A/N : Hello there! XD disini Higitsune~ author baru yang baru pertama kali publish story di sebuah fandom. Sebenernya mau upload di fandom sebelah, tapi mau dikata apa, ceritanya gak selesai-selesai dan udah keburu jamuran sebelum diupload *pundung* Jadi akhirnya pindah ke fandom Kurobas yang akhir-akhir ini menarik perhatian. Okay, gak usah banyak omong lagi. Silahkan menikmati cerita abal ini. *bows*


Between Past and Present

Disclaimer : Sampai ada canon AoKise bertaburan tetep aja punyanya Fujimaki Tadatoshi

Pairing this chap : AoKise

.


Chapter 1 – Teikou Days : The Beginning

.

Kise POV

Aku mengaguminya di saat pertama kali melihatnya, melihatnya memainkan bola berwarna oranye di tangan dengan wajah berseri-seri menghiraukan peluh yang mulai mbanjiri. Aku tersenyum, senyum yang entah kenapa akhir-akhir ini tidak bisa ku keluarkan, namun hanya dengan melihatnya bermain senyum ini muncul dengan sendirinya. Di saat itulah aku akhirnya menyadari bahwa aku tidak bisa melepaskan pandangan ku darinya.

"Aominecchi, ayo main one on one." Aku berlari kecil kearah sang surai biru tua yang baru saja selesai dengan menu latihannya. Aku tersenyum ke arahnya begitu Aominecchi, remaja berambut biru tua, menoleh dengan handuk di tangan hendak mengusap peluh di muka.

"Yang benar saja Kise. Kau tidak capek apa? Akashi memberimu latihan apa sih? Dia tidak pilih-pilih kan, tch." Aominecchi terlihat sebal dengan berpikir bahwa menu latihan yang diberikan kepadanya dan kepadaku itu berbeda, haha, lucu sekali. Aku tersenyum kembali secerah mentari, dihadapan orang yang kau sukai memang harus begitu kan.

"Mou, Aominecchi, mana mungkin, menu kita sama kok, sama-sama kejam dan tidak berperasaan-ssu." Aku mencibir dengan airmata lebay seolah merasa kesakitan, yah, itu memang benar sih, tapi demi bermain dengan Aominecchi aku tidak akan terlihat lelah.

"Kalau begitu besok saja Kise, dasar." Aominecchi menyeringai, memberikan handuknya padaku seraya mengusap lembut surai kepalaku, wajahku memerah, uwah... Aominecchi itu benar-benar ya.

"Huh? Kau kenapa Kise? Sakit?" Aominecchi mendekatiku dan dengan tiba-tiba menempelkan dahi nya ke kening ku, uwah... No way!

"A-ah, ti-tidak apa-apa Aominecchi." Dengan sigap aku menjauh beberapa meter darinya, wajahku benar-benar panas dan aku yakin warnanya sudah semerah tomat, ditambah lagi bunyi jantung ku yang terus menerus berdebar kencang, gawat, Aominecchi tidak boleh mengetahuinya.

"Ya-ya sudah Aominecchi, besok saja." Aku berujar padanya tanpa melihat ke arahnya dan langsung berlari menuju bench, duduk disebelah Akashi. Entah kenapa aku merasa aman duduk di sebelahnya, merasa bahwa Aominecchi tidak akan menghampiriku kalau aku duduk disini, yah siapa yang mau dekat-dekat dengan iblis pembawa gunting yang mengaku dirinya sebagai kapten.

"Kise-kun, apa kau sedang sakit?"

"A-ah, ti-tidak kok, aku baik-baik saja, hanya lelah." Aku membalas sebuah suara yang tadi bertanya dengan senyum agak dipaksakan. Tunggu dulu, itu bukan suara Akashi. Aku menoleh ke samping kanan dan terkejut mengetahui sebuah sosok berambut teal yang duduk tenang dengan ekspresi datar.

"KUROKOCCHI!" Aku berteriak tanpa sadar, kaget mengetahuinya, sejak kapan dia berada disini?

"Kise-kun, sst." Ucapnya seraya menunjuk sebelah kiriku, terlihat Akashi yang mengeluarkan dark matter nya seraya berucap, "Kise." dengan senyum yandere yang dia punya. "Ma-maafkan aku Akashicchi." Aku berujar sambil menundukkan kepalaku meminta maaf, yang hanya ditanggapinya dengan anggukan kecil.

"Kurokocchi, sejak kapan kau disitu?" Aku mengalihkan perhatianku ke arah sang six phantom begitu selesai meminta maaf.

"Aku sudah berada disini sejak lama Kise-kun, bahkan sebelum kau menduduki bench." Balasnya masih dengan tampang datar menempel di wajahnya. "Jadi, apa kau sakit?" tanyanya lagi dengan ekspresi datar namun dapat terlihat secercik kekhawatiran dalam pertanyaan yang dilontarkannya itu. Aku tersenyum kecil, merasa senang Kurokocchi mengkhawatirkan keadaan ku.

"Tidak apa-apa Kurokocchi, sudah kubilang kan, aku hanya lelah."

"Kau yakin?" Aku mengagguk semangat, "hehe, Kurokocchi mengkhawatirkan ku ya," tambahku seraya memeluknya.

"Bukan begitu Kise-kun, tapi kalau kau sakit dan memaksakan diri kau hanya akan membuat kami kerepotan, dan mempengaruhi permainan, dan aku rasa Akashi-kun pun tidak akan senang. Bukan karna aku khawatir." Kuroko-cchi...

"Hidoi-ssu." Kembali aku mengeluarkan tangisan lebay, bisa-bisanya Kurokocchi berucap begitu, jadi dia hanya khawatir pada tim, aku mencibir agak kesal. Melihatnya sekilas yang entah kenapa tersenyum puas, ah, itu pasti hanya imajinasiku saja, lagipula mana mungkin Kurokocchi tersenyum seperti itu, melihatnya hampir sama dengan melihat Akashi yang tiba-tiba berubah jadi baik. Dengan kata lain hampir tidak mungkin.

.

\(PAST)/ \(PAST)/ \(PAST)/ \(PAST)/

.

Normal POV

"Baiklah semuanya, latihan selesai." Komando dari Akashi membubarkan seluruh anggota reguler maupun non reguler, peluh kembali mengalir dari tiap anggota. Begitu pula dengan Kise, remaja berambut pirang ini terlihat paling lelah.

"Kise-chin, kau tidak apa-apa? Mau snack ku?" Murasakibara yang daritadi hanya mengunyah snack namun tidak tahu mengapa juga ikut keringetan menawari Kise snack kesayangannya dengan sedikit nada khawatir yang tidak cocok sama sekali dengan ekspresi mukanya yang malas. Apa di Kiseki no Sedai tidak ada orang yang benar-benar mengerti arti khawatir?

"A-aku ti-tidak apa-apa Mu-Murasakicchi. Terima ka-kasih sudah menawari, tapi ti-tidak perlu." Balas Kise dengan tersendat-sendat karena efek lelah. Si rambut ungu yang mendapati jawaban tidak meyakinkan itu menatapnya dengan ekspresi serius dan mata tajam yang tiba-tiba, lalu berujar, "Baiklah, padahal snack ini rasa baru lho." dan kemudian pergi begitu saja meninggalkan Kise. Orang ini memang tidak ada peka-pekanya sama sekali rupanya, selain pada snacknya mungkin. Salah Kise berharap.

"Ah, Midorimacchi." Kise melambaikan tangannya dan mendekati pemuda berkacamata dengan warna rambut hijau lumut. "Pulang bareng yuk~"

"Tidak mau." Dijawab dengan tegas oleh si empunya. Terkesan sadist memang, tapi bagi Midorima Kise adalah orang yang menduduki tingkat teratas untuk kategori orang yang paling sangat ingin sekali kau hindari, bukannya lebay, tapi Midorima Shintaro memang orang yang tidak suka dengan yang tipe cerewet seperti Kise.

"Uh, Midorimacchi jahat-ssu." Cibir Kise, ia benar-benar tidak mengerti kenapa temannya satu ini selalu saja menghindar dan mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang menyebalkan. Apa sendirinya tidak tahu kalo dia lebih menyebalkan, orang yang selalu saja membahas ramalan bintang ketika berbicara dan merengek kalo lucky item nya tidak ditemukan, ditambah lagi kadang ia terlambat hanya dengan alasan nonton Oha Asa dulu. Sungguh orang yang tidak ada awesomenya sama sekali. Ups, tidak seharusnya kalimat itu ada di fandom ini.

"Oi Kise." Suara Aomine dari belakang mengalihkan pikiran Kise tentang temannya yang tsundere ke arah si pemanggil.

"Huh? Ada apa Aominecchi?" Kise berhenti berjalan dan mulai menghampiri Aomine meninggalkan Midorima, dan entah mengapa sosok Kise terlihat seperti anjing menghampiri majikan setelah dipanggil.

"Apa kau sakit?" dan untuk kesekian kalinya Kise merasa jengah dengan pertanyaan itu, bukan, bukan karena pertanyaan itu dilontarkan berkali-kali, namun ekspresi saat mengatakannya itu lho. Tidak ada wajah yang terlihat benar-benar khawatir. Lihat saja wajah Aomine, wajah orang yang seolah-olah baru saja mengenal hal yang belum pernah dilihatnya dan wajah yang juga seolah mengatakan, kau tidak mungkin sakit kan, kau bodoh kan, orang bodoh tidak bisa sakit kan.

"Tidak Aominecchi, kenapa?" Dijawab dengan ketus tanpa rasa tertarik di setiap kalimatnya. Aomine sendiri yang dasarnya memang bebal tidak begitu peduli dengan nada yang tersirat dalam kalimat Kise.

"Ayo main one on one." Menyeringai.

"HAH? Apa kau bilang?" bingung layaknya anjing hilang.

"Tch, kau ini, aku bilang ayo ma-"

"Bukan bukan, kenapa? Bukannya Aominecchi bilang besok saja?"

"Ck, habis tadi aku masih capek begitu pula dengan mu, tapi sekarang aku sudah tidak apa-apa, makanya ayo one on one."

Mengerjap. "E-Eh? ta-tapi tidak biasanya Aominecchi mengajakku, kau kan biasanya malas kalo habis selesai latihan berat, tumben."

"Tch, kau ini banyak bicara ya Kise, kau mau apa tidak. Kalau tidak mau ya sudah, aku mau pulang."

"E-Eh? Tunggu, baiklah, ayo kita one on one." Kise tersenyum lebar siap menerima tantangan, yang tentu saja juga dibalas dengan seringai predator dari Aomine.

"Aku pasti menang Aominecchi, jangan menyesal sudah menantangku lho ya."

"Bodoh." Dan mereka pun kembali ke gym untuk bertanding.

.

\(PAST)/\(PAST)/\(PAST)/(PAST)/

.

Nafas menderu terengah-engah berasal dari sosok berambut pirang yang terbaring di lantai kayu. Lawannya sendiri masih sempat melempar bola memasukkannya ke dalam ring sebelum ia terduduk di sebelah Kise, nafas Aomine menderu, namun ia tidak terlihat lelah. Dan Kise merutuk dalam hati karena hal itu.

"Apa tadi yang kau katakan? Aku akan menang Aominecchi? haha... butuh 1000 tahun untukmu mengalahkanku Kise." Ujar Aomine seraya menawari minum pada Kise.

"Huh, tidak akan selama itu tahu, aku pasti akan sesegera mungkin mengalahkan Aominecchi. Itu pasti! Jadi besok kita harus main one on one lagi!" Ucap Kise bersemangat lalu meminum air mineral yang diberikan oleh Aomine.

"Hm..." Aomine memandang Kise terkesan, seumur-umur tidak ada orang yang segigih ini dalam hal menantangnya, siapa sih yang mau menantang Aomine Daiki yang notabene adalah Ace Teiko dan kemungkinan untuk menang adalah tidak mungkin. Tapi kini dihadapannya muncul sosok pirang yang setiap harinya menantangnya untuk one on one. Walaupun sendirinya mungkin juga tahu bahwa dia tidak akan bisa menang, namun Kise tetap saja gigih untuk menantangnya, hal itulah yang membuatnya tertarik pada remaja copy-cat didepannya.

"Aominecchi?" Kise memandang Aomine bingung dengan kepala dimiringkan, membuat wajah Kise yang memang sejak awal sudah cantik jadi terlihat makin cantik, peluh juga masih memenuhi wajah dan tubuhnya, memberikan efek berkilauan di kulit putih susu nya, sungguh menggoda pemandangan didepannya, dan Aomine tidak bisa menahannya lagi.

Aomine mendekati Kise, tangan kananya menarik leher kepala remaja yang masih bingung dengan tingkah temannya itu, tidak menyadari jarak yang mulai terhapus diantara keduanya, tidak menyadari nafas keduanya yang mulai selaras dan dapat dirasakan masing-masing pasangannya, Kise bahkan tidak menyadari sepasang bibir lembut yang menempel di bibirnya. Aomine menciumnya. Di saat itulah kesadarannya muncul, AOMINE MENCIUMNYA! MENCIUMNYA! Kise tidak tahu harus berbuat apa dan hanya bisa mengepalkan tangannya di kaos Aomine, membuka mulutnya saat lidah Aomine menyeruak meminta akses kedalam.

Beberapa menit berselang ciuman itu berakhir setelah keduanya kehabisan nafas, dan keduanya terlihat bingung, terutama Kise.

"A-Aominecchi? Ke-kenapa?" Kise bertanya dengan nafas masih berderu, wajahnya kini semerah tomat dan detak jantungnya mengencang seiring menunggu jawaban dari orang yang dikaguminya.

"A-aku... A- *grit* tch, lupakan Kise. Aku pergi." Dan Aomine pergi begitu saja meninggalkan Kise sendirian di gym, tanpa perduli sedikit pun untuk menengok ke belakang, bahkan ia tidak berniat mengambil barang-barangnya terutama seragamnya di loker.

Manik madu Kise membelalak, mengikuti arah langkah Aomine lalu memandang sendu tempat yang tadinya diduduki Aomine, hati nya terasa sakit dan perih, tadinya ia berharap bahwa Aomine menciumnya karena ia menyukainya, tapi rasanya harapan itu hanya sia-sia, lagipula Aomine menyukai perempuan, yang berdada besar terutama, dan Kise tidak memiliki itu semua.

"Aominecchi." Kise berucap lirih, menangis ditengah gym sendirian, tanpa mengetahui sepasang mata berwarna biru muda yang ternyata sedari tadi masih ada disana, melihat keduanya bertanding hingga berciuman.

.

The Beginning end.


A/N : Ah, finally~ its done! XD Silahkan memberi masukan, kritik, pertanyaan, uneg-uneg, apapun itu yang ingin para readers sampaikan lewat kotak (?) review, asal jangan beri flame ya~ yah kecuali kalau anda masochist dan siap dicincang oleh Akashi-sama~ dan SAYA~~ fufu... *yanderesmiles*

Tapi kalo flame yang membangun saya malah seneng banget kok~ :D bukan karna saya masochist lho ya~ bukan~ XD

Oh ya, saya tulis Akashi manggil Kise "Kise" karna setahu saya Akashi pas masih SMP manggil member Kiseki no Sedai pakai nama keluarganya, bukan nama kecil mereka kayak sekarang pas udah SMA. :D

Okay~ see ya in the next chapter~~

Peluk cium,

Higitsune