Devangel
.
.
Dhienhie Fujoyerelf
.
.
Genre: TeenRomance, Drama, Family
.
.
Rate: T
.
Lenght: Chaptered
.
.
Disclaimer: KyuMin milik Tuhan. Kyuhyun milik Sungmin dan Sungmin milik Kyuhyun, mereka saling memilki dan Sungjin murni milik saya *ditabokJongjin* Tapi yang pasti FF abal ini milik saya seutuhnya. :D
.
.
Warning: YAOI, Typo(s), DON'T LIKE DON'T READ! NO BASH! NO PLAGIAT!
.
.
.
enJOY~
CHAPTER 1
a/n: OY! Aduuuuhhh! Kangen banget sama kalian #gencetin satu-satu Kangen saya gak? Hihi. New fanfic untuk akhir tahun :D Seperti biasa, saya selalu suka genre Teen Romance! Dengan sedikit bumbu-bumbu Life School! Gak tau kenapa :D Mungkin karena saya suka kisah cinta anak-anak SMA. Wkwkwkwkwwkkk. Abis kisah cinta SMA saya gak berakhir bahagia kayak kisah KyuMin di FF #LOL
Terimakasih buat yang review Assassin ya :D Walaupun kemarin dihapus admin FFn pas di repost tanggapan untuk FF saya yang masih jauh dari kata sempurna itu ternyata masih banyak, terimakasih sekali lagi chingudeul. Kalian baik banget sama aku :* Gak bosen bilang aku cinta kalian :3 :3 :3
Oke, di FF ini sengaja gak saya kasih summary di awal biar chingudeul tebak sendiri jalan ceritanya :D Kan kita suka main tebak-tebakan #plak Okelah, dinikmati saja nanti ya? Soalnya pasti ada kejadian-kejadian yang yah~ you know what-lah~ #plak Dan untuk keperluan jalan cerita mungkin FF ini bakalan saya naikin rate-nya tapi please jangan berpikir tentang adegan yang 'iya-iya' ataupun yang 'tidak-tidak' ataupun adegan yang 'bisa-jadi' #plakplakplak Buat keperluan jalan cerita aja. Tau kan kalo saya gak ahli bikin adegan 'ehem-ehem', kalo baca sih doyan #LOL
Okelah, semoga gak bosan ya, soalnya genre saya mah begitu mulu dari awal. Maap, maap :D Semoga suka ya chingudeul #hugkissbow
Yang tanya akun Twitter, ada sih akun tapi jarang dihampiri soalnya masih nyaman di FB. Tapi follow ne? :D
at DhienhieJoy137
.
~(*o*)~
.
This fict is dedicated..
To the world biggest shipper..
The JOYers..
.
Hidup bukan permainan
Bukan permainan kita
Kita yang berdiri di sini
Hanya bermain sesuai naskah
Naskah yang dibuat Sang Takdir.
Sang Takdir yang selalu mempermainkan kita
KITA
KAU dan AKU
Bermain bersama Sang Takdir yang kejam
Takdir yang selalu mempermainkan-ku
Dan hanya mempermainkanku
.
Seorang namja manis terlihat mematut diri di depan cermin. Mata bulat yang dulu bersinar indah berubah sendu bahkan kosong seperti tak berniat melihat apapun. Bibirnya yang dulu selalu mengukir senyum manis menggetarkan hati, kini berubah. Bibir plump shape M itu tak lagi berwarna pink cerah seperti dulu melainkan pucat, sepucat wajahnya saat ini.
Setelah selesai dengan kegiatan yang ia maksud bercermin, sosok itu bergerak mengambil tas punggungnya, menengok isinya sejenak kemudian mencangklongnya. Sekali lagi matanya beralih menatap cermin, melihat pantulan dirinya. Menatap seolah-olah tubuhnya adalah sesuatu yang seharusnya tidak terpantul di sana.
Helaan napas pelan terdengar samar, setelah mengamati sesuatu yang berada di atas nakas, namja manis itu berlalu meninggalkan ruangannya. Menutup pintu dengan gerakan sepelan mungkin kemudian melangkah dengan wajah datar ke tempat di mana sebuah keluarga melakukan sesuatu sebelum menyibukkan diri dengan aktivitas masing-masing.
Sosok itu benar-benar tak terganggu saat tatapan orang-orang yang tengah menghuni meja makan terarah padanya. Di sana tampak seorang namja tampan nan gagah tengah duduk bersama tiga namja manis dan cantik. Dua orang di antaranya menatap tak suka ke arah namja manis yang baru saja bergabung di meja makan.
"Selamat pagi chagi," sapa si namja tampan yang langsung menghampiri dan memeluk pemuda manis berwajah datar. Sementara yang dipeluk hanya bisa diam, tak menunjukkan reaksi apapun hingga namja tampan itu menempatkan satu ciuman hangat di kening si namja manis, barulah ia menunjukkan sedikit reaksi dengan memejamkan kelopak matanya sejenak.
"Apa tidurmu nyenyak semalam?" tanya namja tampan itu sambil mengeluh pipi tembam si pemuda manis berwajah datar. Anggukan singkat menjadi jawabannya.
"Siwonnie, kita harus sarapan, kau sudah telat," tegur seorang namja yang tadi menatap tak suka pada pemuda manis berwajah datar.
"Aku mengerti yeobo. Nah chagi, ayo kita sarapan. Kau duduk di sebelah appa ya?" pinta namja yang dipanggil Siwonnie—Siwon.
Dan lagi. Namja manis itu hanya mengangguk tanpa ekspresi. Namun, seolah tak ada hal aneh atau sesuatu yang salah, Siwon membimbing namja itu untuk duduk di sebelahnya kemudian mengambilkan roti bakar yang sudah tersedia.
"Kau harus makan yang banyak Minnie, appa tidak mau kau sakit. Arra?"
Lagi. Hanya anggukan singkatlah yang menjadi jawaban setiap ucapan yang Siwon lontarkan.
"Sungmin-ah, eomma sudah membuatkan susu vanilla untukmu, diminum ne?" ucap namja cantik yang tadi menatap tak suka pada pemuda manis berwajah datar.
Sungmin –pemuda manis berwajah datar- sedikit melirik pada sosok yang baru saja mengajaknya bicara. Setelah menatap segelas susu putih yang ada di hadapannya, Sungmin kembali menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan sosok yang menyebut dirinya sebagai eomma Sungmin.
Dua namja lain yang hanya diam sejak tadi terlihat menatap Sungmin dengan ekspresi berlawanan. Namja yang lebih tinggi terlihat mengukir senyum tulus sementara namja yang lebih pendek hanya mencibir sambil memutar bola mata menunjukkan ketidaksukaannya.
"Kibummie, kau sudah membuatkan bekal untuk Minnie?" tanya Siwon sambil menatap wajah cantik 'istrinya'.
"Tentu saja sudah," sahut sang 'istri' kemudian berdiri. Berlalu ke dapur dan kembali dengan membawa sebuah kotak bekal yang untuk Sungmin.
"Ah chagi, kemarikan tasmu," pinta Siwon.
Tanpa menunggu perintah kedua kalinya, Sungmin langsung menyerahkan tasnya dan kembali melanjutkan sarapannya, membiarkan Siwon memasukkan bekalnya.
"Hyukkie, Wookkie, pastikan hyung kalian menghabiskan bekal hari ini ne?" suruh Siwon pada dua putranya yang lain.
"Geurom appa!" jawab salah satu anaknya sambil tersenyum, memamerkan gummy smile cantiknya disusul si bungsu yang ikut tersenyum manis kemudian menganggukkan kepalanya.
"Ne appa, tentu saja," jawab si bungsu lalu kembali melanjutkan sarapannya sebelum melirik tajam pada Sungmin.
'Cih malas!'
Lima namja itu adalah satu keluarga. Sang kepala keluarga, Choi Siwon adalah namja tampan nan gagah dengan sifat penyayang dan bijaksana membuatnya menjadi sosok ayah yang sangat disayang sekaligus disegani oleh putra-putranya. Kim Kibum adalah 'istri' Choi Siwon, namja bermarga Kim itu resmi berganti marga menjadi Choi Kibum setelah Siwon menikahinya. Kibum adalah seorang namja cantik dan sosok 'ibu' yang sangat menyayangi kedua putranya –Choi Hyukjae dan Choi Ryeowook- dan menganak tirikan putra sulungnya, Choi Sungmin.
Choi Sungmin, namja berwajah manis itu berubah menjadi pendiam dan anti sosial sejak suatu kejadian menimpanya sementara Choi Hyukjae adalah adalah sosok adik yang sangat menyayangi Sungmin, berbeda dengan Choi Ryeowook yang sangat membenci Choi Sungmin. Menurut Ryeowook, dalam hidup Sungmin, namja itu seolah tak mengenal istilah penderitaan sedikit pun, walau secara visual Sungmin terlihat seperti sosok yang paling menderita di dunia ini tapi Sungmin seolah mendapatkan segalanya dan Ryeowook tak pernah menyukai hal itu.
"Ah, appa minta maaf. Untuk hari ini appa tidak bisa pergi bersama kalian ke sekolah. Appa harus segera tiba di kantor, ada janji dengan klien penting. Jadi, supir Kang yang akan mengantar kalian. Appa benar-benar minta maaf," ucap Siwon sambil menatap penuh sesal khususnya pada si sulung –Sungmin.
"Tidak apa-apa, appa. Kami mengerti," jawab Ryeowook sambil mengukir senyum tulus pada ayahnya. Sepersekian detik Ryeowook melirik pada Kibum yang juga tengah meliriknya.
"Ah, anak appa sudah dewasa sekarang," ucap Siwon sambil balas tersenyum tulus pada putra bungsunya.
Semua yang berada di meja makan terdengar mengurai tawa ringan kecuali Sungmin pastinya. Pemuda manis dengan wajah datar itu seolah tak terganggu dengan apapun, terlihat tenang dengan kegiatan tak terganggunya, dunianya seolah hanya berada dalam dirinya sendiri. Telinganya memang tidak tuli, matanya memang tidak buta, semua inderanya berfungsi dengan baik namun Sungmin seolah membutakan semua inderanya dari segala sesuatu yang menurutnya tidak penting sama sekali. Ah~ bahkan semua hal di dunia ini bukanlah sesuatu yang penting baginya.
"Sudah selesai chagi?" tanya Siwon saat melihat Sungmin telah duduk tenang di kursinya. Sedikit aneh memang, Sungmin selalu turun terakhir, memulai makan paling akhir dan selalu selesai pertama kali dengan menyisakan hampir separuh porsi makannya.
Sungmin hanya mengangguk singkat, tak berniat sedikitpun untuk menjawab pertanyaan appanya.
"Geurae. Hyukkie dan Wookkie juga sudah selesai. Kita bisa meninggalkan eomma sekarang," ucap Siwon sambil tersenyum jahil pada 'istri'nya. Kibum hanya bisa balas tersenyum, memang benar, setelah Siwon pergi ke kantor dan anak-anaknya juga pergi ke sekolah apa yang bisa ia lakukan selain menghabiskan waktunya dengan membaca majalah ataupun menonton televisi. Siwon melarangnya bekerja dan Kibum bukanlah tipe orang yang suka menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan mengelilingi kota. Buku dan senyum putra-putranya adalah cara terampuh menghilangkan rasa bosan.
Lima namja yang semula menghuni meja makan kini terlihat berdiri di pelataran mansion Choi. Dua limosin hitam-metalik telah berjejer rapi menunggu dihuni oleh para Choi itu.
"Baiklah, appa harus pergi sekarang. Kalian harus belajar dengan baik ne?" pesan Siwon sambil menatap tiga orang putranya. Dua putranya mengangguk patuh minus si sulung yang hanya melempar tatapan datar padanya.
Siwon bergerak menghampiri dua putranya, menempatkan satu ciuman rutinitas di kening Hyukjae dan Ryeowook. Setelahnya ia berdiri di hadapan Sungmin, menatap pemuda manis itu sejenak kemudian menangkupkan dua tangan besarnya di pipi pucat putranya.
"Appa menyangimu Sungmin-ah. Kau harus belajar dengan baik ne?"
Sungmin mengerjabkan matanya satu kali, berusaha tak terpengaruh saat ciuman penuh ketulusan dan rasa kasih sayang yang teramat besar itu kembali Siwon berikan untuknya. Kepala keluarga Choi itu tersenyum lebar setelah menjauhkan bibirnya dari kening Sungmin.
"Aku pergi yeobo," ucap Siwon setelah menempatkan ciuman di kening Kibum.
"Ne, selamat bekerja."
"Baik-baik di rumah."
Kibum menganggukkan kepalanya, membiarkan asisten Siwon mengambil alih tas kerja sang 'suami'. Lengannya terangkat untuk sekadar membalas lambaian tangan Siwon.
Dari balik kaca mobil terlihat jelas jika Siwon tengah melambaikan tangannya, dan tentu saja dua putranya –Hyukjae dan Ryeowook membalas lambaian tangan Siwon sementara Sungmin hanya bisa terdiam, matanya bergerak samar mengikuti gerakan mobil Siwon yang perlahan menghilang dari pandangannya.
"Ayo hyung," ajak Eunhyuk sambil menggamit lembut lengan Sungmin.
"Berhenti Hyukkie!" interupsi Kibum.
Hyukjae yang akrab disapa Eunhyuk atau Hyukkie itu mendesah pelan, menahan diri untuk tak berdecak kemudian menolehkan kepalanya, menatap sosok yang disebutnya eomma.
"Waeyo eomma?" tanyanya.
"Siapa yang mengijinkanmu membawa orang asing masuk ke dalam mobil kita?" ucap Kibum sambil menatap sinis Sungmin sementara Ryeowook ikut menatap sinis Sungmin sambil mengukir senyum penuh ejekan.
"Eomma, bahkan aku mengajak hyungku sendiri."
"Ne? Hyungmu?"
"Ck!" akhirnya Eunhyuk tak lagi bisa menahan decakannya, namja bergusi indah itu mendesis lirih kemudian melepas gamitannya di lengan Sungmin. Sambil menahan letupan emosi yang menumpuk di ubun-ubunnya, Eunhyuk beralih menghadap Kibum dan menatap bergantian wajah eomma dan adiknya dengan tatapan kesal.
"Eomma, Sungmin hyung memang hyungku! Berhenti bersikap seperti itu."
"Aku tak merasa pernah melahirkannya."
"Dan aku juga hanya punya satu hyung, Choi Hyukjae, hanya Choi Hyukjae," sambung Ryeowook dengan wajah tenang.
"Choi Ryeowook tutup mulutmu!" desis Eunhyuk.
"Kau yang diam dan cepat masuk mobil sekarang. Anak itu sudah pergi," sahut Kibum.
Eunhyuk memutar tubuhnya, desahan frustasi terdengar cukup keras dari bibirnya saat melihat Sungmin tak lagi berada di sebelahnya. Mata Eunhyuk terarah pada gerbang mansion yang masih terbuka lebar setelah Siwon dan limosinnya berlalu, sudah bisa dipastikan Sungmin telah pergi. Eunhyuk merutuk dalam hati, seharusnya ia tak melapas gamitannya di lengan Sungmin, kalau sudah begini menyusul Sungmin pun rasanya percuma, namja manis itu selalu nyaman dengan kesendiriannya.
Dengan kesal Eunhyuk memasuki mobil tak peduli adiknya tengah berteriak karena Eunhyuk membanting pintu dengan sangat keras bahkan sebelum Ryeowook masuk mobil.
.
~(*o*)~
.
Bukan rahasia lagi jika Choi bersaudara itu terkenal di Macheon High School. Sang kakak dengan wajah manis dan kepiawaiannya dalam menari menjadi daya tarik tersendiri untuk memikat namja maupun yeoja di sekolanya. Tak kalah dengan sang kakak, si bungsu dengan wajah manisnya bahkan terkesan polos itu juga mampu memikat perhatian banyak orang ditambah kehebatannya dalam dunia tarik suara. Merekalah Choi Hyukjae dan Choi Ryeowook.
Jauh berbeda dengan-
"Apakah kau percaya jika mayat hidup itu putra sulung keluarga Choi?" ucap seseorang saat menatap Sungmin yang tengah berjalan tenang menuju kelas dengan wajah datarnya.
Sungmin –si mayat hidup- juga terkenal seperti dua adiknya. Namun, jika dua adiknya terkenal karena keahlian masing-masing, Sungmin terkenal karena sifat anti sosial dan dinginnya –ah bukan, orang yang memiliki sifat dingin sedikit banyak masih merespon orang lain baik itu dengan suara ataupun bahasa tubuhnya, tapi hal itu tidak berlaku pada Sungmin. Namja manis itu hanya merespon dengan anggukan atau gelengan kepalan dan yah~ catatan pentingnya adalah dia melakukan itu pada orang-orang tertentu.
"Jangan-jangan dia bisu."
Suasana koridor yang telah sepi membuat percakapan tak penting itu mampir ke telinga Eunhyuk, namja penyuka susu strawberry itu langsung memutar bola matanya, menyempatkan diri untuk melirik sinis sembari mengumpat pelan pada sosok yang baru saja membicarakan hyungnya, mengabaikan fakta jika ia dan Ryeowook sudah terlambat untuk memasuki kelas masing-masing.
"Aku rasa dia tidak bisu. Sayang sekali, padahal wajahnya sangat manis," ganti Ryeowook yang berdecak sebal tapi Eunhyuk justru mengukir senyum lebar saat mendengar hal itu.
"Manis apanya?" gumam Ryeowook tak suka.
Eunhyuk melirik pada adiknya kemudian mendengus lirih.
"Sana ke kelasmu. Sudah telat tahu!" suruhnya gusar.
Ryeowook menghentakkan kakinya kemudian berlalu dengan menggerutu sebal.
"Memangnya salah siapa terlambat? Hyung sendiri yang memaksa mencari orang itu! Aish!"
.
~(*o*)~
.
Sungmin memasuki kelasnya, berjalan ala dunia tak terganggunya. Matanya menatap fokus ke arah bangku yang berada di barisan belakang. Mengabaikan jika saat itu semua mata penghuni kelas tertuju padanya, Sungmin langsung duduk di bangkunya, membuka tasnya untuk mengeluarkan buku pelajaran seperti murid-murid pada umumnya.
"Choi Sungmin."
Gerakan Sungmin terhenti, pemuda manis itu mendongakkan kepalanya, menatap datar pada sosok yang baru saja memanggilnya.
"Kau terlambat sepuluh menit."
Sungmin tak menjawab apapun, tak menunjukkan reaksi sedikitpun yang menunjukkan jawaban secara lisan tapi namja manis itu bergerak teratur membereskan buku-buku yang semula sempat ia keluarkan. Setelah menutup rapi resleting tasnya, Sungmin bergerak dari posisinya, berjalan dengan tenang keluar kelas, lagi-lagi mengabaikan tatapan aneh orang-orang untuknya.
"Cih! Lama-lama gerah juga dengan mayat hidup itu!" kesal beberap siswa.
"Iya, aku tidak mengerti apa maksudnya bersikap seperti itu."
"Jika kalian masih sibuk membicarakan Sungmin-sshi, dengan senang hati saya izinkan kalian untuk tak mengikuti kelas pagi ini."
Suasana kelas mendadak hening, siswa-siswi yang semula sibuk membicarakan Sungmin kini terdiam seolah ada lakban tak kasat mata yang tengah menyumpal mulut mereka agar acara mari-bergosip-tentang-Choi-Sungmin itu tak lagi berlanjut.
Pelajaran berlangsung dengan tenang, hampir semua siswa memfokuskan perhatiannya pada penjelasan seonsaengnim mereka. Namun, hal itu tidak berlaku untuk siswa yang duduk di bangku pojok kelas, namja berkulit pucat dengan rambut brunette itu seolah lebih tertarik untuk mengamati Sungmin yang bahkan sudah berlalu ke luar kelas. Tak lama kemudian, sinar matanya berubah tajam diiringi satu senyuman miring penuh ejekan.
"Choi Sungmin~"
SUDAH BIASA. Bagi Sungmin diperlakukan seperti itu merupakan kebiasannya, begitupun sikapnya terhadap orang lain –juga sudah biasa.
.
.
.
Dering bel istirahat menyadarkan Sungmin dari acara 'menatap angin' sejak pemuda manis itu diusir secara halus dari kelas paginya. Dengan tenang Sungmin berdiri dari lesehannya. Ya, sejak ke luar kelas Sungmin tak memilih kantin atau perpustakaan melainkan memilih duduk diam di depan kelasnya sambil menatap tak jelas ke satu arah.
Banyak siswa mengatakan jika Sungmin tengah menatap angin –sesuatu yang mustahil dilakukan.
Sungmin sedikit menatap tubuh yang berada di depannya tanpa ada niat untuk mengintip wajah sosok yang tengah menghadang jalannya. Setelah menunggu beberapa detik, sosok di hadapan Sungmin tampak enggan bergerak sedikit pun dari posisinya. Jadi, Sungmin mengalah dengan menggeser tubuhnya untuk memberi jalan pada sosok itu. Namun, bukannya bergegas pergi, sosok itu justru mengikuti gerakan Sungmin, saat Sungmin bergeser ke kanan, sosok itu turut bergeser ke kanan.
Merasa dipermainkan, Sungmin sedikit mendongakkan kepalanya, menatap wajah sosok di depannya kemudian kembali menatap ke arah lain.
'Dia lagi,' batin Sungmin kemudian memundurkan tubuhnya.
"Cih! Mayat hidup menyebalkan!" ejek sosok itu kemudian berlalu dengan menyenggol keras bahu Sungmin. Merasa tak perlu peduli akan hal itu, Sungmin hanya bisa terdiam seolah tak terganggu kemudian bergerak menuju bangkunya.
"Orang itu mengganggumu lagi ya hyung?" tanya namja yang duduk di depan Sungmin.
Tak ada tanggapan apapun, Sungmin hanya terdiam sambil memeriksa isi tasnya.
"Huh! Kim Kyuhyun itu sama menyebalkannya dengan adik bungsumu hyung, pantas saja mereka pacaran," ucap orang itu lagi dan tentu saja tak mendapat respon dari Sungmin. Sungmin hanya melirik orang itu sekilas dan bagi sosok yang mengajaknya bicara, hal itu adalah respon yang sangat bagus.
"Cha hyung, keluarkan bekalmu. Sebentar lagi Hyukkie ke sini, dia pasti mengomel panjang lebar jika tak melihat kotak makanmu di atas meja."
Sungmin kembali menatap orang di hadapannya, tampak berpikir sejenak sebelum bergerak mengambil bekal yang sudah Kibum siapkan untuknya.
'Terimakasih Donghae-ya.'
Senyum Donghae melebar. Walaupun sekejab, Donghae bisa melihat jika Sungmin menatapnya seolah mengucapkan terimakasih.
"Oh hai Sungmin," sapa seseorang membuat Sungmin sedikit mendongakkan kepalanya.
Dua yeoja cantik berwajah hampir sama terlihat berdiri di sebelah mejanya.
"Ya? Apa ada yang bisa emm –kami bantu?" tanya Donghae mewakili Sungmin.
"Tidak, kami hanya ingin mengingatkan Sungmin agar tidak terlambat lagi besok," ucap satu dari yeoja yang bernama Jung Soojung –Krystal.
"Ah, terimakasih. Tadi hanya masalah bus yang datang terlambat, benar kan hyung?" tanya Donghae berusaha memancing reaksi Sungmin agar sedikit menanggapi sikap –yang bisa dikatakan- ramah dua yeoja yang menjadi teman sekelasnya.
"Ah ya, bus yang datang terlambat memang cukup menganggu. Mungkin Sungmin berminat untuk pergi bersama kami besok?" tawar satunya yang bernama Im Yoonah –Yoona.
Donghae melirik Sungmin kemudian tersenyum kikuk.
"Terimakasih lagi, tapi kurasa Eunhyukkie tidak akan setuju."
Krystal dan Yoona menganggukkan kepalanya, paham betul bagaimana kekasih Lee Donghae itu begitu sensitif terhadap siapapun yang terlalu mendekati hyungnya –khususnya mereka.
"Oh ne, kami mengerti. Baiklah, kami pergi dulu."
Donghae hanya menganggukkan kepalanya, menatap Sungmin yang terlihat tak peduli dengan sapaan dua teman sekelasnya itu.
Tak lama Eunhyuk muncul di pintu kelas Sungmin. Di belakangnya tampak Kyuhyun dan Ryeowook –pasangan serasi menurut segelintir orang. Apa yang bisa mereka lakukan selain menebar kemesraan yang bahkan terkesan sangat kaku untuk Donghae dan Eunhyuk.
"Baby-ya, kemari," panggil Donghae sambil melambaikan tangannya dengan semangat.
Melihat itu, Eunhyuk langsung tertawa sumringah kemudian berjalan dengan wajah gembira menuju namjachingunya –Donghae dan hyungnya –Sungmin. Sementara pasangan serasi yang kebetulan masih berdiri di ambang pintu hanya bisa mendecih malas melihat interaksi Donghae, Eunhyuk, dan Sungmin.
"Ayo Kyu," ajak Ryeowook sambil menggandeng lengan Kyuhyun menuju meja kekasihnya. Untuk apalagi kalau bukan menebar kemesraan. Tujuan yang sudah jelas.
Donghae hanya bisa berdecak sembari memutar bola matanya saat melihat Ryeowook yang mulai berlagak romantis menyuapi Kyuhyun.
"Kita makan di kantin saja hyung, tidak asik lagi makan di kelasmu," ujar Eunhyuk dengan nada –yang sengaja ditinggikan. Sungmin yang semula bergerak membuka kotak makannya hanya bisa menurut saat Eunhyuk menghentikan gerakannya kemudian mengambil alih kotak ditangannya.
"Ayo hyung," ajak Donghae sambil menggamit lengan Sungmin sementara lengan satunya sudah melingkar dengan nyaman di pinggang Eunhyuk. Dan ya~ Sungmin hanya bisa diam mengikuti kehendak dua namja yang kini berjalan bersamanya.
Kyuhyun dan Ryeowook masih di sana, di kelas Sungmin yang kebetulan merupakan kelas Kyuhyun juga. Mereka berdua sadar jika kalimat yang Eunhyuk ujarkan dengan nada keras tadi memang ditujukan untuk menyindir mereka berdua.
Ryeowook mengepalkan tangannya, kemudian mendengus kesal.
"Kenapa tidak daritadi saja perginya. Dasar pengganggu!" sungut Ryeowook yang hanya dibalas angkatan bahu oleh Kyuhyun.
.
~(*o*)~
.
Suasana ramai tak menjadi alasan bagi Sungmin untuk sedikit beramah tamah pada orang lain, namja manis itu masih dengan dirinya yang seolah tak tersentuh. Penghuni kantin yang telah mendapat meja terdengar sibuk membicarakan Sungmin yang tumben-tumbennya makan di kantin bersama pasangan –yang nyata- serasi, Lee Donghae dan Lee Hyukjae.
"Astaga! Hyung dia makan di sini!" pekik seorang namja cantik sambil menggigit lengan sosok yang duduk di sebelahnya.
"Yah Taemin-ah! Sakit bodoh! Apa yang kau lakukan? Cepat kerjakan tugasmu," omel seseorang yang menjadi korban gigitan si namja cantik berambut hitam kecoklatan.
Sosok yang bernama Taemin buru-buru bergerak mengerjakan tugasnya.
"Taemin cepat sedikit!" perintah namja yang Taemin panggil hyung. Mata musangnya membulat galak memelototi Taemin.
"Ish hyung! Ponselku ketinggalan di tas."
"Ya! Bagaimana kau ini!"
"Aku lupa hyung, lupa kan tidak sengaja."
"Ck!"
"Sudahlah, apa yang kalian ributkan? Pakai ponselku dulu," lerai satu namja cantik lain sambil menyodorkan ponselnya.
"Yunho hyung, bisakah kau berhenti mengomel pada Taemin?" protes seorang namja sambil mengukir senyum tampannya.
"Lihat! Kau bahkan mengeluarkan protes pedas sambil mengukir senyum sok tampan. Kau pikir aku tak akan memukul wajahmu Minho-ya!"
Sosok yang dipanggil Minho hanya bisa mengurai tawa pelan mendengar omelan Yunho.
KLIK!
"Eh, kameranya jelek sekali. Atau memang wajahku yang jelek," monolog Taemin.
PLETAK!
"Taemin! Apa sih yang kau lakukan? Aku menyuruhmu untuk memotretnya, kenapa kau malah memotret dirimu sendiri, bodoh!"
Taemin mengelus dahinya yang berdenyut nyeri, Yunho memang kejam padanya.
"Hyung, jangan kasar seperti itu," ucap Minho sambil mengulurkan lengannya untuk ikut mengelus kening Taemin.
"Yun, dia masih kecil. Wajar jika bersikap seperti itu, jangan terlalu galak pada Taemin."
Yunho hanya bisa melirik gusar pada Taemin kemudian menatap sosok yang barusaja bicara padanya.
"Boo, dia itu mengesalkan. Lihat saja ulahnya," ucap Yunho sambil mengedikkan bahunya pada Taemin yang kini beralih mengambil selcanya bersama Minho.
Jaejoong –sosok yang Yunho panggil Boo hanya bisa tersenyum kecil melihat ulah kekanakan Taemin dan Minho yang selalu pasrah mengikuti keinginan Taemin.
"Taemin-ah! Apa kau sudah bosan memiliki kening yang indah?" sindir Yunho.
Taemin terkekeh sebentar kemudian menggeleng dengan polosnya.
"Oke hyung, aku janji tidak akan berulah lagi. Tenang saja, aku akan dapatkan foto yang bagus," ucap Taemin sambil beranjak dari posisinya.
"Tidak perlu ke sana, kau bisa memotretnya dari sini!" omel Yunho lagi. Taemin hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil memasang sikap seperti seorang fotografer handal yang tengah membidik object-nya.
Bunyi 'klik' terdengar lebih dari sepuluh kali tapi Taemin masih tetap bersikap layaknya seorang fotografer handal.
"Sudah lebih dari sepuluh, jika semuanya jelek, habis kau!"
Taemin langsung menghentikan kegiatannya saat mendengar ancaman Yunho.
"Hohohoho, sudah hyung. Silahkan periksa, hasilnya pasti bagus."
Yunho mengambil ponsel yang Taemin sodorkan, matanya langsung bergerak mengamati hasil bidikan Taemin. Tidak buruk namun Yunho terdengar berdecak tak suka. Lengannya terulur untuk menyodorkan ponsel di tangannya pada sang pemilik –Jaejoong.
"Ada apa? Hasilnya tidak buruk kan?" tanya Jaejoong setelah memeriksa hasil bidikan Taemin yang faktanya memang tak terlalu buruk.
"Sudahlah hyung, terima saja," sahut Minho sambil tersenyum samar.
"Aish! Aku bisa frustasi jika seperti ini terus! Kenapa susah sekali berekspresi sepertinya padahal aku sudah berusaha sekuat tenaga," ucap Yunho sambil melengos gusar.
Minho dan Jaejoong hanya bisa tersenyum kecil mendengar keluhan Yunho sementara Taemin hanya bisa menatap Sungmin dengan pandangan menilai. Demi apa hyung-nya yang super galak ini justru mengidolakan namja semanis Sungmin.
"Hyung, kalau hyung ingin berekspresi manis, hyung bisa mencontohku," ucap Taemin dengan percaya diri.
Yunho yang semula terlihat frustasi langsung mengubah ekspresinya, matanya menatap tajam pada Taemin.
"Taemin-ah, maksud hyungmu bukan berekspresi manis," jelas Jaejoong agar maknae mereka tak lagi menjadi sasaran kemarahan Yunho.
"Kau tahu Prince Ice?" tanya Minho.
Taemin menganggukkan kepalanya.
"Ne, itu panggilan khusus dari Yunho hyung untuk Sungmin sunbaenim."
"Ya, Yunho hyung ingin seperti itu."
Kepala Taemin mengangguk berkali-kali, bibirnya membulat tanda ia mengerti maksud sikap Yunho. Dan ini satu hal lain yang membuat Ryeowook tak suka pada Sungmin. Dalam diam, sikap dinginnya justru di-stalk banyak orang.
.
~(*o*)~
.
Pulang sekolah Sungmin langsung masuk kamarnya, dia hanya akan keluar kamar jika ada yang memintanya untuk keluar kamar ataupun pergi sekolah, selebihnya Sungmin hanya akan bergelut dengan dunianya. Apalagi di luar sedang ada Kyuhyun dan Sungmin benar-benar tak menyukai namja itu.
Setelah berganti seragam Sungmin merebahkan tubuhnya di kasur sambil menatap kosong ke luar jendela. Dua ekor merpati putih yang tengah bertengger di dahan pohon menarik perhatiannya. Senyumnya nyaris terukir jika saja tidak ada satu merpati lain yang hadir menghampiri dua merpati itu. Bagai telah ditakdirkan untuk semakin membuat hatinya suram, satu dari dua merpati yang semula menarik perhatiannya langsung terbang menjauh bersama satu merpati yang datang terakhir meninggalnya satu merpati lain yang terlihat berdiam diri di posisinya sejak awal.
Helaan napas berat terdengar pelan dari bibir Sungmin. Melihat tiga merpati itu membuat pikirannya melayang ke luar ruangan, Kyuhyun dan Ryeowook berada di sana menghabiskan waktu untuk menikmati romansa yang tengah mereka jalin. Sungmin memejamkan matanya sejenak, matanya kembali menatap satu merpati yang masih enggan beranjak dari posisinya. Terlihat sedih dan suram dalam kesendriannya. Seharusnya ia bersama dengan kekasihnya. Tapi sayangnya, sang kekasih telah pergi dengan yang lain.
"Seperti aku," gumam Sungmin.
TBC
Oke, ini chapter satunya. Tinggalkan jejak ne?
Mian for typos ne? Saranghae :D
Oke, keep or delete chingudeul?
NEXT!
RCL please~
Gomawo udah baca \(*o*)/
