Namaku Kiryu Sento. Lebih dikenal dengan nama Mad Scientist. Aku dikenal sebagai penjahat yang paling berbahaya peringkat ke 6 di Jepang. Aku tak punya Quirk. Namun kemampuanku menciptakan peralatan dan kepintaranku dalam bidang sains membuatku tak terkalahkan. Senjata-senjata kimia buatanku pun sudah terkenal di seluruh dunia. Aku ditakuti. Bahkan Allmight pun mungkin akan berfikir dua kali jika harus berhadapan denganku. Aku begitu hebat. Aku sangat memuja diriku. Meskipun jauh di dalam lubuk hatiku terus mengatakan ini jalan yang salah, tapi aku tak punya pilihan. Aku sudah tersesat terlalu jauh. Aku terjerumus terlalu dalam. Setidaknya begitulah menurutku.

Namun kejadian 2 minggu yang lalu mengubah hidupku. Saat aku sedang menjalankan aksiku, tiba-tiba saja sesosok alien aneh yang menamai dirinya Evolto muncul dan menghadang jalanku. Lantas saja aku yang sangat membanggakan diriku ini bertarung dengan nya. Tapi kekuatan alien itu berada jauh diatasku. Bahkan boleh dibilang, dia lah makhluk paling kuat di dunia ini. Aku kalah telak. Dan sesuai kesepakatan, karna aku kalah maka aku diharuskan menghentikan aksiku.

Di sinilah semuanya bermula. Evol mengajakku duduk dan mengajakku berbincang-bincang mengenai 'cinta dan perdamaian'. Topik yang paling kubenci. Tapi aku tak punya pilihan. Aku terpaksa harus mendengar semua omong kosong Evolto sambil disuguhi secangkir kopi yang rasanya sangat tidak enak. Barulah ketika Evolto menceritakan mengenai kisah perjuangan pahlawan yang gagah berani melawan dan menghentikan rencana Evolto untuk menghancurkan Bumi tempat dirinya berasal. Aku mulai tertarik. Dikisahkan olehnya bagaimana awalnya si pahlawan yang diberi nama Kamen Rider Build ini terlahir hingga akhirnya sukses mengalahkan Evolto. Aku terkagum. Tak pernah aku menaruh rasa kagum sebesar ini pada seseorang. "Aku ingin kau menjadi seperti dirinya. Karna itu, jadilah Kamen Rider, Kiryu Sento…"

Dengan itu Evolto mewariskan seluruh kekuatan, ingatan dan pengetahuan miliknya padaku. Termasuk benda yang ia namai Evol Driver dan Evol Bottles. Aku mendapat kekuatan yang besar. Ingatan dan memori Evolto mengalir dalam diriku. Dari sana aku pun tahu siapa sosok Kamen Rider Build itu. Aku sadar siapa sosok yang dari tadi dibicarakan oleh Evolto. Sosok yang telah berhasil mengalahkan Evolto dan bertarung demi cinta dan perdamaian. Tanpa sadar air mataku mengalir tanpa henti. Entah perasaan apa yang menderaku. Tapi rasanya begitu hangat.

Sejak saat itulah aku mencampakkan nama Mad Scientist dari dalam diriku. Ku tanamkan sebuah prinsip baru di lubuk hatiku yang paling dalam. Aku berhenti menjadi penjahat dan mulai menyelamatkan orang-orang dari bahaya. Aku memang tak bias menjadi Kamen Rider Build seperti yang dibanggakan oleh Evolto. Tapi sekuat hatiku akan kucoba untuk menjadi seorang 'Kiryu Sento' didunia ini. Sebagai Kamen Rider Evol.

.


Evol


.

Guntur dan kilat menyambar saling bergantian. Beriringan dengan hujan yang turun dilangit malam. Begitu damai. Tenang dan tentram. Sangat cocok bagi mereka yang hendak melepaskan diri sejenak dari hiruk pikuk dunia nan kejam. Atau sekedar berleha-leha dibawah langit malam nan kelam. Sayang bagi izuku, ia tak dapat menikmati semua itu. 2 jam sudah ia terjebak oleh hujan badai yang tak kunjung reda. Haripun sudah mulai larut. Ia khawatir kalau ibunya mencemaskan dirinya. Ditambah lagi hujan yang nampaknya tak akan reda untuk waktu yang cukup lama."Aduh gawat…. "gumamnya. Izuku mulai berniat untuk menerobos hujan lebat itu dan berlari sekuat tenaga menuju rumahnya. "Persetan dengan basah!" batinnya mantap. Tapi disaat itu juga hujan badai malah makin menjadi-jadi. Nyali anak itupun langsung ciut dibuatnya. "Mati aku. "

Disaat dirinya tengah dilanda keputusasaan, muncullah seorang pria yang mengenakan jas hujan sambil menenteng sebuah payung datang menghampiri dirinya. Gelapnya malam dan badai membuat Izuku kesulitan melihat wajah sosok itu. "S-Siapa?" Tanya nya sedikit ketakutan. Sosok itu mendekat, kemudian ikut berteduh disamping Izuku. Dilepasnya jas hujan yang dia pakai. Menampakkan wujud dirinya pada anak itu. Sosok yang cukup dikenali oleh Izuku. "Yo!" sapa sosok itu ramah.

"M-Mad Scientist!" Kaget. Izuku langsung mengambil langkah mundur dan bersiaga dengan kuda-kudanya. "Apa yang kau lakukan disini!?" Tanya anak itu lagi.

"Hahahaha, kau mengenalku ya?" Balas sosok itu tertawa kecil. "Tapi kalau boleh, aku ingin dipanggil Kiryu Sento saja." Tambahnya.

"Eh?" Izuku keheranan. Kuda-kudanya melonggar. "A-Apa maksudmu? Kau si Mad Scientist itu kan? Penjahat yang paling dicari ke-6 di Jepang?"

"Dulunya begitu. Tapi seperti yang kau lihat, saat ini aku tak lebih dari warga Negara biasa. Aku menjadi pekerja kantoran dan tinggal disebuah rumah kecil yang kubeli dengan sisa uangku. Aku berhenti berbuat jahat dan menjadi warga Negara yang baik. Aku bahkan sudah membayar semua dendaku."

"Lalu, apa polisi tidak mengejarmu?"

"Aku menyerahkan semua peralatanku kepada kepolisian. Kostumku, senjataku, dan laboratorium ku. Tadinya aku dipenjara. Tapi kemudian aku diberi dispensasi dan dijadikan tahanan kota. Cukup bagus kan?"

"Begitu ya… Lalu apa yang kau lakukan disini Kiryu Sento-san?"

"Yah, sebenarnya aku kasihan sih padamu. Sudah 2 kali aku bolak balik melewati tempat ini dan kau masih juga terjebak disini. Jadi ku bawakan kau payung. Ambillah! Aku antar kau pulang ke rumahmu!"

"Hee!? Benarkah? Arigatou Kiryu Sento-san!"

"Tidak usah formal begitu." Sento menyerahkan payung itu pada Izuku. Dipasangnya kembali mantel hujan miliknya dan mereka pun pulang bersama ke kediaman Izuku. Perjalanan mereka tak terlalu membosankan. Izuku seringkali bertanya pada si mantan penjahat professional itu mengenai aksi-aksinya di masa lalu sebagai seorang Mad Scientist. Sento pun menanggapinya dengan sangat antusias. Ia bahkan menceritakan pada Izuku tentang momon favoritnya saat berhadapan 1 lawan 1 melawan Allmight. Meski ia kalah, tapi ia berhasil memberi cidera serius pada si pahlawan nomor 1 itu.

"Jadi…kau ini seorang pahlawan?" Tanya Sento pada Izuku.

"Masih belum…"Jawab Izuku agak ragu. "Eto…..bisa dibilang kalau aku ini masih calon pahlawan. Lagi pula aku bahkan belum terlalu bisa mengendalikan Quirku sepenuhnya…" sedikit malu.

"Ha!? Kau punya Quirk tapi kau tidak bisa mengendalikannya? Ada-ada saja. Padahal aku sangat berharap punya Quirk lho…"

"Heee. Kau tidak punya Quirk Sento-san?"

"memangnya kau piker untuk apa aku susah-susah membuat semua peralatan itu?"

"Sugoi! Kau benar-benar hebat!"

"Entahlah, kurasa itu bukanlah hal yang patut untuk dibanggakan."

Ditengah pembicaraan mereka berdua, tiba-tiba saja terdengar suara jeritan yang tidak begitu jelas. Suaranya hampir sepenuhnya tersamarkan olehy hujan. Izuku tak mendengarnya. Namun telinga Sento yang sudah terlatih puluhan tahun di medan tempur membuatnya bisa dengan mudah menangkap suara itu. "Hei, kau dengar itu?" Tanya Sento menerawang.

"Heh? Dengar apa?" Izuku malah balik bertanya.

"Ada yang menjerit. Ayo!"

Cepat-cepat Sento melesat memasuki sebuang gang kecil didekat sana. Izuku pun tak punya pilihan lain selain mengikutinya. Satu per satu gang-gang kecil mereka telusuri. Hingga akhirnya sampailah dia disebuah gang buntu dengan dua orang disana. Yang satunya seorang wanita berkostum ketat yang khas dengan tubuh penuh luka. Sementara yang satunya lagi terlihat seperti sesosok manusia berkepala ular dengan tubuh penuh sisik. Seekor mutant. Bisa ditebak apa yang terjadi di sini. Pertarungan pahlawan melawan penjahat.

Sento menghentikan langkahnya. Dia mencoba mengatur rencana dalam waktu singkat. Setiap presisi dan kemungkinan ia perhitungkan. "Baiklah Izuku, waktu kita tidak banyak. Sekarang aku ingin kau..."

"Midnight-san! Awas!"Belum lagi Sento selesai Tiba-tiba saja Izuku melesat ke arah mutant itu sambil melempar tasnya. Mutant itu pun kena. Lantas saja ia menoleh pada Izuku dengan tatapan marah.

"Bagus sekali! Kau menghancurkan rencana ku yang baru saja ku susun sedemikian rupa!"

Siluman ular itu mendekat pada Izuku. Dia mendengus kesal. "Boleh juga nyali mu nak." Ucapnya sambil menghampiri anak itu. Sangat dekat. Ia mengepal tinjunya. Berniat membunuh Izuku.

"Izuku! Tiarap!" Sento melempar semacam botol yang mendarat di wajah si mutant. Disisi lain, Izuku pun langsung tiarap seperti yang diperintahkan oleh Sento. Bersamaan dengan itu, botol meledak dan membakar wajah reptil itu. Kesempatan ini pun tak disia-siakan oleh Sento dan Izuku. Keduanya langsung menyelamatkan wanita itu dan pergi melarikan diri. Sementara api yang membakar wajah si mutant perlahan mulai mereda oleh hujan. "Kita pergi ke pos polisi terdekat!" Perintah Sento.

Meski diguyur hujan lebat, Sento dan Izuku terus berlari menuju pos polisi yang sudah tak jauh lagi dari sana. Bersama seorang wanita yang diselamatkan oleh Sento. Yang tak lain adalah pahlawan dengan nama Midnight. Berada di gendongan Sento dalam keadaan luka berat. Sepertinya dia baru saja bertarung mati-matian melawan monster itu. Meski nampaknya dia juga dihajar mati-matian. Untuk jaga-jaga, Izuku sudah menelepon pihak kepolisian dan Agensi pahlawan diwilayah ini.

Beberapa hal yang menjadi pertanyaan bagi Sento. Bagaimana bisa wanita ini bertarung sendirian melawan monster setangguh itu. Tidakkah dia meminta bantuan atau segala macamnya? Seingatnya para pahlawan biasanya bekerja dalam kelompok. Terlebih sebagai pahlawan pro, Midnight pastinya punya agensi tersendiri bukan? Ditambah lagi, di kota ini bukan Midnight lah agensi pahlawan yang tersedia. Ini membingungkan dirinya. Ada motif lain kenapa pahlawan yang dipanggil Midnight ini sampai mati-matian bertarung melawan mutant itu di tempat tertutup sendirian dan tak meminta bantuan. Something fishy.

Belum lagi mereka sampai,si reptil tadi tiba-tiba saja muncul dihadapan mereka. Wajahnya terbakar. Tak berbentuk. Tampangnya berang. Dia benar-benar murka. "Beraninya makhluk hina seperti kalian mempermalukanku seperti ini. Ku hajar kalian. Akan kucabik-cabik tubuh kalian. Dan aku tak akan berhenti meski kalian memohon ampun sekalipun! AKAN KUBUNUH KALIAN!" Jeritnya murka.

"Benar-benar klasik." Sento mengambil nafas panjang. "Sepertinya sudah tak ada pilihan lain lagi." Ucapnya lirih.

Diserahkannya wanita yang ia pangku pada Izuku, lalu ia berbalik pada mutant itu. Dipasangnya semacam sabuk dipinggangnya. Kemudian diambilnya 2 buah botol dari dalam sakunya. Yang satu berwarna merah dan yang satunya berwarna hitam. Dimasukkannya kedua botol itu pada slot yang ada di kepala sabuknya. Diputarnya tuas pada sabuk. Setelah itu diambilnya kuda-kuda. "Nah, mari kita mulai eksperimennya!"

"Henshin!"