! Warnanya cocok 'kan?" tanya Kurapika.

"Ya, cocok…! Kalau begitu, kita buat sekarang" ujar Bibi Helen bersemangat.

Dengan hati – hati, Bibi Helen mencoba memasukkan benang ke lubang jarum yang kecil. Sudah tiga puluh menit ia berusaha, tetapi tetap saja… Selalu berakhir dengan kegagalan.

"Sini, Bi…!" Kurapika meraih jarum itu dan juga benangnya.

Dengan hati – hati… Kurapika memasukkan benang itu ke dalam lubang jarum yang kecil (kok kata – katanya diulang, ya…?). Hanya dengan membutuhkan waktu satu menit, benang itu masuk ke dalam lubang jarum itu.

"Ini. Aku akan membuat model bajunya. Bibi buat renda dan pitanya, ya…!" Kurapika meraih kain hijau muda dan mulai bekerja.


Sudah sore. Pada sore itu juga, bajunya selesai.

"Terima kasih ya, Bibi!" kata Kurapika sambil berputar – putar memeluk gaunnya.

"Tidak masalah… Aku pulang dulu. Nanti suamiku marah lagi" kata Bibi Helen.

Kurapika tertawa kecil lalu melambaikan tangan ke Bibi Helen.


Kurapika menguap. Mungkin ia terlalu bersemangat tadi siang. Kurapika langsung ke kamarnya.

"Hhhh…." Kurapika membanting tubuhnya ke kasurnya yang empuk. "Mimpi yang indah, Kurapika…." Kurapika berkata – kata sendiri dan terlelap.

Tapi… Ia lupa untuk mengunci jendela kamarnya.


Sementara… Di istana, seorang Pangeran sepertinya sangat lelah untuk pekerjaannya yang satu ini. Pangeran itu, Kuroro, duduk di sisi ranjangnya.

"Aku datang, Kurapika…." gumanmnya.

Ia membuka lemari pakaiannya. Ia meraih jubah hitam, topi hitam dan topeng putih. Ia memakai semuanya? Ya, tentu saja.

Sekarang, hanya pipi dan mulut Kuroro saja yang kelihatan, jika Kuroro memakai topeng ini. Selain itu, ia terlihat gagah memakai penampilan seperti ini.


Kuroro melompati jendela kamar Kurapika. Dilihatnya gadis itu sedang tertidur lelap. Kuroro mengibaskan poni Kurapika dengan perlahan, Kurapika pun terbangun karena hal itu. Ia tersentak kaget dan panik.

"Kyaaaaaaaaa!" teriaknya panik.

"Sssshhht!" Kuroro meletakkan jari telunjuknya di mulutnya.

"K… Kau siapa?" Kurapika masih gemetar. Tapi… Ia mencoba untuk tenang.

Kuroro diam saja. Ia tidak memberitahu Kurapika. Kalau diberitahu, bukan kejutan namanya. Kuroro menepuk tangannya tiga kali. Seketika, kelopak – kelopak bunga berwana putih berterbangan di kamar Kurapika. Kelopak bunga itu memancarkan cahaya sebesar ukuran kelopak bunga – bunga itu tentu saja.

"Waaah… Indah…." gumam Kurapika.

Kuroro tersenyum puas mendengarnya. Ia meletakkan tangan kirinya ke atas tangan kanannya. Di kepalnya tangan kanannya. Dengan sekejap mata, muncul bunga mawar biru. Kuroro menyodorkan bunga biru muda itu ke Kurapika.

"Terima kasih…." Kurapika menerima bunga biru itu. Ia menghirup aroma dari bunga itu.

Bunga – bunga yang beterbangan di mana – mana tadi, menghilang semua.

"Sudah lebih baik….?" tanya Kuroro.

"Y… Ya… Terima kasih…." jawab Kurapika.

Kuroro mengambil saputangannya. Ia kepal tangan kirinya dan saputangannya di pegang di tangan kanannya, dan diletakkan di atas tangan kirinya. Ia menarik kembali saputangannya dan muncul seikat bunga biru muda. Kurapika terpukau melihatnya.

"Ini, Kurapika…." Kuroro menyodorkan seikat bunga biru itu.

"Kenapa kau tahu namaku?" tanya Kurapika.

"Kau sering bermain biola di taman, 'kan?" Kuroro tanya balik.

"Eh?! Kenapa kau bisa tahu?"

"Banyak yang sering membicarakanmu. Karena itu, aku tahu…."

"Tapi… Siapa kau…? Kenapa kau tahu semuanya?"

"Nanti kau juga tahu" Kuroro melompat ke jendela. Lalu, ia berlari.

"Hei! Tunggu!" teriak Kurapika.

Ia celingukan mencari lelaki tadi (Kuroro maksudnya). Tapi, ia sudah tidak ada.

"He? Tidak ada?" Kurapika mengernyit heran.


Keesokan harinya….

"Kau yang bernama Kurapika?" tanya seorang pria berbaju bangsawan. Sepertinya, ia adalah seorang perdana menteri.

"Ya, benar" Kurapika membungkuk hormat.

"Raja memintamu untuk ke istana sekarang" kata perdana menteri itu seraya mengulurkan tangannya.

"Emm… Baiklah…."

Kurapika menaiki kereta kuda milik istana. Sedangkan, sang perdana menteri menunggangi kudanya.


"Sesuai keinginanmu, Yang Mulia" perdana menteri mempersembahkan.

Kurapika melangkahkan kakinya ke hadapan sang Raja.

"Perkenal, saya Kurapika" Kurapika membungkuk hormat. "Ada gerangan apa Yang Mulia memanggil saya kemari?".

"Mainkanlah sebuah melodi untukku dan juga untuk para tamuku" perintah Sang Raja.

Perdana menteri menyodorkan biola ke Kurapika. Kurapika meraihnya dan memainkan biola itu. Alunan musik yang indah membuat banyak orang yang berkerumun di sekitar Kurapika. Di tengah alunan Kurapika, Kurapika melihat Kuroro (berpenampilan seperti tadi malam) lewat. Kurapika menghentikan alunannya.

"Kenapa berhenti?"

"Ayo, lanjutkan!"

Orang – orang di sekeliling Kurapika bersorak.

"Baiklah, akan aku lanjutkan" Kurapika akhirnya berkata dan memainkan biola itu lagi.


"Hhhh… Siapa, ya… Orang itu?" gumam Kurapika di kamarnya.

"Ini" seseorang menyodorkan bunga biru dari belakang.

Kurapika membalikkan tubuhnya. Yang ia lihat sekarang adalah 'Lelaki Bertopeng' itu, Kuroro.

"U… Uuumm…." wajah Kurapika memerah.

Kuroro tersenyum melihatnya.

"Besok kau pergi ke pesta dansa 'kan?" Kuroro pura – pura menerka.

"Kau tahu itu?" Kurapika mengernyit.

"Tentu saja aku tahu… Kau sudah menjahi baju barumu 'kan?" tanya Kuroro (lagi – lagi).

"Su… Sudah…." jawab Kurapika. "Tap… Tapi…! Tapi… Kenapa kau tahu semuanya?!" Kurapika berteriak dalam pertanyaannya. "Kau siapa? Kenapa kau tahu semuanya… Beritahu aku…." sekarang, Kurapika bertanya sambil menangis.

Kuroro menyeka air mata Kurapika dan memeluknya.

"Karena aku memata – matamu, Kurapika" akhirnya Kuroro pun menjawab pertanyaan Kurapika.

"Eh?! Benarkah?!" Kurapika mendongak dan masih di dalam pelukan Kuroro. "Terima kasih…! Kau mau menjaga dengan cara seperti itu… Sudah lama aku tidak diperlakukan seperti ini…." Kurapika membalas pelukan Kuroro.

"Tidurlah… Kau pasti lelah 'kan?"

"Iya… Aku sangat lelah… Tapi… Tapi… Berjanjilah, besok kau ke sini lagi…." Kurapika melonggarkan pelukannya.

"Setiap malam, aku akan ke sini. Yah, jika kau tidak ke mana – mana" Kuroro melompat ke jendela.

"Tunggu!"

Kuroro menoleh.

"Apa kau tidak takut mati jika melompat dari sini ke bawah sana?" Kurapika menunjuk ke jendela.

"Kau lupa, ya? Aku 'kan pesulap" jawab Kuroro.

"Oh… Iya… Aku lupa…!" Kurapika menjulurkan lidah seraya menggaruk kepala bagian belakangnya.

Kuroro pun pergi. Kurapika melangkahkan kakinya ke jendela. Ia tersenyum sendiri melihat langit malam yang penuh bintang – bintang.


TBC


Hmmm… Maaf kalau jelek… (Yang iya sih, kehabisan ide….)

REVIEW PLEASE….