Yang pertama, secara garis besar, ini bukan fic humor, tapi gatau dhe kita liat aja nanti.
Kedua, fanfic milik Éclair Oh(lupa namanya) dan Hell-O(ini judul) yang sudah memotivasi dan menginspirasiku membuat fanfic ini.
Ketiga, ini semua hanya khayalan. Mungkin banyak salah disana sini. Jadi jangan anggap serius apapun yang ada disini.
Yang keempat, semoga aku bisa update cepet.
START
Naega sajul oseun geolchigo
Naega sajun hyangsul ppurigo
Jigeumjjeum neon geunyeol manna
Tto utgo itgeji
Lagu itu mengalun lembut dari kedua belah bibir plum seorang yeoja bermata panda.
Geuroke johatdeon geonni
Nal beorigo tteonal mankeum
Eolmana deo eotteoke deo
Jal haeya han geoni
Mata pandanya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tampaknya murid-murid yang lain sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
Neoreul amuri jiuladeo
Hamkkehan nari eolmainde
Jinan sigani eogulhaeseo
Jakku nunmuri-
"TAO!"
'twitch'
Zitao menengokkan kepalanya ke belakang, sesosok yeoja mungil dengan rambut brunette terkuncir sedang berlari ke arahnya. Itu sahabatnya, Byun Baekhyun.
"Hosh hosh hosh, TAO!"
"Hei, untuk apa sih kau berteriak, kau tidak lihat aku sebesar ini berada di depan wajahmu?"
Gadis mungil itu menumpu kedua tangan di lututnya.
"Habisnya, hosh, aku pikit, hosh, kau akan belok."
Kedua mata panda Zitao menyernyit heran.
"Memangnya kenapa? Aku juga sudah mau pulang,"
"Jangan!"
"Belanja denganku,"
Belum sempat Zitao berkedip, Baekhyun sudah menarik tangannya.
"Ayolah Taozi,"
"Aku belum gajian-"
"OH AYOLAH ZITAO!"
Zitao menatap Baekhyun kaget.
"Orangtuaku sedang pergi, mungkin baru pulang minggu depan. Chanyeol oppa juga tidak bisa menemaniku. Aku muak hanya sendirian di rumah bersama pelayan, Zitao. Oh ayolah, please, please, pleeeasee… Nanti aku akan mentraktirmu, okay. Dan juga kumohon kau menginap di rumahku, pleaseee."
Zitao menaikkan sebelah alisnya.
"Kau serius?"
"Kau bisa tendang bokongku kalau aku bohong,"
"Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi!"
Zitao menyeru girang sembari menarik tangan Baekhyun.
Zitao memang tidak seperti Baekhyun. Baekhyun anak orang kaya, tentu saja, bagimana bisa kau tidak menyebutnya anak orang kaya kalau kau lihat isi kamarnya yang sebagian besar produk-produk Dior dan Guess atau apalah itu brand-brand terkenal lainnya. Zitao? Meh, keluarganya tinggal di Qingdao. Zitao bisa kuliah di Seoul hanya karena beasiswa. Zitao berasal dari keluarga sederhana, tidak kaya tapi juga tidak melarat-melarat amat. Ibunya sudah meninggal sejak sebelum dia lulus sekolah dasar, dan ayahnya mengiriminya uang yang hanya cukup untuk biaya kuliah dan makan sehari-hari. Itupun kadang-kadang kurang, makanya Zitao bekerja part time sebagai barista di café di dekat apartemen mungilnya -yang disewanya dengan mengirit mati-matian- setiap hari Senin sampai Jumat. Setiap hari minggu, dia melatih wushu anak-anak kecil di dekat apartemennya. Jangankan membeli baju Dior atau Guess, baju sobek pun akan dia jahit lalu pakai kembali. Zitao selalu mencuci bajunya sendiri, tidak pernah dibawa ke laundry. Makanya Zitao senang sekali kalau diajak Baekhyun berbelanja –dan dijanjikan traktiran-. Bukannya apa-apa, hanya saja hasratnya akan makanan bisa terpuaskan kalau bersama Baekhyun.
"Zitao, kalau menurutmu, aku cocok pakai warna salmon, atau royal blue ini? Aku sih lebih suka dress one shoulder ini, tapi aku piker royal blue ini juga bagus."
"Apa? Salmon? Itu nama warna yang konyol,"
"Jadi aku lebih cocok pakai warna apa?"
Baekhyun mengerucutkan bibirnya lucu.
Zitao mengulurkan tangannya dan membelai renda di bagian lengan dress one shoulder warna salmon itu.
"Aku mungkin bukan ahli fashion, Baekhyun. Tapi dress ikan ini akan membuatmu terlihat bahkan lebih pendek lagi, percaya padaku."
"Ini warna salmon, Zitao" Baekhyun berdecak kesal.
Zitao terkekeh.
"Dan bukannya sudah kubilang jangan menyinggung tinggi badanku?" gerutu Baekhyun lagi.
"Cobalah kalau kau tidak percaya,"
Baekhyun meletakkan dress royal blue itu di pangkuan Zitao. Bersama sebuah dress satin putih semata kaki –Baekhyun- yang sudah dipilih tadi.
"Aku akan segera kembali!" sahut Baekhyun sambil membawa dress salmon itu kedalam fitting room.
Zitao tersenyum simpul sambil menatap dress di pangkuannya.
'Kalau saja aku mampu membeli barang-barang seperti ini," pikirnya sambil membelai logo Hermes di label dress itu.
"Tapi akan kupakai kemana? Mau saat melatih wushu? Haha, kau ini aneh-aneh saja Zitao," kekeh Zitao sambil berbicara pada dirinya sendiri yang membuatnya diperhatikan oleh beberapa orang.
Mata pandanya menatap ke sekeliling. Tidak ada yang menarik, di sekelilingnya orang-orang—umumnya wanita berkerumun dan menggerombol di sudut-sudut tertentu.
Tunggu. Apa itu, pria? Dia sendirian?
Rambut emas pria itu naik ke atas seolah menantang gravitasi dengan pongahnya menonjolkan tinggi badannya yang diatas rata-rata. Wajahnya dingin dan angkuh seperti tanpa ekspresi. Kalau digambarkan seperti.. gunung es raksasa yang sangat sulit didekati.
Kelihatannya, dia bersembunyi di balik rak-rak pakaian itu, dan arah pandangannya –yang diikuti Zitao- menuju ke bilik fitting room yang ditempati Baekhyun. Tapi sepertinya pria itu tahu Zitao sedang menatap ke arahnya dan langsung pergi meninggalkan tempat kejadian.
"Taozi, kenapa kau melamun?"
Suara Baekhyun membuyarkan lamunannya.
"Eh? Kau sudah selesai?"
"Iya, memang tadi kau melamunkan apa?"
"Ti-tidak,"
"Jadi bagaimana?"
Baekhyun memutar tubuhnya di depan Zitao.
"Benar kan apa kataku, kau kelihatan seperti anak sekolah menengah pertama," sahut Zitao sembari terkikik ceria.
Baekhyun melihat ke cermin lalu mengerucutkan bibirnya dan mendengus kesal.
"Okay, okay, madame Zitao. Kau menang, sini dress royal blue-"
"Bagiku ini biru tua. Kenapa nama warna itu aneh-aneh saja sih?" potong Zitao.
"Ya, ya terserah kau," Baekhyun memutar bola matanya. "Aku akan mencoba dress itu."
Baekhyun kembali masuk ke fitting room dan mencoba dress royal –biru tua, apapun itu-.
Baekhyun akhirnya keluar dan mata Zitao berbinar saat melihatnya.
"Menurutmu?" Baekhyun memutar badannya. Rok tulle dress selutut -Baekhyun- itu ikut bergoyang seiring putaran tubuh Baekhyun.
"Kau terlihat cantik, Baekhyun,"
Baekhyun melihat kearah cermin dinding di belakangnya, dan membetulkan posisi bagian dada berpayet silver dress itu.
"Kurasa kau benar," Baekhyun tersenyum. "Dan ini tidak membuatku terlihat pendek!"
"Oh, oh, kau harus melihat ini," Baekhyun meletakkan dress putih itu di tangan seorang SPG yang sedari tadi mengikuti mereka dan menarik Zitao sambil menunjuk sebuah dress panjang ketat berwarna merah marun dengan tali spageti dan belahan dada berkerut yang rendah serta belahan sepanjang paha kirinya.
"Baekhyun, ini-"
"Oh, kurasa aku lupa memberitahumu,"
"Tentang?"
"Aku, dan Chanyeol oppa,"
Zitao mengangkat kedua alisnya penasaran.
"Kami akan bertunangan bulan depan,"
Zitao membelalakkan mata pandanya.
"Kau serius?!"
"Ya, tentu saja. Dan kau," Baekhyun menunjuk wajah Zitao dengan telunjuknya. "harus datang, aku tidak mau tahu."
Zitao terkikik ceria, "Tentu saja aku akan datang," Padahal dalam hatinya dia merisaukan apa yang akan dipakainya. Pasti disana akan banyak kolega-kolega Baekhyun dan Chanyeol serta orangtua mereka yang pasti pengusaha dan orang-orang penting lainnya.
"Dan aku," Baekhyun kembali menggantungkan ucapannya yang membuat Zitao mendelik bingung. "ingin kau memakai ini," Baekhyun menggunakan sebelah tangannya untuk menarik dress itu dari raknya.
"MWO? Tidak Baekhyun, itu terlalu-"
"Cobalah, Taozi," Baekhyun menyodorkan dress itu kepada Zitao dengan tatapan tajam.
Zitao menatap ke sekitar, hanya untuk mendapati beberapa wanita-wanita yang memandang meremehkan padanya –yang sedang memegang dress itu-.
Zitao dengan ragu memasuki fitting room dan keluar beberapa menit kemudian.
Baekhyun menghela napasnya dan mendesah iri. Dress itu membalut tubuh Zitao dengan fit, tak kelihatan ada perut yang menonjol dan belahan dada rendah itu bahkan semakin menonjolkan dada montok Zitao dengan anggun. Ujung depan dress itu menutupi kaki Zitao sampai ke mata kaki sementara bagian belakangnya sedikit menyentuh lantai.
"Aku selalu iri dengan tubuhmu, Zitao." Baekhyun terkekeh pelan. "Kalau aku punya kaki sepanjang itu," liriknya pada paha Zitao yang terlihat di antara belahan tinggi itu, "dan dada seperti itu" liriknya lagi pada belahan dada Zitao yang menonjol, membuat Zitao mengangkat tangannya untuk menutupi dadanya "aku sudah pasti akan memakai itu," Baekhyun kembali memelototi Zitao dengan matanya. "Dari mana sih kau bisa mendapat tubuh seperti itu?"
Zitao hanya tersenyum kikuk sementara wanita-wanita yang tadi memandangnya dengan tatapan meremehkan kini menganga melihat penampilan Zitao.
"Kita sudah mendapatkan apa yang kita mau, ayo kita ganti lalu ke kasir dan aku akan bayar semuanya. Setelah ini, kita akan ke Jimmy Choo membeli sepatu." Sahut Baekhyun enteng yang membuat gadis jangkung di depannya melongo dengan wajah bodoh.
Zitao melepas dress itu dengan kikuk dan memalingkan wajahnya, menolak untuk melihat harga yang tertera di label dress itu.
'Apa Baekhyun tidak mengenal yang namanya mengirit ya?'
TBC
Hufftttt okay.
So.. what gue bikin fic baru lagi adoohh
Padahal pengen lanjutin yang sebelumnya
Hope you guys like it, aku menunggu respon dari readers sekalian
Kalo misalnya ada yang mau kasih saran, atau kritik, sekedar komentar, atau sebagainya, monggo lewat review, aku terima kok. ^^
