Title : Di Tengah Perjalanan
Cast : NU'EST / Wanna One Hwang Minhyun x JBJ Kwon Hyunbin
enjoy~
Lelaki manis berbalut jaket warna hitam yang tampak sedikit longgar itu tak henti menggerutu disetiap langkah kakinya. Bagaimana tidak? Saat ini tangan kirinya sedang di genggam erat oleh seorang lelaki bertubuh jangkung dengan rambut model jambul yang memamerkan dahi agak lebarnya, oh dan jangan lupakan tatapan mata tajam serta rahang tegas menambah kesan menyaramkan pada parasnya, sebut saja namanya Kwon Hyunbin. Dan lelaki manis si penggerutu tadi namanya Hwang Minhyun. Keduanya menyandang status sebagai mahasiswa di fakultas bidang ilmu komputer, bedanya Kwon Hyunbin di semester kedua, dan Hwang Minhyun di semester keenam.
Hyunbin terus menggenggam erat tangan Minhyun tanpa ada niatan untuk melonggarkannya barang semilipun, pandangannya lurus kedepan, berkonsentrasi pada jalanan trotoar yang akan mereka lalui. Hyunbin pikir percuma meladeni celotehan lelaki manis disebelahnya ini, jika boleh jujur dia sangat ingin menutup mulut Minhyun dengan lakban atau mengikatnya dengan selembar kain panjang.
Beberapa detik kemudian tangan kiri Hyunbin yang bebas merogoh kantong kemeja abu abu tua miliknya, mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang lantas memasukkannya salah satu ujungnya ke dalam mulut, kemudian ia mengambil pemantik api dari kantong yang sama. Tentu semua kegiatan itu dilakukan hanya dengan satu tangan.
"Lepaskan aku" ujar Minhyun datar. Hyunbin menghentikan langkah, juga menghentikan tangan kirinya yang hendak menyulut rokok, lantas menatap Minhyun tajam seolah berkata 'Kenapa?'
Minhyun yang mengerti arti tatapan itu menjawab, "Aku benci perokok"
Mendengar jawaban Minhyun, Hyunbin lebih memilih mengalah, ia masukkan kembali sebatang rokok dan pemantiknya ke dalam kantong. Setelah itu mereka berdua terdiam, tetap melanjutkan langkah dengan tangan bertaut erat satu sama lain -meskipun dengan sedikit paksaan-.
Hening.
Benar benar hening, mengingat ini sudah pukul sebelas lewat, sudah jarang sekali kendaraan yang berlalu lalang. Mereka tetap seperti itu hingga sampai ditujuan, tujuan mereka tidak lain adalah rumah Hwang Minhyun.
"Sudah, kau sudah mengantarku sampai ke rumah, sekarang kembalikan laporan praktikumku" ujar Minhyun seraya melayangkan tangannya di udara.
Dan tautan tangan mereka terlepas.
karena Hyunbin harus membuka ranselnya untuk mengambil laporan praktikum Minhyun yang memang sengaja dia sita. Minhyun menerima dengan ekspresi kesal. Mengapa dia merasa kesal? Tentu karena laporan praktikum tersebut dijadikan alasan oleh Kwon Hyunbin agar bisa mengantarnya pulang dengan cara menyita kertas kertas tersebut jika ia tak mengijinkan Hyunbin untuk mengantarnya pulang.
Minhyun tidak mau repot repot mengerjakan ulang laporan tersebut, karna semuanya harus ditulis tangan menggunakan pulpen bertinta biru. Bisa dibayangkan bukan butuh berapa lama Minhyun mengerjakan? Belum lagi perjuangannya untuk merevisi beberapa bagain yang salah dan meminta tanda tangan asisten praktikum, itu pun kadang keberadannya tidak menentu di kampus. Karna tidak mau bekerja dua kali, jadi ia terpaksa bersabar saat menerima paksaan dari adik tingkat kurang ajarnya ini.
"Cepat pulang, sebelum ayahku melihat anak kesayangannya diantar pulang oleh lelaki dengan wajah preman sepertimu" usirnya sadis seraya memeluk map bening berisi laporan praktikumnya posesif, takut direbut lagi oleh Hyunbin.
"Hei mana rasa terima kasihmu setelah aku dengan baik hatinya mengantarkanmu pulang?" balas Hyunbin datar. Lelaki tinggi bak super model ini sudah benar benar cinta mati pada Hwang Minhyun, tidak peduli segalak apa dan sepedas apa mulut Minhyun, Hyunbin tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan hatinya.
"Aku tidak memintamu untuk mengantarku pulang. Cepat pulang atau ayahku akan memukulmu" sekali lagi Minhyun berkata dengan begitu kejamnya.
"Tidak, sebelum kau berterima kasih padaku" senyum miring pertanda mengejek tercetak jelas dibibir Hyunbin.
"Tidak mau, aku tidak-" baru saja Minhyun akan mendebat kalimat Hyunbin.
"Sayang, kenapa baru pulang sekarang?" potong suara berat yang lain dari arah dalam rumah. Pemilik suara itu tidak lain adalah ayah Minhyun, yang kini sedang ada di ujung pintu dan akan beranjak menghampiri pagar rumahnya.
"Cepat pergi, ayahku itu galak" bisiknya Minhyun berbohong, sebelum sang ayah datang menghampiri mereka.
"Jangan membodohiku, dia sama sekali tidak terlihat galak" Hyunbin balas berbisik.
"Oh Tuhan, syukurlah ada yang mengantarkkanmu pulang. Ayah benar benar khawatir saat kau pulang sendirian hampir tegah malam begini" Sang ayah bersyukur karena melihat anak kesayangannya tidak pulang sendirian dan masih dalam keadaan utuh. Setiap orang tua tentu khawatir bukan jika anak semata wayangnya pulang sendirian malam malam begini.
Oh, dan reaksi Minhyun? ia mendengus kesal perlahan karena reaksi ayahnya tidak sesuai harapan. Padahal ia ingin ayahnya memarahi Hyunbin karena membawanya pulang terlalu larut. Menyadari ia mendapat respon positif dari ayah Minhyun, Hyunbin tersenyum lebar seraya bersorak gembira dalam hati.
"Nak, kau sungguh pemuda yang baik karena telah mengantar anakku pulang" ujar ayah Minhyun, merasa Hyunbin telah berjasa mengantar Minhyun pulang dengan selamat.
"Ah, itu bukan masalah paman. Sudah menjadi kewajibanku untuk mengantarkannya pulang" lelaki tinggi tersebut tersenyum dengan senyuman terbaiknya dihadapan seseorang yang suatu saat nanti akan menjadi calon mertua, diharapannya. Minhyun mengumpat dalam hati, kesal setengah mati pada tingkah sok manis Hyunbin didepan ayahnya. Beliau belum tau saja kalau anak kesayangannya ini sering kali di ganggu dan dipaksa oleh Hyunbin.
"Pulanglah sebelum ibumu mencarimu" nada bicara Minhyun berubah menjadi lebih lembut, tentu karena ia ingin terlihat ramah pada setiap orang di depan ayahnya.
"Tentu aku akan pulang" Kini ia melempar senyuman pada Minhyun.
"Nak kau tidak ingin mampir dulu? akan kubuatkan teh hangat untukmu" sang ayah menawarkan untuk mampir sekedar minum teh, karena sudah mengantar anak satu satunya ini pulang. Minhyun memelotoi Hyunbin, seolah berkata 'tidak usah mampir, pulang saja sana'.
Hyunbin tersenyum tipis menerima kode dari Minhyun, "Tidak paman, ini sudah larut ibuku pasti sudah menungguku di rumah. Aku harus pulang sekarang paman. Selamat malam" ia sudah hampir memutar tubuh jangkungnya, sebelum-
"Tunggu, kau melupakan jaketmu" ujar Minhyun seraya melepas jaket agak kebesaran yang sedari tadi menempel ditubuhnya.
"Bawa saja kau bisa mengembalikannya besok" tolak Hyunbin.
"Tidak tidak. Saat ini cuaca sedang dingin, kau harus memakai jaketmu" Minhyun tetap bersikeras agar jaketnya kembali pada si pemilik. Tentu agar dia tidak perlu repot repot mencuci, menyetrika dan mengembalikannya di kemudian hari.
"Lihatlah paman, dia perhatian sekali" goda Hyunbin dengan mata mengerling menggoda. Tangan kanannya tiba tiba saja mampir dipuncak kepala Minhyun dan mengusaknya gemas. Sang ayah hanya tertawa renyah, dan Minhyun melotot dengan muka kurang bersahabat.
"Baiklah paman, aku pamit. Selamat malam" pamit Hyunbin setelah mengenakan jaketnya, ia menarik nafas dalam, merasakan aroma Minhyun menempel di jaketnya.
"Dia pacarmu?" tanya sang ayah setelah Hyunbin berjalan menjauh, beliau penasaran karna kelihatannya Hyunbin perhatian sekali pada Minhyun.
"Bukan" jawab Minhyun singkat dan masuk ke dalam rumah.
END
Mello's Note:
Halo~ panggil aja saya Mello. ff ini sebenernya ada dua part beda cerita tapi masih saling berkesinambungan, kalo yang minat lumayan ya saya publish part duanya, kalo ngga yauda. ehe
