KENANGAN
Pair : kakashi x sakura
Naruto belongs to Masashi Kishimoto not me
Gak suka sama pairnya?
Ya jangan dibaca, masih mau baca juga watashi no comment lah..
Bagi yang emang suka happy reading
(Sakura pov)
Aku berjalan menyusuri taman kenangan kita berdua dengan langkah yang terhuyung. Mataku tidak bisa berhenti menangis.
Aku ingat bagaimana pertama kalinya kita bertemu, walaupun pertemuan kita pada musim salju itu sangatlah tidak menyenangkan tapi kenangan itulah yang sangat membekas di pikiranku.
Ditaman ini jugalah cinta kita mulai tumbuh dan ditaman inilah kita menjadi sepasang kekasih.
Aku terus berjalan hingga aku menemukan bangku taman itu, apakah kau ingat bangku ini?
Bangku inilah yang menjadi saksi kejadian pada hari itu, hari dimana Sasuke mencampakkanku, hari dimana aku sudah putus harapan dan berpikir untuk mengakhiri hidupku.
Pada saat itulah kau datang untuk menjadi tempat bersandarku, kau mengelus kepalaku dengan lembut juga membisikkan kata- kata yang bisa membuatku tenang .
Saat itu kau datang bukan sebagai sensei yang hanya ingin menghibur mantan muridnya tapi sebagai seorang yang peduli walaupun kau tidak menunjukkannya seperti yang dilakukan Naruto dan Ino, tapi aku tahu dari tatapan matamu itu, tatapan hangat yang sangat khawatir. Tatapan sederhana namun mengandung makna.
Aku menutup mataku dan mengingat hari itu, hari yang begitu menyakitkan, hari yang kuharap itu tidak pernah ada
4 tahun yang lalu
Aku baru saja keluar dari ruang latihan paramedis konoha bersama Ino. gadis itu sesekali mencoba merangkulku atau lebih tepatnya mengapit kepalaku tentu saja aku melawan sekuat tenaga. Aku hanya tertawa mengejek melihat usahanya itu
"hei Sakura!" panggil Kakashi Hatake dari belakang. Pria itu, pria yang sangat kucintai dan yang dalam waktu 2 bulan ini akan menjadi suamiku
Aku berhenti dan menoleh kearahnya. "ada apa ?" tanyaku sambil menatap matanya.
"bisakah aku berbicara denganmu?" pintanya
Aku menatap mata andi sebentar, sebelum aku sempat menjawab Ino mencubit perutku dan tersenyum nakal.aku masih ingat reaksinya ketika aku bilang bahwa aku berkencan dengan Kakashi sensei, dia menatapku lalu menjambak rambutku tiba- tiba dan berteriak kau gila Sakura!
Dan sekarang Ino adalah orang yang benar- benar mendukung hubunganku dengan Kakashi sensei atau mungin sekarang aku tidak perlu memanggilnya sensei lagi.
"sana, bicaralah dengannya"kata Ino lalu dia berkedip genit dan pergi meninggalkan kami.
Setelahnya baik aku maupun andi sama- sama tidak ada yang memulai percakapan. Aku pun memutuskan untuk menjadi yang membuka topik pembicaraaan "jadi ada apa Kakashi?"
"oh iya, begini aku diperintahkan oleh hokage untuk melakukan misi pengintaian di Amegakure bersama Anko dan Ebisu, sepertinya memakan waktu lebih dari sebulan tapi entahlah."
Aku membelalakkan mataku dan aku hampir menjerit saat berkata "apa?".
"lalu bagaimana dengan pernikahan kita, apa kita harus membatalkannya?" tanyaku dengan khawatir.
Suasana berubah menjadi sangat canggung. Kami berdua sama- sama terdiam namun tanpa kusadari ternyata air mataku sudah mulai tumpah.
Kakashi menarikku kepelukannya danmengusap rambutku, aku dapat merasakan dia sedang menenangkanku. Inilah yang kusuka dari Kakashi, peduli namun dia tau bagaimana cara menyampaikan perasaannya tanpa melakukan hal yang berlebihan.
"tenang saja tania sayang, ini hanya sebentar. Aku akan berusaha kembali lebih cepat"bisiknya dengan lembut.
Aku menatap wajahnya, dia sedang tersenyum. Aku sangat suka senyumnya, aku suka semuanya, aku sangat menyukai Kakashi.
Dia memejamkan matanya lalu menyatukan kening kami "setelah aku kembali aku janji kita akan mengunjungi taman itu lagi"
Aku menghapus air mataku dan menganggukkan kepalaku "baiklah kapan kau akan pergi?" tanyaku
"aku pergi malam ini, semakin cepat semakin bagus karena semakin cepat juga selesainya" katanya seraya menyipitkan matanya, tanda kalau dia tersenyum.
Walaupun aku sering melihatnya matanya yang menyipit ketika tersenyum seperti itu, aku selalu menyukainya. Namun aku merasa ada perasaan yang aneh seandainya saja aku menyadarinyua lebih dulu. Seandainya.
Namun aku hanya tersenyum lemah dan berkata " baiklah, lakukan sesukamu saja" setelah itu aku benar- benar meninggalkannya sendirian
Malamnya Kakashi dan yang lain berkumpul di depan gedung hokage bersiap-siap untuk pergi namun aku hanya memandanginya dari jendela ruang pertemuan.
Aku dapat melihat mereka tengah bersiap- siap untuk berangkat disana juga ada beberapa rekan kami yang ingin mengantar kepergian Kakashi, Anko dan Ebisu.
Aku lihat Kakasi terus- menerus bergerak dengan gelisah dari satu orang ke lainnya.
"kupikir dia mencarimu" kata seseorang dibelakangku.
Aku tersentak dan kaget dan melihat nona Tsunade berdiri aku sedikit membungkuk hormat namun beliau mengibaskan tangannya tidak suka.
"tidak perlu begitu Sakura, kau membuatku merasa seperti sangat tua!" kata Tsunade seraya mengkerutkan dahinya
"hahaha, bukankah memang anda lebih tua?"candaku
Tsunade menaikkan sebelah alisnya, dapat dilihat urat- urat kekesalan di dahinya, tangannya sudah mengepal siap untuk menghempaskan Sakura kapan saja. Dia mendengus kasar lalu berkata ."apa kau sudah tertular virus menyebalkan Naruto hah?"
"hahaha".tawaku canggung
Lalu nona Tsunade hanya menatapku dengan pandangan yang aneh. Aku balas menatapnya dan bertanya "ada apa?"
"tidak. Hanya saja apa yang kau lakukan diatas sini, seharusnya kau disana dan mengantar Kakashi pergi." Kata Tsunade seraya menunjuk ke bawah tepat pada Kakashi yang sedang mengobrol dengan Shikamaru.
Aku hanya memandanginya dengan sedih, walaupun aku sudah berusaha menutupi nya Tsunade yang memang mempunyai mata jeli dan sangat peka.
"apa kalian sedang bertengkar?" tanyanya
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Namun sepertinya Tsunade tidaklah puas dengan jawabanku. "aku tahu kalian sedang bertengkar apa ini karena misi yang kuberikan pada Kakashi saat ini?"
Aku menggeleng dengan cepat dan berteriak "tentu saja tidak, hanya saja.."
"hanya saja..."kata Tsunade menunggu lanjutan dari perkataan ku
"aku mengkhawatirkannya"kataku dengan suara pelan
"kalau begitu temuilah dia sekarang, selagi ada kesempatan."kata Tsunade dengan suara yang lebih halus.
Namun aku hanya terdiam seperi patung seraya memperhatiakan Kakashi yang sedang berbicara dengan Anko dan salah satu anbu disana namun nampaknya Kakashi terlihat gelisah akan sesuatu.
"kau tahu mereka belum berangkat karena menungguku turun untuk memberi perintah dan sekarang adalah waktunya aku kesana, kau mau ikut?" ajak Tsunade
"tidak, saat aku sedang berada di misi yang mematikan aku menjadikan Kakashi sebagai alasanku untuk bertahan, aku belum melihat wajahnya sehingga aku ingin tetap hidup agar aku bisa bertemu dengannya"
Aku memejamkan mata sejenak sebelum melanjutkannya "aku ingin dia juga begitu, menjadikan alasan belum bertemu denganku sebagai alasannya untuk tetap bertahan"
Tsunade menatapku dengan khawatir dan bertanya "bagimana jika ternyata dia tidak berpikir seperti itu, bagaimana jika dia justru berpikir bahwa kau sedang marah kepadanya sehingga dia kehilangan semangat ?"
Aku hanya terdiam, kalau boleh jujur aku sangat membenci pertanyaan ini. hatiku membenarkannya namun hal itu bertentangan dengan pikiranku. Seandainya saja aku mau lebih mendengarkan hatiku yang tulus bukan pikiranku yang dipenuhi ego. Seandainya saja..
Melihatku tidak meresponnya Tsunade hanya menghela nafasnya "baiklah kalau itu mau mu aku akan turun sekarang" lalu dia berjalan menuju tangga
Tak lama aku melihat rekan- rekanku berbaris rapih menyambut kedatangan sang hokage. Aku melihat master berjalan menuju Andi dan menepuk punggungnya tak lama master menunjuk jendela tempat aku berdiri.
Walaupun aku bisa melihat keluar dengan jelas, namun orang luar tidak dapat melihat orang yang berada di dalam.
Kakashi menatap jendelaku lalu dia tersenyum dan melambaikan tangannya setelah itu dia pergi bersama yang lain.
Saat itulah terakhir kali aku melihatnya dan berbicara padanya, setelahnya aku sama sekali tidak mendapatkan kabarnya.
2 bulan kemudian
Beberapa minggu yang lalu aku mendapatkan surat dari Kakashi, dia bilang misinya sudah hampir selesai dia menulis bahwa aku tidak perlu khawatir soal pernikahan kami karena dia pasti akan datang pada hari itu.
Dan sekarang adalah harinya. Hari pernikahan kami walaupun ini adalah upacara kecil- kecilan yang diadakan dikuil yang lumayan jauh dari pemungkiman penduduk,tamu yang diundangpun hanya rekan sesame ninja serta beberapa kerabat dekat, karena kami berpikir akan sangat merepotkan kalaun terlalu banyak orang.walaupun begitu ternyata tamu yang datang banyak lebih dari perkiraan.
Tamu- tamu mulai berdatangan dan memberiku selamat padaku yang sudah berdiri di altar, walaupun belum ada tanda- tanda kehadiran Kakashi tapi aku percaya cepat atau lambat dia pasti akan datang.
Tsunade selaku hokage lah yang akan menikahkan kami berdua sedikit gelisah dan terus- menerus melihat jam. Dia melirik kearahku berkali- kali.
Tiba- tiba pintu terbuka dengan paksa disana terlihat seseorang yang terluka parah. Orang itu adalah Ebisu.
Kiba yang sedang berdiri didekat pintu segera menghampirinya dan membantunya untuk segera berbaring namun Ebisu tetap berusaha berdiri dan menghampiriku lalu memberikan surat yang terkena noda darah.
"maafkan aku Sakura,kami diserang dalam perjalanan pulang, aku sungguh menyesal" kata Ebisu dengan lirih. Aku dapat melihat bahwa ia hampir menangis. Ini pertama kalinya dia seperti itu Ebisu yang selalu bangga pada dirinya, menganggap bahwa dialah yang paling hebat menangis.
Aku terdiam untuk memahami situasi ini. Perlahan- lahan aku melepas bucket bungaku dan turun dari undakan altar.
Semua yang ada diacara itu melihat kearahku dengan kaku, tiba- tiba saja pandanganku memburam setelahnya semuanya terlihat hitam namun sayup- sayup aku sempat mendengar mereka histeris memanggil namaku .
Perlahan- lahan Aku membuka mataku, aku berada di atas kasurku aku melihat kesekelilingku dan semua terlihat normal. Aku menghela nafas lega.
Aku berharap itu hanyalah mimpi buruk biasa dan aku berharap kejadian ini tidak akan menjadi kenyataan.
Aku meraba meja nakasku untuk meraih minum, namun aku malah menyenggol bingkai foto hingga terjatuh. Dengan malas aku terun dari tempat tidur untuk mengambilnya.
Aku terkejut saat melihat foto yang ada di bingkai tersebut. Disana ada foto Kurenai sensei dan Asuma Sensei, mengapa ada foto mereka disini, lagipula aku tidak begitu dekat dengan mereka dan aku bahkan tidak cukup dekat dengannya
Saat itu aku baru sadar bahwa ini bukan lah kamar ku. Tiba- tiba pintu terbuka disana ada nona Tsunade, Naruto,Ino, Hinata, Rocklee bahkan kurenai sensei juga ada.
Ino berlari kearahku dan menangis "semua akan baik- baik sajan Sakura"katanya lalu dia mengelus rambutku perlahan.
Aku menatap mereka satu- persatu dengan bingung lalu aku sadar satu hal, ternyata aku menggunakan gaun pernikahan itu artinya..
Tanpa sadar aku bangkit dan berlari keruang tengah tanpa peduli teriakan teman- temanku, aku tahu makna ucapan Ino, aku tahu bahwa sebenarnya semua tidak akan baik. Aku tahu..
Disana, di ruang itu aku melihat seluruh rekan - ku menangis mengelilingi sebuah peti mati.
Aku mendekati peti itu perlahan, mereka membuka jalan agar aku bisa mendekati peti mati itu. Aku melihat orang- orang memandangiku dengan penuh penyesalan namun aku tidak membutuhkan itu.
Semakin dekat aku dengan peti itu tangisanku semakin kencang. Didalam peti ini kau berbaring dengan damai. Aku melihat mu tersenyum lega seakan kau juga ingin mengajakku untuk ikut tersenyum, namun kepergianmu adalah hal yang membuatku sulit untuk tersenyum setelahnya.
Masa sekarang.
Aku tidak pernah memimpikan apalagi memikirkan bahwa pesta pernikahan kita akan berubah menjadi peringatan kematianmu. Juga tidak pernah terfikir kau akan pergi ketempat yang sangat jauh, tempat dimana aku sudah tidak bisa menggapaimu lagi.
Kenyataan pahit itu sangatlah menyiksaku. Seandainya saat itu aku mendengarkan kata nona Tsunade mungkin kau masih hidup saat ini namun tidak ada yang bisa kulakukan sekarang ini.
Kakashi, sekarang aku duduk di taman ini, taman kenangan kita, tempat dimana kita biasa menghabiskan waktu bersama. Namun sekarang aku hanya bisa menangis sendiri.
Setiap kali aku menutup mataku aku masih terbanyang wajahmu. Kakashi, tidak bisakah kau melihat aku disini menangis memanggil namamu, namun aku sadar sebanyak apapun aku memanggil namamu kau tetap tidak ada datang kepadaku.
Bahkan sampai sekarang pun aku masih memimpikanmu memanggil namaku dengan penuh kasih sayang di taman ini.
Kakashi ku sayang mengapa kau harus meninggalkan ku, mengapa kau meniggalkanku begitu cepat?
Bukankah kau sudah berjanji kita akan pergi ketaman ini berdua?
Kalau saja ada kehidupan lain, aku ingin bersamamu, menjadi kekasihmu lagidan kita akan berkencan dia taman ini lagi.
Kau tahu Kakashi?
Kehilanganmu adalah suatu kerugian terbesar dalam hidupku.
Owari
Hehehe.. entah ini apa pengennya bikin yang sedih- sedih gitu kok malah gaje ya...
Tulis pendapat kalian ya..
Hai.. arigatou sudah mau membaca ff ini
8
